Buya Mahyeldi, Pileg & Pilkada



Oleh : Nosa Ekananda 


Buya H. Mahyeldi Ansharullah, SP. Gubernur Sumbar berambut putih lebat, apakah beliau sudah tua? ternyata dari beberapa orang Calon Gubernur Sumbar di Pilkada 2020 yang lalu, beliau adalah yang termuda, usia dibawah calon yang lain. 


Sebelumnya selama dua periode, Provinsi Sumatera Barat dipimpin oleh Prof. Dr. Irwan Prayitno, Pak IPe (sapaan akrabnya), yang juga kader PKS.


Pak Ipe berpengalaman lama di DPR RI. Punya pengalaman panjang juga di dunia pendidikan. Saat jadi gubernur Sumbar, banyak prestasi dan raihan yang dicapai. Salah satunya laporan keuangan WTP tanpa terhenti dari BPK RI. Ia juga punya komitmen meningkatkan kemampuan SDM Pemprov Sumbar. Tidak ada neko-neko dan objektif. Walaupun ada ASN terindikasi mendukung calon lain saat Pilkada, tetap beliau pakai, bahkan menduduki posisi Eselon 2. Kalau ada ASN yang berbuat salah, walaupun teman dekat akan beliau sikat dan pecat dari jabatannya, tidak akan beliau bela. 


Pilkada Sumbar 2020 dilanjutkan oleh Buya Mahyeldi, kader senior PKS di Sumatera Barat. Pengalaman beliau di politik dan di pemerintahan tidak diragukan lagi. Ketika jadi Walikota Padang banyak prestasi dan menyelesaikan persoalan masyarakat Kota Padang. Persoalan salah satu pasar yang sulit diselesaikan di Pemerintahan sebelumnya, dimasa beliau terselesaikan, tanpa menimbulkan masalah baru dan tiada masyarakat yang demo dan dirugikan. Pantai Padang yang selalu jadi sorotan dimasa beliau tertata indah, rapi dan jadi destinasi wisata di Kota Padang. 


Selesai jadi Walikota Padang, dari beberapa nama di internal PKS beliau Buya Mahyeldi salahsatunya. Sejak awal survei bakal calon Gubernur saat itu Buya Mahyeldi selalu mengungguli bakal calon yang lain. Tentu ini bukan tanpa alasan. Yang pasti adalah keberhasilan beliau saat jadi Walikota Padang, dengan penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Masyarakat yang heterogen dan cerdas, tentu jadi saksi kinerja Buya Mahyeldi. Maju di Pilkada Gubernur Sumbar, berpasangan dengan anak muda dan pengusaha sukses Audy Joinaldy. 5 tahun mereka berdua memimpin Sumatera Barat tiada hiruk pikuk, bekerja dalam diam.


Awal menjabat diawali dengan bencana besar musibah pandemi Covid 19. Hampir 2 tahun lebih APBD Sumbar tersedot untuk penanganan Covid 19, janji dimasa kampanye dan pembangunan berkelanjutan tertunda dan terganggu karena situasi musibah dan sesuai arahan Pemerintah Pusat. Tentu ini tidak beliau dan kita inginkan, tapi ini sudah menjadi persoalan Kepala Daerah se Sumbar dan Nasional, bahkan dunia. Ekonomi hancur dan masyarakat harus memulai dari titik nol. Ini bukan pekerjaan mudah, yang tidak bisa kita lupakan begitu saja.


Alhamdulillah, bersama Pemerintah dan DPRD Provinsi, lambat tapi pasti Sumbar kembali menggeliat dan bangkit. Salah satu bentuknya adalah melanjutkan kebijakan Bapak IPe dengan tidak diizinkannya oleh Buya Mahyeldi bisnis retail dua brand besar minimarket di Sumatera Barat. Ini adalah bentuk kontribusi dan keberpihakan Pemprov Sumbar kepada pengusaha lokal agar terus tumbuh dan berkembang. 


Baru selesai kita melaksanakan Pemilihan Legislatif di Sumbar, PKS memajukan kader dan tokoh daerah untuk maju ke DPR RI, DPRD Prov. Sumbar dan DPRD Kota serta Kabupaten se Sumbar. Tercatat dalam DCT istri Buya Mahyeldi Ibu Harneli yang maju ke DPR RI Dapil Sumbar 1 dan anak beliau Taufik maju ke DPRD Prov. Sumbar. Perlu diketahui majunya istri dan anak beliau bukanlah keinginan dan permintaan Buya Mahyeldi, tapi adalah permintaan Partai kepada beliau. Taufik dimajukan justru sebagai pengganti karena salah satu DCS mundur. Ibu Harneli sebagai istri Buya Mahyeldi dimajukan karena kader PKS, untuk quota perempuan dan memiliki popularitas tinggi dibandingkan kader perempuan PKS lainnya. Sebuah alasan masuk akal kenapa DPW PKS Sumbar mengusulkan istri beliau. 


Muncul pertanyaan dan kritikan hari ini, menjelang konstelasi Pilgub Sumbar, Buya Mahyeldi dicari berbagai kelemahan dan kritikan, salah satunya adalah kegagalan istri beliau Harneli dan anak beliau Taufik adalah kegagalan Buya Mahyeldi sebagai seorang suami dan ayah, dan sebagai seorang Gubernur berkuasa di Sumbar. Saya menilai ini adalah tulisan asal menulis daripada tidak dan asal bicara (asa mangecek se), bisa jadi karena dipesan, atau "ciloteh lapau" yang ditulis agar ada bahan untuk menyerang Buya Mahyeldi. 


Perlu digaris bawahi, disaat ada sebagian Kepala Daerah yang Partai dan keluarganya maju sebagai Calon Legislatif baik istrinya, anak, saudara dan keponakan, dst., mereka melakukan berbagai upaya agar yang bersangkutan dapat suara banyak dan terpilih, harus mengintervensi ASN di Pemerintahannya, THL, sampai kepada Kepala Desa/ Wali Nagari bahkan Kepala Jorong/ RW dan RT., bahkan Niniak Mamak dan Lembaga KAN harus diseret ke pesta demokrasi. Tidak malu-malu dan segan, terbukti sudah melanggar aturan Pemilu, ada bukti dan saksi, serta korban yang harus dipindahkan dan diberhentikan karena terindikasi atau terbukti tidak membantu Calon dari Kepala Daerah tsb. Justru Buya Mahyeldi jauh dari sikap itu semua. 


PKS yang mengajukan banyak Caleg dan keluarga Buya Mahyeldi, justru beliau Buya Mahyeldi sibuk dan tetap fokus menjalankan tupoksi sebagai Gubernur Sumbar. Sebagai Ketua DPW PKS prov. Sumbar justru beliau menjalankan dengan adil dan bijak dengan mengayomi dan membantu semua Caleg PKS yang maju ke DPR RI, termasuk Dapil istri beliau Dapil Sumbar 1 dan Dapil Provinsi anak beliau. Istri beliau dapat nomor urut 3 tidak ada beliau memaksakan agar diberi nomor urut 1, padahal bisa. Semua Caleg dibantu pendampingan, motivasi bahkan alat peraga kampanye dan dana operasional. 


Kampanye Caleg DPR RI nomor urut 1 H. Rahmat Saleh beliau hadiri dan bantu. Setiap pekan beliau hadir rapat Partai dan mengevaluasi perjalanan semua Caleg PKS se Sumbar. Tidak ada beliau mengintervensi siapapun, bahkan ASN Prov. Sumbar sampai kepada OPD teknis di Kokab untuk membantu istri dan anak beliau, termasuk PKS. 


Itu sepenggal kisah kebijaksanaan seorang Buya Mahyeldi, seorang Gubernur yang berkuasa dan  seorang Ketua Partai yang memiliki kewenangan menentukan, justru beliau bijaksana dan menempatkan hasil rapat dan kebersamaan diatas segala-galanya. Sebagai suami atau ayah bisa jadi beliau gagal membantu istri dan anak. Tapi sebagai seorang Ketua Partai Pemimpin sebuah organisasi beliau telah berhasil memerankan diri sebagai Pemimpin yang sukses dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, bahwa memenangkan organisasi dan kebersamaan, Partai dan semua Caleg adalah diatas segala-galanya. Beliau Buya Mahyeldi bukan lah manusia hebat dan sempurna, dalam kebaikan dan kesederhanaan beliau,  pasti tetap ada banyak kekurangan dan kesalahan beliau. Paling tidak, saya mengenal beliau adalah sosok Pemimpin yang selalu berupaya baik dan melakukan kebaikan, selalu tenang dan sabar dalam kondisi apapun, selalu tegas dan keras ketika ada masalah yang tidak lagi bisa ditolerir. 


Didepan kita pesta demokrasi akan berlanjut ke Pemilihan Kepala Daerah Walikota untuk Kota dan Bupati untuk Kabupaten, serta Gubernur untuk Prov. Sumbar. Kita akan disuguhkan berbagai berita dan informasi. Bisa jadi itu benar dan tidak. Jangan mudah kita terpengaruh dan menerima begitu saja. Kalau lamak jan langsung ditelan, kalau indak lamak jan langsung dimuntahkan. Memilih Pemimpin dalam pesta demokrasi adalah hak kita sebagai warga Negara, tapi bijak dan cerdas dalam memilih adalah kewajiban kita. 


Semoga Sumatera Barat menjadi Provinsi yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Aamiin.

Posting Komentar

0 Komentar