oleh: Murtini, S.TP
Kabid Humas DPD PKS Kabupaten Madiun
Momentum Idul Adha tidak semata tentang ritual keagamaan, melainkan sebuah refleksi tentang kepedulian sosial dan keteladanan berbagi. Di tengah berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat, program-program berbasis kemanusiaan yang dilakukan secara kolektif menjadi sangat relevan. Salah satu yang patut diapresiasi adalah program Tebar Qurban Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kini memasuki tahun pelaksanaan ke-23 dan menargetkan 2,3 juta paket qurban pada 2025.
Jika menilik rekam jejaknya, Tebar Qurban bukanlah kegiatan seremonial tahunan belaka. Ia telah menjadi bentuk konkret dakwah sosial yang menjangkau akar rumput. Sejak tahun 2020, program ini mengalami peningkatan yang signifikan. Meski data resmi tahun 2020 dan 2021 belum terdokumentasi secara menyeluruh, capaian mulai tercatat jelas sejak 2022.
Pada tahun 2022, PKS berhasil mendistribusikan 1,5 juta paket qurban ke berbagai daerah, termasuk 5.000 paket yang tersebar di seluruh daerah pemilihan di Kabupaten Kuningan. Tahun berikutnya, yakni 2023, capaian meningkat menjadi 1.885.890 paket, yang terdiri dari daging sapi, kerbau, dan kambing. Distribusi dilakukan secara nasional, termasuk wilayah Sumatera Barat yang menyumbang 164 ekor sapi dan 153 ekor kambing dalam program tersebut.
Kemudian pada tahun 2024, PKS mencatatkan distribusi terbesar hingga saat itu dengan total 2 juta paket daging qurban. Di Jawa Timur saja, terkumpul 421 sapi dan 2.969 kambing, menghasilkan 200.525 paket yang tersebar ke masyarakat di seluruh provinsi tersebut. Sebaran nasional juga mencakup daerah 3T, wilayah bencana, dan bahkan menjangkau komunitas diaspora Indonesia di luar negeri seperti Malaysia dan Hong Kong.
Qurban sebagai Dakwah Lintas Dimensi
Islam mengajarkan bahwa qurban bukan hanya ibadah vertikal, melainkan juga ekspresi kepedulian horizontal. Dalam konteks ini, Tebar Qurban PKS telah menjadikan momen tersebut sebagai instrumen dakwah yang lebih luas. Ia bukan hanya menyampaikan daging, tetapi juga menyampaikan pesan solidaritas, silaturahmi, dan pembelaan terhadap hak-hak kaum kecil.
Yang menarik, program ini bukan monopoli internal partai. Melalui skema Patungan Qurban, masyarakat umum dilibatkan secara terbuka. Artinya, ada proses pemberdayaan dan partisipasi publik di dalamnya. Pendekatan ini memperlihatkan bahwa partai politik bisa menjadi pelayan publik, bukan hanya pengelola kekuasaan.
Politik Pelayanan: Narasi Alternatif
Di tengah menguatnya politik transaksional dan pragmatisme kekuasaan, langkah PKS ini seolah menyuguhkan narasi alternatif: bahwa politik bisa dibumikan melalui pelayanan nyata. Dalam perspektif sosiolog Emile Durkheim, solidaritas sosial menjadi pengikat kohesi masyarakat. Qurban adalah momentum merekatkan relasi sosial yang rapuh oleh kompetisi dan sekat sosial-ekonomi.
Program Tebar Qurban adalah bentuk dari grassroots politics—politik dari bawah—yang menyentuh langsung kebutuhan riil rakyat. Maka, tidak heran jika dalam beberapa kajian, program seperti ini turut menyumbang pada persepsi positif masyarakat terhadap institusi politik yang selama ini acapkali dipandang sinis.
Harapan dan Tantangan
Namun, tantangan ke depan tidak kecil. Target 2,3 juta paket qurban tentu memerlukan sinergi besar, baik dalam hal penggalangan dana, manajemen logistik, maupun distribusi yang merata dan tepat sasaran. Keterbukaan informasi dan pelaporan menjadi penting agar publik dapat terus memberikan kepercayaan.
Jika berhasil, Tebar Qurban PKS 2025 bukan hanya sekadar catatan angka, tetapi menjadi bukti bahwa politik yang membela dan melayani tetap relevan di tengah keringnya etika dalam jagat politik nasional.
-------
Idul Adha adalah panggilan spiritual sekaligus sosial. Ketika partai politik mampu memaknainya dalam aksi nyata, maka inilah bukti bahwa agama dan politik tak harus berseberangan. Justru keduanya bisa saling menguatkan: agama sebagai inspirasi, politik sebagai instrumen kemaslahatan. Dan di tengah itu, Tebar Qurban menjadi jembatan harapan di antara keduanya.
0 Komentar