"Silakan Scroll ke Atas!" Cerita Tentang WAG Pengurus PKS



Oleh Murtini, S.TP — Kabid Humas PKS Kabupaten Madiun


Grup WhatsApp sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan para kader hari ini. Grup DPC, grup bidang, grup program, hingga grup info kajian berseliweran memenuhi ruang obrolan kita sehari-hari. Isinya? Jangan ditanya. Penuh warna.


Ada yang rajin menyimak, ada yang suka menyapa, ada yang langsung membagikan flyer kegiatan, dan tentu saja… ada yang bertanya. Lucunya, pertanyaan itu kadang sudah dijawab sejak 30 chat yang lalu. Lalu muncullah balasan yang sudah sangat akrab di telinga kita:

"Silakan scroll ke atas."


Menariknya, di grup kader, kalimat ini bukan jadi pemantik emosi. Justru sering kali disambut dengan emot tawa, atau disusul tangkapan layar dari anggota lain yang dengan ringan hati membantu mencarikan ulang. Suasana tetap cair. Tidak ada yang merasa direndahkan, tidak pula ada yang merasa lebih tahu.


Memang, ritme grup kadang begitu cepat. Ada yang ketinggalan info karena tugas lapangan, sinyal yang hilang, atau sekadar belum sempat buka HP karena anak sedang minta ditemani belajar. Dan itulah mengapa, di grup kader, "scroll ke atas" tidak pernah dibaca dengan nada tinggi—melainkan jadi bagian dari dinamika yang hangat dan saling memahami.


Karena di grup kader, bukan hanya informasi yang berputar, tapi juga rasa kebersamaan. Siapa pun boleh bertanya, siapa pun boleh mengingatkan. Ada yang cepat menyimak, ada yang butuh pengulangan. Semua saling menambal kekurangan, tanpa saling menghakimi.


Begitulah seharusnya sebuah grup dakwah berjalan. Saling melengkapi, bukan bersaing untuk paling cepat tahu. Yang lebih dahulu tahu tak keberatan berbagi. Yang baru tahu tak malu bertanya. Kalimat "silakan scroll ke atas" pun akhirnya menjadi ungkapan ringan—bukan sindiran, tapi tanda bahwa grup ini hidup dan ramai.


Karena sesungguhnya, dalam kerja-kerja dakwah yang kolektif, komunikasi adalah bagian dari ibadah. Menjaga akhlak digital, merawat adab dalam chat, hingga membalas dengan emot yang tepat—semuanya menjadi bagian dari amal yang berpahala.


Jadi, jika suatu saat kita membaca kalimat itu lagi, cukup senyum… lalu scroll pelan-pelan ke atas. Mungkin ada info yang memang perlu kita baca ulang. Atau mungkin, ada tawa yang tertinggal dan layak dibaca kembali.


__

Terinspirasi dari jargon cak Prapto, tokoh humas DPW Jatim

Posting Komentar

0 Komentar