"Semua Masalah di Indonesia, Terjadi karena Kesalahan Antum! Para Kader PKS"



Oleh: Muhammad Zulkifli

Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dari sisi ekonomi, hutang negara kita telah mencapai 6.570 triliun rupiah dan diprediksi akan bertambah hingga 10.000 triliun pada 2024.

Dari sisi hukum, kriminalisasi para ulama dan “dimuliakannya” para koruptor sudah menjadi berita sehari-hari. Jika ulama hukumannya diberat-beratkan, sedangkan koruptor diringan-ringankan. Kalau masyarakat yang melanggar langsung diproses, tapi kalau pejabat negara yang melanggar dicari pembenarannya. Azaz praduga tak bersalah pun berubah menjadi azaz paduka tak bersalah.

Dari sisi sosial kita sudah masuk di eranya adu domba, dipecahbelahkan oleh tangan-tangan yang tidak tampak yang didukung para buzzer. Para penista agama begitu susahnya ditangkap, sementara “penista” pemerintah gampang diciduk. Penghina Rasulullah tidak tersentuh hukum, sementara penghina presiden langsung dipenjara.

Dari sisi politik apalagi. Wacana amandemen UUD yang diduga untuk memperpanjang masa jabatan presiden menjadi bola liar yang terus menggelinding. Para pemegang keputusan tingkat atas sudah hilang urat malunya, memanipulasi regulasi demi keuntungan koalisi.


Salah Siapa?

Lalu salah siapa semua ini? Ibarat dompet kita hilang dicopet, yang salah bukan pencopetnya. Sebab memang tugas pencopet untuk nyopet. Yang salah adalah kita sendiri. Mungkin kurang hati-hati simpan dompet, naruhnya di kantong yang gampang dibuka, atau barangkali karena kita yang jarang sedekah sehingga Allah SWT mengambil hak orang miskin langsung dari kita. 

Kalau kondisi negara saat ini buruk, dan bertambah buruk, maka sebenarnya yang salah adalah para kader-kader PKS.

Kenapa demikian? Sebab antum adalah orang-orang pilihan yang diamanahkan tugas dari langit untuk para penduduk bumi. Dengan beban seberat itu, maka dibutuhkan kualitas ruhiyah di atas orang rata-rata untuk memperbaiki keadaan ini, tapi antum tidak (belum) maksimal melakukannya.

Setiap minggu antum diminta untuk mengisi form amalan yaumiyah yang isinya berapa kali sholat tahajud per minggu, berapa halaman Al Qur’an yang dibaca, bagaimana puasa sunnahnya, tilawahnya, zikirnya. Muhasabah diri sendiri, apakah amalan-amalan itu sudah mencapai titik maksimal, atau justru dibawah rata-rata?

Berapa banyak dari antum yang benar-benar menganggap halaqoh adalah kebutuhan yang wajib dihadiri, bukan sekedar fomalitas dan “sampingan” yang diambil dari sisa waktu? Antum bisa menciptakan banyak alasan untuk tidak hadir halaqoh, tapi kenapa antum tidak punya alasan untuk tidak hadir ketika atasan mendadak minta antum menghadiri rapat kantor?

Salah satu faktor kenapa Gaza di Palestina tidak bisa ditaklukkan oleh Israel adalah karena para kader dakwah di sana hanya diberi dua alasan untuk boleh tidak hadir pada saat liqo: sedang berperang, atau sudah mati syahid. Di luar itu, alasan tidak diterima.

Seberapa loyal antum untuk mengeksekusi progam-program partai untuk masyarakat? Apakah antum konsisten hadir di setiap rapat-rapat DPRa, DPC, DPD, DPW hingga DPP untuk membicarakan kegiatan PKS? Atau antum cukup mengatakan afwan supaya mendapatkan izin tidak hadir dalam rapat?

Seberapa serius antum membina kelompok halaqoh sendiri? Seberapa banyak grup halaqoh yang antum bina? Satu? Dua? Tiga? Atau tidak ada sama sekali?

Berapa banyak buku-buku keislaman yang antum lahap untuk meningkatkan kualitas diri? Berapa banyak buku-buku umum yang dibaca untuk mempertajam kompetensi antum? Berapa banyak organisasi kemasyarakatan (RT, RW, paguyuban dll) yang antum aktif di dalamnya? Berapa banyak komunitas profesional yang antum jadi pengurus?

JIka saat ini masyarakat masih memilih orang yang salah untuk menjadi pemimpin mereka, maka itu berarti dakwah antum tidak maksimal. Antum boleh saja berdalih: hidayah adalah urusan Allah. Tapi antum berhak bilang seperti itu kalau pengorbanan antum untuk dakwah sudah maksimal.

Presiden Soekarno pernah mengatakan: “Kalau bangsanya bangsa kambing, maka pemimpinnya akan berkualitas kambing. Kalau bangsanya bangsa singa, maka pemimpinnya juga berkualitas singa.”


Rasulullah saw bersabda: Sebagaimana keadaan kalian, seperti itulah pemimpin kalian (HR Al-Baihaqi). Dalam tafsir Ad-Dur Al-Mantsur, hadits ini menegaskan bahwa jika keadaan manusia sudah rusak maka yang jadi pemimpin adalah orang yang buruk.

 

Jumlah pemilih PKS tahun 2019 yang lalu adalah 11.493.663 (8,21 persen dari suara nasonal). Berapa persen dari 11 juta tersebut yang benar-benar kader dakwah? Dan dari kader dakwah tersebut, berapa persen yang memiliki loyalitas terhadap dakwah? Tentu angkanya lebih kecil lagi.

 

Kalau ingin menyelamatkan bangsa dari keterpurukan, maka mulailah dari memperbaharui komitmen kita sebagai kader dakwah. Sebab kondisi negara saat ini disebabkan karena melempem-nya kader-kader dakwah, lemah dari sisi ruhiyah, rapuh dari sisi loyalitas, dan rendah dari sisi literasi.

 

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra'd Ayat 11).

 

Jangan salahkan siapapun dengan keadaan bangsa ini sekarang. Jangan salahkan pemerintah, jangan salahkan para buzzer. Salahkan diri antum sendiri yang tidak maksimal dalam menjadi kader dakwah.

Posting Komentar

0 Komentar