Babak Baru Transformasi PKS



Al Muzzammil Yusuf menepati janjinya. Meskipun ia adalah Presiden Partai tertua saat dilantik dalam sejarah partai ini. Nur Mahmudi Ismail dilantik tahun 2000 saat usianya masih 37 tahun. Dilanjutkan Hidayat Nur Wahid yang dilantik saat usianya masih 40 tahun. Sedangkan Al Muzzammil Yusuf dilantik menjadi Presiden PKS saat usianya sudah 60 tahun.


Tapi umur hanyalah angka. Begitu kata pepatah Inggris. Age is just a number. Umur tidak membatasinya untuk membawa ide-ide transformatif untuk menyempurnakan transformasi PKS.


“Kepengurusan di tingkat pusat, wilayah dan daerah,” Kata Al Muzzammil Yusuf dalam pidato pertamanya tanggal 5 Juni 2025, “Akan memberi ruang signifikan kepada anak-anak muda PKS sebagai bentuk keberpihakan pada kaderisasi dan regenerasi. Menguatkan komitmen pada nilai bersih, peduli dan profesional serta membangun tata kelola partai yang baik. Yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas dan meritrokrasi.”


Ia tidak mengingkari janjinya. Pada senin sore, 23 Juni 2025 di Kantor DPP PKS, Al Muzzammil mengumumkan kepengurusan DPP PKS yang banyak diisi wajah baru. Kepengurusan diisi oleh banyak anak muda PKS. Bahkan Sekjennya, Muhammad Kholid baru berusia 39 tahun. Usia yang terhitung muda dalam dunia politik. 


Bukan hanya muda, tapi juga terlihat sesuai dengan kapasitasnya dalam menduduki jabatan tersebut. A man in the right place. Seperti dr Gamal di bidang pendidikan dan kesehatan. Dr Gamal sedari dulu memang banyak diberi penghargaan dibidang sociopreneur kesehatan tentang programnya berupa Klinik Asuransi Sampah. Riyono Caping yang memang aktivis pertanian yang selalu memakai caping sebagai brandingnya ditempatkan di bidang petani, peternak dan nelayan. Dan profil lain bisa dengan mudah kita cek lebih lanjut.


Inilah yang dijanjikan Al Muzzammil Yusuf tentang Regenerasi dan Meritrokrasi. Memberi kesempatan pada kader-kader muda dan menempatkannya sesuai dengan kapasitasnya. Meritrokrasi adalah sebuah sistem tentang pemberian jabatan kepada mereka yang punya kapasitas, tanpa memperhatikan umur, junior-senior atau kedekatan.


Meritrokrasi dalam iklim politik kita adalah barang yang sangat mahal karena saking langkanya. Pemberian atau penempatan dalam suatu jabatan biasanya didasarkan atas patronase yaitu kedekatan seseorang kepada pemberi jabatan. Maka dari itu, anak-anak muda kita lebih senang membangun kedekatan dengan lingkar penguasa dan tidak begitu peduli dengan intelektualisasi.


Tantangannya sekarang, apakah gagasan Presiden Partai tentang regenerasi dan meritrokrasi itu bisa diterapkan di wilayah (Kepengurusan tingkat provinsi) dan daerah (Kepengurusan tingkat kota kabupaten) sebaik itu diimplementasikan di pusat?


Sebab, sumber daya kader di wilayah dan daerah tentu berbeda dengan pusat. Pemberian kepemimpinan wilayah dan daerah kepada kader-kader muda tentu lebih beresiko. Kader-kader muda di daerah, selain sedikit, juga tidak banyak memiliki pengalaman politik. Itu seperti perjudian dengan taruhan yang lebih besar. Tapi, itu adalah keniscayaan. Pertaruhan itu harus dilakukan untuk menyempurnakan transformasi PKS. Tidak ada pilihan lain. Mungkin akan terseok pada mulanya, tapi percayalah itu pertaruhan yang layak dipertaruhkan.


Yang lebih menarik lagi, selain regenerasi dan meritrokrasi, Al Muzzammil Yusuf juga membangkitkan kembali slogan lama PKS; “Bersih, Peduli, Profesional”.


Sepertinya itu bukan sekedar slogan, tetapi DNA PKS. Al Muzzammil Yusuf nampaknya ingin menyampaikan bahwa warna, logo, nomenklatur, istilah, strategi, nahkoda dan awak kapal bisa berganti mengikuti berkembangnya zaman, namun jati diri dan prinsip tidak boleh berubah apapun yang terjadi.


Memilih untuk menjadi Partai yang punya prinsip kuat di iklim politik yang menonjolkan pragmatisme kepentingan tentu tidak akan mudah. Menginstal kembali slogan itu perlu kerja keras dan ketahanan menghadapi cacian orang-orang yang suka mencaci.


oleh: Subhan Triyatna Politisi Magang

Posting Komentar

0 Komentar