Menerapkan Efek Shinkansen di PKS



oleh: Muchlisin, S.Pd.I., M.Pd.

Ketua Bidang Kaderisasi DPD PKS Gresik periode 2015-2020 dan 2020-2025


Pada tahun 1958, Pemerintah Jepang menugaskan Japan Railways (JR) untuk mengembangkan cara tercepat menghubungkan Tokyo dan Osaka. Beberapa bulan kemudian, para insinyur JR mengajukan proposal berani: membuat kereta dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Kecepatan ini dianggap berbahaya pada masanya. Namun jika berhasil, proyek ini akan melahirkan salah satu kereta tercepat di dunia.

 

“Kita membutuhkan kereta yang dua kali lebih cepat,” tanggapan pemimpin JR membuat para insinyur terkejut. Menurut mereka, kereta berkecepatan 200 km/jam hanya ada dalam film-film fiksi ilmiah.

 

Pemimpin JR menegaskan bahwa mereka siap menggelontorkan dana sebanyak yang dibutuhkan karena pemerintah memberikan kewenangan penuh demi terwujudnya transportasi “masa depan” ini.

 

Para insinyur kembali memutar otak. Beberapa bulan kemudian, mereka mengajukan proposal baru yang memuat perubahan total dari proposal awal. Kereta peluru yang memiliki motor di setiap gerbong, yang lebih ringan dan bentuknya lebih aerodinamis sehingga mengurangi hambatan udara. Mereka juga mengubah rel kereta dan membuat terowongan-terowongan untuk melintasi daerah pegunungan di sekitar Gunung Fuji.

 

Hasilnya, kereta peluru berkecepatan 200 km/jam yang kemudian dinamakan Shinkansen. Dengan Shinkansen, Tokyo-Osaka yang semula ditempuh dalam waktu 6 jam 40 menit menjadi tinggal 3 jam 10 menit.

 

Efek Shinkansen

 

Ada dua jenis perubahan dalam organisasi: perubahan inkremental (incremental change) dan perubahan radikal (radical change).  Kedua-duanya diperlukan. Namun, perubahan inkremental sifatnya perlahan dan bertahap. Jika ingin lompatan besar, diperlukan perubahan radikal atau transformasional. Shinkansen adalah contoh perubahan kedua ini sehingga ia juga sering disebut sebagai Efek Shinkansen (Shinkansen Effect).

 

Jack Welch yang terkenal sebagai CEO paling berpengaruh abad ke-20 mengadopsi Efek Shinkansen ketika perusahaannya bertumbuh lambat. Maka, General Electric pun mampu bersaing dan terus berinovasi meskipun telah berdiri sejak seratus tahun silam. Elon Musk juga menerapkan Efek Shinkansen sehingga dalam waktu kurang 10 tahun, Space X mampu menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat diselesaikan NASA selama 50 tahun.

 

Partai Buruh (Labour Party) Inggris pada era Tony Blair adalah contoh penerapan Efek Shinkansen dalam dunia politik. Saat itu, Partai Buruh kalah berturut-turut pada Pemilu 1979, 1983, 1987, dan 1992 dan dianggap tidak relevan dengan zaman. Tony Blair mengusung perubahan radikal lewat strategi “New Labour”, yaitu repositioning partai ke tengah. Ia juga melakukan perubahan radikal dalam pendekatan dengan mendukung pasar bebas, tetapi tetap peduli sosial. Hasilnya, kemenangan besar pada Pemilu 1997 setelah 18 tahun oposisi.

 

Kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Turki pada Pemilu 2002 juga menjadi contoh penerapan Efek Shinkansen. AKP yang kali pertama ikut pemilu langsung menang besar (34%), menang lebih besar (46,6%) pada Pemilu 2007, lalu menang telak (49,8%) pada Pemilu 2011. Erdogan melakukan perubahan radikal dengan reformasi ekonomi besar-besaran, modernisasi birokrasi dan layanan publik, hingga pendekatan geopolitik baru.

 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang selama lima kali pemilu bertahan sebagai partai menengah (medium party) juga perlu Efek Shinkansen agar mampu melakukan lompatan besar menuju partai atas (major party). Apalagi DPW dan DPD yang kursinya stagnan, turun, atau bahkan belum punya kursi.

 

Pemimpin yang Visioner dan Menggerakkan

 

Kapasitas organisasi tidak akan lebih besar daripada kapasitas kolektif pemimpinnya,” simpul John C. Maxwell dalam bukunya, The 21 Irrefutable Laws of Leadership.

 

Dengan bahasa berbeda, Peter Drucker menyatakan bahwa organisasi akan tumbuh setinggi kualitas pemimpinnya. Sedangkan Jim Collins dalam Good to Great menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan menentukan apakah organisasi bisa melompat dari baik (good) menjadi luar biasa (great).

 

Pernyataan-pernyataan ini tidak berlebihan. Sejarah telah membuktikannya. Islam tumbuh pesat dan mencapai kemenangan gemilang di bawah kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang luar biasa. Michael H. Hart, ilmuwan non muslim, mengakui bahwa Rasulullah Muhammad adalah tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Karenanya ia menempatkan beliau pada peringkat pertama dalam bukunya, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History.

 

Para insinyur JR awalnya beranggapan membuat kereta dengan kecepatan 200 km/jam adalah mission impossible. Namun, pemimpin JR yang visioner mematok angka itu sebagai target. Bagaimanapun caranya, berapa pun dana yang dibutuhkan.

 

Rasulullah jauh lebih hebat dari mereka. Pada situasi genting Perang Ahzab, kritis, tidak ada dana, bahkan makanan pun tidak mencukupi, Rasulullah mengabarkan kemenangan atas Yaman, Syam, dan Persia. Motivasi para sahabat memuncak, energi mereka menjadi berlipat. Singkat cerita, kaum muslimin menang Perang Ahzab.

 

Beberapa tahun kemudian, ketika Rasulullah masih hidup, Yaman menjadi negeri Islam. Melalui dakwah, tanpa perang besar-besaran. Pembebasan Syam dimulai sejak masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan dituntaskan pada masa Umar bin Khattab melalui Perang Yarmuk, Pembebasan Damaskus, dan Pembebasan Baitul Maqdis. Pembebasan Persia juga terjadi pada masa Umar bin Khattab dengan puncaknya Perang Qadisiyah.

 

Yang lebih visioner, ketika Rasulullah mensabdakan pembebasan Konstantinopel. Visi itu telah menggerakkan umat Islam beberapa kali melakukan usaha penaklukan dan baru tercapai delapan abad kemudian oleh Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453.

 

Para pemimpin PKS harus visioner dan menggerakkan. Bukan hanya DPTP dan secara khusus Presiden PKS, tetapi juga DPTW –khususnya Ketua DPW- dan DPTD –khususnya Ketua DPD- hingga Ketua DPC dan Ketua DPRa.

 

Jika Presiden PKS telah berhasil menggerakkan DPW di seluruh Indonesia, maka Ketua DPW harus berhasil menggerakkan seluruh DPD di Provinsinya. Demikian pula Ketua DPD harus bisa menggerakkan seluruh DPC di Kabupaten/Kota-nya dan Ketua DPC harus bisa menggerakkan DPRa di kecamatannya.

 

Ingat, salah satu poin penting yang membedakan Shinkansen dengan kereta konvensional, Shinkansen memiliki motor di seluruh gerbong. Bukan hanya di lokomotif. Agar seluruh struktur bergerak:

 

§  Para pemimpin PKS harus rajin turba. Ketua DPW harus rajin turba ke DPD. Demikian pula Ketua DPD turba ke DPC, Ketua DPC turba ke DPRa. Pemimpin-pemimpin yang berhasil menggerakkan organisasinya adalah mereka yang turun ke lapangan untuk menginspirasi dan menggerakkan anggota, tidak hanya bekerja dari balik meja.

 

§  Ketua DPW, Ketua DPD, dan Ketua DPC  harus melakukan monev (monitoring dan evaluasi) secara rutin. Tidak hanya mengevaluasi bidang-bidang tetapi juga mengevaluasi struktur di bawahnya.  

 

§  Menjadi teladan (uswatun hasanah). Poin ini tidak lebih ringan daripada poin-poin sebelumnya. Tetapi, satu keteladanan lebih efektif daripada seribu kata-kata.

 

Seluruh Elemen Bergerak

 

Meskipun pemimpin adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap kemajuan suatu organisasi, seluruh anggota juga memiliki tanggungjawabnya masing-masing. Jika kita membiarkan para pemimpin bergerak sendiri sementara kita hanya berpangku tangan, maka PKS masih seperti kereta konvensional yang hanya memiliki motor di lokomotif.

 

Mayoritas anggota PKS memiliki dua tugas; tugas struktural (wadhifah tandhimiyah) dan tugas (wadhifah mashiriyah). Wadhifah tandhimiyah adalah tugas kita di struktur kepartaian yang mungkin tidak semua anggota memiliki tugas ini. Namun, semua anggota pasti memiliki wadhifah mashiriyah untuk berdakwah, mengedukasi masyarakat, dan berbagi manfaat untuk sesama manusia. Juga mengkampanyekan PKS di lingkungan kita.

 

Jika seluruh anggota bergerak menjalankan tugasnya masing-masing, ini akan memiliki efek besar dalam upaya membawa PKS naik dari partai menengah ke partai atas. Struktur bergerak, anggota bergerak, elektabilitas PKS juga akan bergerak.

 

Yang menjadi catatan, pada sebagian DPD, justru yang lebih banyak bergerak adalah UPA. Itu pun pergerakannya belum ideal. Sedangkan struktur, terutama DPC dan DPRa, masih belum aktif kecuali saat pemilu.

 

Maka, jika kita ingin ada Efek Shinkansen di PKS, kita semua harus bergerak. Cukup dengan menjalankan tupoksi kita dalam wadhifah tandhimiyah dan melakukan wadhifah mashiriyah itu sudah luar biasa.

 

Transformasi Strategi

 

Shinkansen bisa melaju 200 km/jam (bahkan generai terbaru Shinkansen ALFA-X kecepatan operasionalnya 360 km/jam), bukan semata-mata karena punya teknologi motor di seluruh gerbong tetapi juga bentuknya yang aerodinamis, material ringan, dan rel khusus (Dedicated High-Speed Tracks).

 

Jika PKS ingin lepas dari jebakan partai menengah, perlu transformasi strategi. Transformasi strategi ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2020 dengan perubahan lambang, mars, dan hyme PKS. Perubahan itu telah diikuti dengan sejumlah upaya untuk lebih ke tengah menyasar ceruk baru, tetapi hasilnya belum signifikan.

 

PKS perlu berinovasi untuk mendekati anak-anak muda. Pada Pemilu 2029 nanti, Gen Z dan Gen Alpha diprediksi akan menempati 34-35% dari total pemilih. Strategi DPP memilih pengurus muda sudah tepat. PR berikutnya adalah bagaimana pengurus-pengurus baru berusia muda itu bisa menggaet pemilih dari Gen Z dan Gen Alpha.

 

PKS juga perlu membangun koneksi dan responsif terhadap kebutuhan akar rumput (grassroots mobilization). Tidak bisa dipungkiri, di banyak daerah, PKS belum menjadi partai yang paling dekat dengan rakyat. Branding partai wong cilik masih milik partai lain. Kombinasi pendekatan ke pemilih muda dan wong cilik terbukti membawa kemenangan PKS pada Pilkada Purbalingga.

 

Optimasilasi media sosial, teknologi digital, dan artificial intellegence (AI) juga perlu dilakukan. Kehadiran yang kuat di TikTok, Instagram, dan YouTube terbukti meningkatkan kekuatan elektoral sebagaimana Partai Move Forward di Thailand pada Pemilu 2023.

 

Salah satu kelemahan PKS di tengah masyarakat paternalistik adalah belum munculnya tokoh sentral sebagaimana Gerindra punya Prabowo, Partai Demokrat punya SBY, dan PDIP punya Megawati. PKS perlu menokohkan Presiden PKS atau salah seorang tokohnya hingga menjadi tokoh nasional yang kuat dan “kharismatik.”

 

Demikian pula di tingkat daerah, PKS perlu memiliki tokoh-tokoh lokal. Sejumlah daerah pemilihan (Dapil) yang menempatkan tokoh lokal terbukti bisa menambah jumlah suara, bahkan kursi.

 

Tentu masih banyak ide-ide transformasi strategi. Sangat bagus jika struktur di wilayah dan daerah menggali ide-ide dari anggota, kalau perlu dibuat semacam kompetisi ide dan inovasi. Dari seluruh ide yang masuk, kelompokkan ide-ide ke dalam empat kategori: high impact low effort, high impact high effort, low impact low effort, low impact high effort. Prioritaskan menerapkan high impact low effort, jauhi low impact high effort. []

 


 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar