Kondisi Wisata Talaga Biru Cigaru tahun 2018, tampak pengunjung masih tampak ramai (foto:eqnews.com) |
Apa kabarnya tempat wisata Talaga biru yang beralamat di Jl. Cigaru, Desa Cisoka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang kini?
Sangat menyedihkan, itu yang penulis rasakan ketika menapakinya beberapa pekan lalu. Pengunjung sangat sepi, hanya terlihat tidak lebih dari dua puluh orang di saat siang hari sekitar pukul 14.00 WIB. Fasilitas photobooth yang biasanya mengular antriannya sebelum adanya pandemi, kini nyaris tak ada pengunjungnya.
Kolam renang yang semula selalu dipenuhi pengunjung anak-anak dan dewasa, kini tidak lagi berfungsi. Aneka wahana dan segala fasilitasnya kondisinya sungguh memprihatinkan, banyak yang berkarat dan tidak bisa digunakan lagi.
Hanya beberapa perahu dan anjungan yang masih tampak bisa digunakan untuk berswafoto.
Bahkan warung-warung kecil yang biasanya ramai dengan pembeli, kini yang buka tidak lebih dari tiga warung saja setiap harinya.
Ketika penulis tiba di gerbang untuk menanyakan harga tiket, juru parkir hanya bilang "Masuk saja bu, cukup bayar parkir saja, motor lima ribu rupiah dan untuk mobil sepuluh ribu rupiah ".
Padahal sebelumnya tiket masuk dibandrol dengan harga tujuh ribu perorang, parkir motor lima ribu, biaya parkir mobil sepuluh ribu. Belum termasuk tiket wahana, dan swafoto.
Pengunjung yang datang ke lokasi ini sekarang, kebanyakan yang sengaja menyalurkan hobi photografi dan yang yang akan melaksanakan prewedding.
Suasana sepi sangat cocok untuk momen seperti itu. Apalagi jika datang berkunjungnya dipagi dan sore hari, pengambilan gambar sangat pas, tidak overlighting seperti pada siang hari.
Menurut kabar yang disampaikan oleh salah seorang penduduk asli Cigaru yang membuka warung kopi dan camilan ini, dahulunya tempat ini adalah area pesawahan dan kebun bambu. Masyarakat sekitar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan juga membuat aneka anyaman dari bambu. Salah satu yang terkenal adalah topi pramuka pada era 80 dan 90-an.
Desa Cigaru merupakan sentra pembuatan anyaman topi pramuka pada masanya. Topi-topi pramuka dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.
Setelah topi pramuka berganti dari anyaman bambu ke topi buatan pabrik, ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan para penduduk. Sehingga pada saat ada pengusaha-pengusaha tambang yang datang ingin membeli tanah dan sawah penduduk. Mereka dengan ikhlas menjualnya hanya dengan harga 2500 sampai 3000 rupiah saja permeter.
Pengusaha tambang pasir mulai menggali sawah dan kebun-kebun, dengan menggunakan alat berat. Hingga menyisakan tiga lubang besar disana. Lamanya aktifitas penambangan pasir ini, sering mengakibatkan longsor kecil, namun cukup membahayakan bagi penduduk sekitar. Akhirnya penambangan pasirpun dihentikan dan ditinggalkan oleh pemiliknya. Penambangan pasir ini terjadi sekitar tahun 1999 hingga tahun 2005.
Tiga lubang besar itu kemudian menjadi semacam telaga, karena banyaknya air hujan yang tertampung selama bertahun-tahun. Yang tiap telaga berbeda-beda kedalamannya.
Faktor ketidaksengajaan inilah yang menyebabkan banyaknya alga yang tumbuh, juga tingkat keasaman air dan faktor sinar matahari menjadikan telaga ini airnya bisa berubah warna. Sehingga sangat bagus ketika diabadikan gambarnya.
Pada tahun 2015 tempat ini mulai banyak dikunjungi orang. Dari mulut ke mulut, dari banyaknya postingan di media sosial, kawasan ini semakin populer.
Akhirnya Pada tahun 2018, Bupati Kabupaten Tangerang Ahmad Zaki Iskandar meresmikan tempat wisata ini, yang diberi nama Wisata Alam Telaga Biru Cigaru.
Wisatawan datang tidak hanya dari Kabupaten Tangerang saja, banyak yang dari luar daerahpun turut menjejakkan kakinya disini, hingga pertumbuhan ekonomi penduduk sekitarpun semakin terus menggeliat naik.
Awal tahun 2020 virus corona masuk ke Indonesia, mengakibatkan pandemi yang berkepanjangan. Banyaknya lokasi yang ditutup turut mempengaruhi objek wisata ini juga. Hingga kini pemulihan belum terlihat. Pengunjung belum terlihat banyak.
Menurut Anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Wishnu Yudhamukti yang juga tinggal di Cisoka menuturkan, salah satu kendala Wisata Talaga Biru sulit dikembangkan karena belum sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Pengelolaannya masih dilakukan swadaya oleh masyarakat Cigaru.
Politisi PKS itu menyayangkan melihat kondisi wisata di Cigaru yang dulu sangat terkenal namun sekarang tidak terawat dan terurus sehingga terbengkalai dan pengunjung makin berkurang.
"Kendala Danau Biru Cigaru adalah karena tempat wisata tersebut masih dimiliki oleh perseorangan. Jika ingin maju memang pemerintah daerah harus mengambil alih atau kalau tidak bisa, dikerjasamakan dengan pihak desa," kata Wishnu Yudhamukti saat dimintai keterangannya oleh penulis.
Tangerang, 6 September 2021
Ella Helawati
Ketua Reli Kabupaten Tangerang
0 Komentar