oleh: Djoko P. Abdullah
11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, istri tercinta Khadijah wafat di usia 65 tahun. Dua bulan sebelumnya Abu Thalib sudah mendahului. Begitu kurang lebih yang ditulis ahli sirah dalam menjelaskan tentang Aam al-Huzn (tahun kesedihan).
Peran Abu Thalib sebagai elite Quraisy memberikan back up security yang sangat berharga di awal perjuangan dakwah Islam. Sang Istri, pebisnis yang sukses, memberikan garansi sosial. Wafatnya kedua orang penting terdekat beliau telah menggoyahkan jaminan sosial dan keamanan dakwah Nabi.
Kemudian Allah ingin menghibur utusan-Nya dengan memanggilnya ke langit. Hal inilah yang menjadikannya sebagai peristiwa terbesar dalam sejarah peradaban umat manusia sebagaimana yang disampaikan Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi bahwa Isra Mi’raj adalah Mukjizat teragung (setelah Al Qur'an).
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Isra Mi’raj adalah cara progresif Allah mendidik manusia selaku hamba. Paling sederhana menyoal jarak tempuh dalam waktu singkat. Jauh sebelum teknologi menghadirkan pesawat terbang, Nabi telah melakukan terlebih dahulu, ini paling simpel.
Pada tahap pertama, Nabi melakukan napak tilas perjalanan para Nabi dan Rasul sebelumnya. Diriwayatkan bagaimana Rasul SAW menjadi imam shalat para nabi. Hal ini mengajarkan pada Rasulullah SAW bahwa beliau tidak berjalan sendirian. Beliau berdakwah di atas pondasi yang telah diletakkan oleh para perintisnya.
Tahap selanjutnya Rasulullah SAW menuju Sidrat al-Muntaha menemui Allah. Sebuah stasiun spiritual yang malaikat Jibril pun tak kuasa melintasinya. Dalam riwayat shahih dikisahkan betapa Nabi ajek melakukan negosiasi tentang shalat atas usulan nabi Musa. Kalau Allah saja mau bernegosiasi, bagaimana dengan para pemimpin sekarang yang memaksakan kehendaknya dengan konflik atau perang?
Dan pada tahap akhir Nabi diminta kembali ke bumi melanjutkan misi menebar risalah Islam yang rahmatan lil alamin.
Urgensi perjalanan tersebut memiliki makna penting dalam ruang imajinasi Umat manusia. Sekurang-kurangnya beberapa hal bisa diungkap di sini
Urgensi perjalanan Mi'raj seorang mukmin bukanlah sebuah upaya pendakian spiritual untuk berpaling dari responsibilitas kemanusiaannya. Melainkan justru agar terjalin sinergisme antara kehendak suci langit dan orientasi manusia di bumi. Dengan kata lain, spektrum Ilahi di satu sisi dan spektrum manusiawi di sisi yang lain secara metafisis tidaklah tepat jika diletakkan dalam perspektif ruang yang berbeda. Tetapi keduanya menyatu dalam sebuah kesadaran, sehingga bagi seorang mukmin orientasi kemanusiaannya memuat substansi Ilahi, dan kehangatan dalam beragama hendaknya terefleksi dalam perilaku insaniyah-nya.
Syaikh Ahmad Sya’labi mengatakan, "pesan yang terkandung dalam Isra dan Mi'raj adalah dibentangkannya kepada Rasulullah kesempatan yang cukup luas untuk melihat berbagai hakikat alam yang sangat mengagumkan. Rasulullah akan memahami bahwa ‘konflik di Makkah’ terlalu receh. Rasul pun menjadi lebih paham, apalah arti sebuah kota Makkah dibanding dengan luasnya jagad raya ini?”
Urgensi perjalanan agung _Isra Mi’raj_ merupakan perjalanan spiritual yang paling fenomenal bagi Nabi SAW. Puncaknya terjadi di _Sidrat al-Muntaha_. Seorang ulama tafsir Muhammad As’ad mengartikan _Sidrat al-Muntaha& dengan lote-tree farthest limit (pohon lotus yang batasnya paling jauh). Pohon Lotus dalam tradisi Mesir kuno merupakan simbol kearifan, kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagiaan. Dalam Hindu, lotus atau bunga teratai merupakan simbol pemurnian. Ajaran Budha menegaskan bahwa proses mekarnya bunga teratai merupakan lambang pencapaian kesempurnaan menuju nirwana. Kuncupnya melambangkan awal usaha dan puncak mekar bunga menjadi tanda tercapainya kesempurnaan. Dengan demikian secara simbolik Sidrat al-Muntaha dapat diartikan sebagai puncak kebahagiaan dan kebijaksanaan. Dengan Isra Mi’raj Nabi -dengan izin Allah- telah melakukan terobosan spiritual yang sangat kolosal.
Peristiwa _Isra Mi’raj_ adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sangat dramatik dan fantastik. Dalam tempo singkat kurang dari semalam tetapi Nabi berhasil menembus lapisan-lapisan spiritual yang amat jauh bahkan hingga ke puncak (Sidrat al-Muntaha). Namun, Sidrat al-Muntaha bukanlah tempat manusia menjalankan misi hidupnya. Oleh sebab itu, ada proses nuzul atau turun dalam rangka transformasi sosial.
Isra Mi’raj bukan sekadar melangitkan diri dengan melintasi ruang dan waktu, tapi jauh lebih penting lagi yaitu membumikan pesan langit.
Wallahu A’ lam
0 Komentar