Sepatu Jadul KMS

Diceritakan oleh seorang al-akh yang pemalu. Sebut aja namanya Budi.

*****

POV Budi:

Jadi aku ngajak Ustadz Moh. Sohibul Iman (MSI) joging. Nggak lama sebelum jadi Ketua Majelis Syuro (KMS) PKS. Jadi lah janjian lari di GBK, meet up di Albina. Aku sampai duluan di Albina. Lagi pakai sepatu, beliau tiba-tiba udah persis di depanku.

"Bud.."

"Eh, Tadz…"

Berdiri salaman terus duduk lagi lanjutin pakai sepatu. Namanya pakai sepatu dan dia di depanku keliatan dong akhirnya. Sepatuku dan sepatunya. “Aku pakai Hoka, kau Eagle jadul,” batinku senada lagu Singkong dan Keju...

(Iya kalau nggak salah Diadora atau Eagle. Pokoknya bukan sepatu kekinian yang maraharahal. Sepatu casual—bukan sepatu lari).

Mulai pada ngumpul dan terbahaslah soal merek sepatu.

"Merk apa itu, Bud?"

"Hoka, Tadz."

Rasanya pengen umpetin kaki atau ganti sepatu Bata 😣

Pas lari, sempat ngobrol sama anak beliau. Saranin beliau ganti sepatu yang lebih “layak” buat lari.

"Kasianlah" kami-kami ini yang udah terlanjur pakai so-called “sepatu lari” kalau joging bareng lagi... 😫

Short story, dapat WA dari anaknya. Nanyain rekomendasi sepatu. Aku usul pakai Asics. Merek bagus, nyaman, dan Jepang banget. Bebas boikot juga kayaknya. "Ok," kata anaknya.

Ketemu lagi lari beberapa waktu kemudian, Ustadz MSI tetap pakai merek lokal dong 🥲

"Asics kemahalan," kata beliau. Itu aja yang lokal udah cukup bagus. Ortusight yang dia pakai sekarang.

*****

Dari editor:

Bagi yang nggak paham konteks, di dunia lari sepatu tuh simbol banget. Kayak kartu nama buat nunjukin “aku serius lari” atau “cuma ikut-ikutan.” Hoka, Asics, On Cloud, Nike—itu semua dianggap sepatu lari “kelas atas.”

Sementara yang dipakai Ustadz MSI waktu itu sneaker jadul casual, bukan buat lari.

Nggak banyak yang “flexing” urusan kesederhanaan begini. Harus banyak yang bantu nge-up supaya orang masih punya harapan.

[Etapi, terbuka diskursus dari berbagai POV, ya 👟👟👟. Penyebutan merk untuk mempertegas konteks, bukan endorse. Hidup produk lokal!]