Tercurah Resah-Resah di Reses Prima Eyza Purnama



"Kami tak sudi memilih para juara

Juara diam, juara he-eh, juara hahaha"


Tak sulit memahami maksud Bang Iwan Falz, dalam tembang lawasnya berjudul ‘Surat Buat Wakil Rakyat’ itu. Kira-kira, ‘juara diam’ adalah para wakil rakyat yang memilih diam padahal tahu ada yang harus disuarakan terkait kebutuhan konstituennya. ‘Juara he-eh’ adalah yang kebiasaannya mengiyakan saja sesuatu tanpa mau mengkritisi kebijakan yang tidak pro wong cilik. ‘Juara hahaha’ adalah mereka yang kerjanya ketawa-ketiwi, hepi-hepi sementara banyak rakyat yang butuh peran mereka. Meski tidak fair juga jika yang disentil cuma Anggota Dewan karena sejatinya tugas bersuara, mengkritisi, dan peduli adalah tugas bersama. Tugas mereka yang ada kepekaan di hatinya.


Dari lagu lama Bang Iwan itu kita belajar bahwa rakyat menilai kiprah wakil yang mereka pilih. Rakyat maunya didengar. Rakyat butuh bersuara. Tentang apa-apa yang merisaukan mereka. Tentang segala yang dirasa menyulitkan hidup mereka. Dan mereka punya harapan besar pada Anggota Dewan. Maka, kita jelata bersyukur sekali jika ada forum yang memang ditujukan untuk mendengar uneg-uneg, curhat, dan keluh kesah. Di situ kita bebas – tentunya tetap bertanggung jawab – meluapkan isi hati dan kepala. Dan salah satu forum yang pas untuk itu adalah forum resmi bertajuk: Reses Perseorangan Anggota DPRD.


Kemarin sore, 29 Oktober 2024. Di rumah kawan, Pak Mulyadi. Di Dusun Tapu Ondau, Sorowako. Ada banyak orang berkumpul. Di halaman sampai jalanan. Di depan tampak ada tiga orang tokoh. Pertama, Ustadz Sirama, Ketua DKM Al Ukhuwah. Kedua, Ibu Esther, Kepala Dusun Tapu Ondau. Ketiga, Ustadzah Prima Eyza Purnama, Anggota DPRD Kabupaten Luwu Timur periode 2024 – 2029 yang terpilih dari Dapil V (Nuha-Towuti). Beliau dari PKS. Ustadzah Prima, atau yang akrab disapa Ummi Eja, sore itu bertemu, bersilaturrahim, dan siap mencatat, mendengarkan aspirasi masyarakat. 


Bu Novi, MC, mempersilahkan audiens untuk menyampaikan uneg-uneg mereka. Tak perlu sungkan. Ada macam-macam aspirasi yang keluar. Ummi Eja tampak mencatat dan menyimak seksama poin-poin yang diutarakan. Di antaranya, ada yang menyorot soal pencatatan sipil. Ada yang menggarisbawahi perihal pendidikan agama. Ada yang mengangkat soal kios-kios ngangur di pasar Tapu Ondau. Ada yang menekankan soal air yang macet. Ada yang menyuarakan soal TK/TPA. Ada yang mengemukakan soal penilaian kinerja guru. Pun tentang pemekaran Desa Sorowako. Saya sendiri memilih untuk meng-highlight dua poin. Keduanya terkait literasi.


Pertama, agar ada dukungan dana untuk komunitas literasi. Supaya para pegiat literasi kita tidak perlu capek mikir cari uang. Biarlah mereka mikir soal program-program apa yang mau dikerjakan dan mengeksekusinya di lapangan. Sebagai contoh, di Kecamatan Towuti, ada komunitas literasi yang mendapatkan bantuan finansial dari pemerintah lewat Badan Bahasa. Dengan suntikan dana tersebut mereka leluasa mengeksekusi program-programnya. Misalnya bikin perenting tentang literasi sejak dini, bikin bedah buku, bikin kajian penguatan komunitas. Sejatinya, tanpa support danapun para pegiat literasi akan terus berkontribusi. Tapi tentu lebih mantap lagi jika ada.


Poin kedua yang saya sampaikan di forum Reses Perseorangan Prima Eyza Purnama tersebut adalah soal aktivasi Duta Baca. Saya ceritakan pada Ummi Eja pengalaman mendampingi salah seorang murid yang terpilih sebagai Duta Baca Pelajar Luwu Timur. Saya menyebut nama anak dan orang tuanya. Anak tersebut, setelah terpilih sebagai Duta Baca, tidak mendapatkan follow up yang sebetulnya lebih substansial ketimbang ajang seleksi Duta Baca itu sendiri. Harusnya, anak tersebut difasilitasi bisa roadshow, keliling ke sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pendidikan untuk berbicara dengan bahasanya sendiri ke teman-temannya sesama pelajar tentang urgensi minat baca. 


Senang mendengar respon dari Ummi Eja. Beliau menyampaikan bahwa telah berkomunikasi dan menekankan pentingnya membangun minat baca kepada pihak Perpustakaan Daerah sebagai salah satu mitra kerjanya. Dan tidak cuma untuk segmen pelajar, tapi ibu-ibu juga perlu proses pencerdasan lewat budaya baca. Dan pihak Perpustakaan Daerah, menurut Ummi Eja, merasa terbantu dengan kehadiran komunitas-komunitas literasi. Nah, kalau begini kan makin optimis dengan masa depan budaya literasi di daerah kita. Antara pegiat literasi, Anggota Dewan, dan Perpustakaan Daerah sudah ada chemistry tersendiri. Sisa dirawat dan dikawal baik-baik barang ini. 


"Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Kami tak sudi memilih para juara

Juara diam, juara he-eh, juara hahaha"


Resah-resah kita mungkin tak sepenuhnya bisa selesai. Tapi setidaknya, lewat Reses seperti ini, ada ruang untuk terlibat. Pelibatan penting agar terbangun sense of togetherness, rasa kebersamaan. 


Harapan itu masih ada. Semoga Anggota Dewan kita sehat-sehat dalam mengamban amanah rakyat. Dan tidak masuk kategori Juara Diam, Juara He-eh, dan Juara Hahaha seperti kata Iwan Falz. 


~


Azwar Tahir

FLP Lutim

Posting Komentar

0 Komentar