Api Malam di Kembara PKS DIY




Oleh : Zamghozy


Malam usai haflah, setiap kelompok kembali ke tenda. Ada kelompok yang semua langsung mengambil posisi tidur, ada juga yang bergantian berjaga. Di sinilah mulai dipancing untuk konflik antar peserta. Menurut tim kami yang berjaga, ada barang-barang di tenda kelompok lain yang 'bergentayangan'. Kelompok kami nyaris jadi korban.

Tulisan sebelumnya: Lupa Cicilan, Lupa Tanggungan 


Baru jam 11 kembali ke tenda masing-masing, ada bunyi peluit tanda semua peserta harus kumpul. Jam setengah 2! Ini hirosah belum sempet gantian shift udah harus selesai. Kami mengira, 'wah, bakal jurit malam nih menyusuri jalan yang tadi sore'. Makanya banyak yang sudah siap dengan sepatu dan senternya. Ternyata agenda malam ini adalah... perang api!


Tiap kelompok diminta membuat api unggun di area tenda masing-masing dan ketika tanda lampu padam, dimulai waktu untuk mematikan api kelompok lain. 


Lampu padam. Suara cepat langkah kaki menyusuri tenda ke tenda. Diiringi teriakan-teriakan ancaman. Malam yang dingin terasa mencekam.


Krosak! Bwull! 

Suara kresek berisi air menimpa api unggun salah satu kelompok. Sang pelempar dikejar. Ditangkap. Disandera. Terus berulang. Satu persatu api bergantian padam, namun masih menyisakan bara yang kemudian dihidupkan lagi. Semua kelompok bersiaga. Semua bisa jadi sasaran. Namun, ada kelompok yang memilih tenang, pasrah karena api tak kunjung bertahan menyala. Suara dengkuran terdengar dari tenda kelompok tersebut, mengiringi teriakan keributan dan pertengkaran kelompok lainnya.


Kelompok kami, mencari aman, menyerang seperlunya, bertahan semaksimalnya, diserang nyaris saja. Bagi tugas, bertahan menjaga api, sisanya tidur.


Lampu menyala jelang subuh. Arena ditutup. Penyerangan selesai. Sisa api unggun ditata kembali, ditaruh ceret di atasnya, diseduhlah kopi sembari menanti adzan subuh berkumandang.


...bersambung

Posting Komentar

0 Komentar