Hikmah Idul Adha dalam Hasil Pemira dan Musyawarah Majelis Syuro PKS




Oleh: Samsuddin Yunus


Di tengah gema takbir yang mengalun dari berbagai penjuru negeri, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali menegaskan jati dirinya sebagai partai dakwah yang senantiasa bergerak dalam irama kebersamaan umat. 


Momentum Idul Adha tahun ini menjadi sangat istimewa karena beriringan dengan diumumkannya Hasil Musyawarah I Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menetapkan secara musyawarah mufakat H. Mohamad Sohibul Iman, Ph.D. sebagai Ketua Majelis Syura PKS dan Dr. H. Almuzzammil Yusuf sebagai Presiden PKS terpilih untuk periode 2025–2030. Sebuah mekanisme demokrasi internal yang telah menjadi ciri khas partai dalam menyemai kepemimpinan berbasis amanah dan musyawarah.


Seperti halnya ibadah qurban yang menuntut keikhlasan dan pengorbanan, Pemira dan hasil MMS juga menuntut kesungguhan dan kebesaran jiwa. Para kader dari berbagai level dan latar belakang, baik di pusat maupun daerah, ikut ambil bagian dalam menentukan arah kepemimpinan masa depan. Tak sekadar memilih nama, Pemira menjadi wahana untuk menguji kedewasaan politik internal: mampukah kita meletakkan maslahat jamaah di atas kepentingan pribadi?


Idul Adha mengajak kita menengok kembali kisah agung Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS. Sebuah kisah yang tidak hanya berbicara tentang pengorbanan, tetapi juga tentang ketaatan yang melahirkan keteladanan. Maka, hasil Pemira tahun ini pun sejatinya adalah hasil dari sekian banyak Ismail-Ismail baru yang bersedia dipilih, siap memimpin, namun juga siap dipimpin, sebuah manifestasi dari nilai-nilai keadaban politik Islam.


Kader-kader terbaik yang terpilih bukanlah pemilik kemenangan pribadi, tetapi penerima amanah kolektif. Mereka adalah simbol dari doa-doa panjang para kader di pelosok negeri yang senantiasa mendambakan partai ini tetap istiqamah menebar kebaikan dan memperjuangkan keadilan sosial.



Dalam tradisi qurban, hewan terbaik dipersembahkan untuk Allah. Dalam Pemira dan MMS, yang terbaik dari kader-kader bangsa dipersembahkan untuk rakyat. Keduanya lahir dari semangat yang sama, pengorbanan demi kemaslahatan. Inilah yang membedakan PKS dari partai-partai lainnya bahwa kepemimpinan bukanlah rebutan, tapi pengabdian.


Hasil Pemira maupun hasil Musyawarah Majelis Syuro’ bukan sekadar daftar nama, tetapi cermin dari denyut nadi perjuangan kita bersama. Sebagaimana darah qurban yang mengalir membawa berkah, kepemimpinan hasil Pemira dan MMS Ini diharapkan mampu mengalirkan energi baru dalam dakwah politik PKS menuju Indonesia yang lebih adil, makmur, dan bermartabat.


Dalam tahun-tahun politik yang kian menantang, hasil ini menjadi petunjuk arah yang terang. Namun lebih dari itu, momentum Idul Adha ini menyempurnakan refleksi kita sebagai kader dakwah. Apakah kita siap untuk terus berqurban? Bukan hanya harta, tetapi waktu, pikiran, bahkan ego politik, agar partai ini tetap menjadi pelita dalam gelapnya dinamika politik nasional.

Posting Komentar

0 Komentar