Oleh-Oleh Cucian dari Kembara PKS DIY



Oleh : Zamghozy


Jama'ah subuh di Kembara gelombang 3 ini sepertinya menjadi lebih khidmat, atau karena masih mengantuk. Diikuti ma'tsurat pagi dan kultum, nuansa pagi yang dingin berasa sejuk. Panitia kemudian membuka sesi sharing untuk mengambil pelajaran dari medan perang semalam. Sesi ini malah jadi ajang pengakuan dosa dan momen saling bermaafan. Selanjutnya, dari panitia menanyakan, adakah barang dari tiap kelompok yang hilang.. Ternyata banyak juga barang yang diambil panitia karena peserta lalai melaksanakan ronda di tendanya. Barang dikembalikan dengan pushup sebagai syarat pelunasan. 


Matahari sudah cukup naik ketika sesi ini diakhiri, tapi kami cukup tenang karena Gunung Merapi tampak jelas dari tempat kami. Demikian pula, tampak jelas bagi kami ada 2 jumbo dan 1 panci besar di pos panitia. Alhamdulillah, ga harus masak besar untuk sarapan. Peserta diperbolehkan ambil piring dan sendok untuk makan. Burjo. Ya, bubur kacang hijau panas dengan teh dan secang panas menjadi menu sarapan pembuka kami. Satu-satunya menu makanan yang disediakan panitia untuk semua peserta di kembara 3 ini. Bubur kacang hijau digelar di nampan, ditutup dengan roti tawar. Lumayan... agak kemanisan... wkwkwk.


Tulisan sebelumnya: Api Malam 



Peserta diberi kesempatan untuk istirahat sebentar di tenda. Kami memanfaatkan kesempatan itu untuk menambah sarapan nasi dan ngopi, karena kami golongan semego, yang belum kenyang kalo belum makan nasi. Ada juga yang menyambung tidur atau membereskan barang bawaan. 


Jam 8. Peluit berbunyi. Semua peserta berkumpul di lapangan. Lengkap dengan hitungan maju yang artinya pushup sesuai dengan hitungan maju. Kami dijanjikan akan upacara penutupan siang hari dan asar bisa pulang. Rasanya sumringah akan segera pulang istirahat, tapi curiga akan ada menu apa lagi pagi ini. Ya, sudah tampak raut muka kelelahan dari beberapa peserta, tapi tetap ceria! 


Setelah pemanasan, kami diminta menghadap ke utara. Ke arah merapi. Bukan, bukan longmarch ke merapi. Kami diberi tantangan untuk bersaing di tiap pleton. Nyemplung sawah. Mencari telur. Ada empat petak sawah yang dibooking panitia menjadi arena pencarian telur. Lima kelompok per pleton ditarget tiap kelompoknya harus menemukan 6 butir telur. Rule utama dari panitia adalah pencari dan pengambil telur tidak boleh basah. Strategi disusun. 


Semua kelompok kemudian turun ke sawah ketika peluit ditiupkan. Dengan berbagai macam strategi, pengambil telur diamankan dari air. Diangkat, digendong, digotong. Percikan air dan lumpur mulai mengotori baju dan celana peserta. Semua berjalan baik-baik saja sampai... di sawah pleton dua mulai sikut-sikutan menghalangi kelompok yang akan mengambil telur. Byurr! Beberapa orang berguling di lumpur sawah. Ricuh.

Ntah konspirasi apa yang terjadi sampai baju-baju pleton dua berlumuran lumpur. 


Jam setengah sebelas permainan berakhir, saya dan beberapa teman masih muter-muter di sawah mengaduk-aduk lumpur. Mencari sisa telur, dan yang terpenting... kacamata yang jatuh.. 


ALHAMDULILLAH. Setelah sedikit menyurutkan sawah, kacamata bisa ketemu dengan kondisi lumayan aman, hanya agak bengkok. 


Jelang dzuhur, peserta dibubarkan untuk kembali ke tenda masing-masing, bersih diri, masak makan siang, dan packing. Sebagaimana sesi makan sebelumnya, semua peserta kembali diminta masak sendiri. Semua bahan makanan yang tersisa dan masih sempat untuk dimasak kemudian dihidangkan. Semaksimal mungkin. Pleton kami menghabiskan semua stok sarden dan daging yang tersisa. Pleton lain ada yang kebingungan menghabiskan satu dus mie instan. Ada juga yang berusaha menghabiskan persediaan tempe yang sudah terlalu matang dan melimpah. Sebagian lagi, antri di kamar mandi untuk nyicil membersihkan lumpur sawah. 


Tulisan yang tak kalah seru: Lupa Cicilan, Lupa Tanggungan



Sholat dzuhur dan makan siang menjadi penutup agenda kembara gelombang 3 PKS DIY. Pada upacara penutupan, disampaikan bahwa banyak yang 'baru pertama kali terjadi di kembara'. Baru pertama kali penjuru pleton bergeser saat dibariskan, baru pertama kali kembara setelah pandemi yang peserta 'terasingkan sejenak', dan baru pertama kali yang lainnya. 


Terima kasih para panitia kembara yang sudah menyiapkan 3 gelombang kembara dengan keseruan masing-masing. Semoga kembara selanjutnya tidak kalah seru. Dan para peserta Latansa, mungkin tulisan ini memberikan gambaran kenapa kami tidak membawa oleh-oleh foto sebagaimana 2 gelombang kembara sebelumnya, tapi lebih banyak bawa oleh-oleh cucian.

Posting Komentar

0 Komentar