Dresscode UPA



oleh: Detti Febrina


Cenderung kasual. Bukan tipe dress code-an. Hitam, dongker, abu-abu. Begitu saja saban hari. Tiap ikut organisasi yang sering mewajibkan gonta ganti dress code, ditaati saja dengan terpaksa.


Tapi ga tau gimana ceritanya, taklim pekanan atau resminya disebut Unit Pembinaan Anggota (UPA) kami tetiba kini "mewajibkan" ber-dress code ria. Sudah hampir semua warna. Dari pink fanta sampe item Iran.


"Abu-abu belooom," cetus seorang teman UPA.


Baiklah. Abu-abu masuk daftar tunggu. Lumayan banyak kayaknya di lemari kalo jilbab dan bebajuan warna ini. Kemaren yang pusing nyari ungu dan merah jambu. Sampe akhirnya rada maksa make blazer seragam sesuatu organisasi. Beneran ga punya ungu-unguan sayah.


Merah jambu? Pink fanta? Punya jilbabnya juga karena terpaksa. Apa lagi kalo bukan karena history harus dress code.


Tahu apa serunya? Tiap UPA rasanya jadi lebih excited. Happy. Tambah agenda bongkar lemari. Gegara dress code UPA.


Bahkan buat saya yang gak demen dress-code-an.


Gak ada anggota UPA yang merasa terpaksa. Ya pake yang ada aja. Ga sampe beli juga. Tiap ganti dress code UPA, ganti foto profil grup WhatsApp 😆.


"Ikhtiar UPA hepi," ujar teman yang jualan baju dan semua warna pastilah kumplit dia 😂


Siang itu pas pula sampai di pembahasan materi kurikulum Risalah UPA. Tentang taaruf, tafahum, takaful. Tentang UPA produktif nan dirindukan. Dress code-nya dong: rok jeans dan atasan putih/biru. Persis anak SMP/SMA. Di foto saya bubuhi caption: SMA 03 Petang.


Semua tertawa.


Bandar Lampung, 8 Juli 2025

Posting Komentar

0 Komentar