Lari dan Politik



oleh: Ahmad Mabruri 

Seseorang bisa finish strong di lomba marathon 42 kilometer pasti ada prosesnya. Gak ujug-ujug. Dia mesti latihan. Berpayah payah dulu. Disiplin dan kuat mental. Sebab lari 42 kilometer itu bukan urusan gampang.

Kelvin Kiptum pelari tercepat marathon asal Kenya yang beberapa waktu lalu tewas karena kecelakaan. Melalui latihannya dengan berat. Pagi lari 20 kilometer sore lari 20 kilometer. Itu dilakukan teratur diselingi dengan latihan lain.

Di politik juga begitu. Prabowo presiden terpilih 2024. Melalui karir politiknya dengan susah payah. Bikin partai. Mengembangkan partainya. Melakukan kaderisasi. Ikut kontestasi pilpres. Bahkan sampai 3 kali! Baru yang keempat menang. Jadi politikus dan meraih podium kursi presiden bukan jalan mudah.

Yang aneh adalah kalau ada orang-orang yang dengan begitu gampangnya meraih kedudukan politik. Gak pernah terlibat politik, gak bikin partai dan bersusah payah eh tetiba jadi ketum partai. Atau ada juga yang dompleng di partai eh pas udah dapat jabatan politik, partainya ditendang!

Itu sama aja pengen dapat podium 1 marathon. Cuman ikut daftar terus sepanjang race dia naek ojek dan finish nomor satu. Yang lebih parah lagi panitia dan penontonnya juga seneng bahkan memuja muja sang juara.

Lari dan politisi sama sama mesti menjunjung sportivitas. Tanpa itu gak usah sok ngomong demokrasi. Karena omonganmu emang bulshit.
Foto: di depan kantor DPD Kota Bogor. Tempat latihan lari rutin buat ikut marathon

Posting Komentar

0 Komentar