Di padang pasir yang senja itu, para sahabat berkumpul, mata mereka berbinar menatap unta Rasulullah ﷺ, Al-Adhba. Seekor unta istimewa yang tak hanya dikenal karena ketangguhan tubuhnya, tetapi juga kecepatannya yang tak tertandingi.
Al-Adhba adalah kebanggaan kaum Muslimin. Dalam setiap perlombaan, ia selalu meninggalkan lawannya jauh di belakang, membuat pemiliknya, Rasulullah ﷺ, semakin dihormati oleh mereka yang menyaksikan.
Namun, di tengah kegembiraan itu, datang seorang lelaki Badui, sederhana penampilannya tetapi penuh percaya diri. Ia membawa untanya yang terlihat biasa saja, tak ada tanda-tanda keistimewaan dari hewan itu. Dengan senyum kecil, ia menantang Al-Adhba untuk berlomba. Para sahabat menyambut tantangan ini dengan keyakinan bahwa Al-Adhba akan, seperti biasanya, keluar sebagai pemenang.
Perlombaan pun dimulai. Di awal lintasan, Al-Adhba melaju dengan lincah, meninggalkan unta Badui itu beberapa langkah di belakang. Para sahabat bersorak, memuji keunggulan unta Rasulullah ﷺ. Tapi kemudian, sesuatu yang tak diduga terjadi. Unta Badui itu mulai menyusul, mendekati, hingga akhirnya mendahului Al-Adhba. Saat garis akhir terlewati, unta Badui dinyatakan menang.
Sejenak, kesunyian menyelimuti. Para sahabat, yang tadinya bersorak riang, kini tertunduk kecewa. Mereka merasa kehilangan kebanggaan mereka. Bagaimana bisa unta Rasulullah ﷺ, yang selama ini tak terkalahkan, dikalahkan seekor unta Badui?
Rasulullah ﷺ yang menyaksikan reaksi para sahabat tersenyum lembut. Dalam keheningan itu, beliau bersabda, "Sesungguhnya adalah hak Allah untuk tidak meninggikan sesuatu di dunia ini melainkan Dia akan merendahkannya kembali."
Sederhana, tetapi sarat makna. Sabda itu bagai embun yang membasuh hati para sahabat. Rasulullah ﷺ mengingatkan mereka bahwa segala yang naik akan turun, segala yang berjaya akan merasakan kerendahan. Itulah sunnatullah, ketetapan yang tak bisa diubah.
Peristiwa itu mengajarkan kepada mereka bahwa kemenangan sejati bukanlah soal cepatnya unta atau gemilangnya pencapaian dunia, melainkan sikap hati yang selalu tunduk kepada Allah. Kehidupan di dunia ini hanyalah pergiliran antara kemuliaan dan kehinaan, kemenangan dan kekalahan, yang semua itu adalah ujian bagi keimanan.
Senja itu, para sahabat pulang dengan hati yang penuh hikmah. Mereka paham bahwa peristiwa Al-Adhba adalah pelajaran indah dari Allah, melalui Rasul-Nya, tentang kerendahan hati, tawakal, dan kesadaran akan kefanaan dunia. Di balik perlombaan itu tersembunyi kemenangan hakiki untuk jiwa mereka yang belajar memahami hakikat kehidupan.
Betapa agungnya Rasulullah ﷺ, yang dalam setiap peristiwa, selalu ada pelajaran yang membimbing manusia menuju ridha Allah.
Terinspirasi dari Khutbah Jumat di Masjid Al Adalah, 29 November 2024.
Aksara Arya
0 Komentar