Lupa Cicilan, Lupa Tanggungan (Catatan Kemah Bakti Nusantara PKS DIY)




Oleh : Zamghozy 


Dua tahun kegiatan Persami ala PKS vakum karena pandemi, secara bertahap PKS DI Yogyakarta menyelenggarakan persami yang dibagi menjadi tiga gelombang. Persami, yang dinamai Kembara, gelombang tiga mestinya diisi oleh kader-kader berusia dibawah 35 tahun. Namun, ada kader-kader jelang senja tapi masih berjiwa 30 tahun ikut meramaikan kembara, meski anak sudah mahasiswa.


Saking cerianya, kembara yang dilaksanakan pada akhir (benar-benar ujung) bulan Juli 2022 ini membuat peserta lupa akan beban cicilan atau tanggungan kerjaan. Kenapa? Berbeda dengan dua gelombang sebelumnya, peserta diwajibkan mengumpulkan HP sejak selesai apel pembukaan sampai selesai apel penutupan (Kebayang gak gimana suasana pos panitia ketika alarm bersahutan dini hari wkwkwk). Makanya, tidak ada foto-foto terkini dari lokasi kembara yang sampai ke medsos-medsos kami.


Berawal dari hari pertama yang diawali dengan mengumpulkan bahan makanan sembari bangun tenda. Makanan yang sudah disiapkan dari rumah, direncanakan bakal dinikmati bareng teman sekelompok, menu nikmat seperti ingkung, dendeng, daging sapi dengan bumbu rendang, tiba-tiba harus dikumpulkan per pleton dan...

diundi...

ditukar dengan menu pleton lainnya.

Sedih, lucu, tapi jadi seru!

Ingkungkuuuuu!!!


Setelah pembukaan dan materi pertama selesai, mulai agenda masak makan siang dengan menggunakan kayu bakar. Tiap pleton menggunakan caranya masing-masing, ada pleton yang membuat dapur umum, ada yang membagi menu masakan per kelompok, dan ada yang bingung... ini daging sapi 6 kg mau diapakan?


Makan siang tiba. Usai dzuhur berjamaah, semua kelompok diminta berkumpul bawa nampan besar yang diisi hasil masakan. Awalnya kita kira bakal makan masing-masing pleton, ternyata sampai selesai kembara, setiap makan pasti di lapangan utama. Kalau siang, makanan hangat tapi suasananya yang panas. Untung bisa ngiyup. Tampak ketika sesi makan perdana ini menu mie instan sudah muncul. Ada yang membarengi dengan sayur, klethikan, dengan lauk spesial... nasi putih...


Selepas pemanasan, materi ular, dan materi kaderisasi, kami diajak untuk mengenal medan sekeliling bumi perkemahan. Menyusuri sawah, lembah dan kebun (bukan rawa lembah dan hutan yakk.. wkwk), mulai terlihat orang-orang yang jarang olah raga dan lama tidak berkegiatan fisik. Kempis-kempis. Tapi tetap, disetiap kegiatan selalu ada celetukan-celetukan yang diiringi tawa, tanpa sekat usia dan jabatan.


Lepas maghrib isya dan makan malam (dengan menu yang serupa, mie lauk nasi), diumumkan akan ada penampilan yel-yel dan haflah. Dadakan nih ujian kreativitas kita. Tapi, justru di sinilah ekspresi kita dibebaskan. Malam ceria yang seakan tiada beban. Bebas berteriak menyanyikan yel-yel. Bernyanyi bersama. Adu puisi tentang ular dan kembara. Nyanyi joko tingkir ngombe dawet. Atraksi berjalan di atas tali. Ditutup dengan hard campaign untuk masuk kepanduan.


...bersambung

Posting Komentar

0 Komentar