Di negeri Wakanda, rakyat sana suka bercanda soal tukang bakso.
Ini bukan tentang pidato Ibu Suri Wakanda yang pernah bilang tak sudi punya mantu tukang bakso, seolah-olah derajat pegiat usaha kuliner itu rendah. Tapi tukang bakso disebut-sebut kalau ada yang berani mengkritik pejabat Wakanda.
Ya, di sana kebebasan berpendapat dan berbicara agak ngeri-ngeri sedap. Anda bebas berekspresi selama berada di kubu pro penguasa, tapi Anda akan rawan terkena jaring berbahan karet bernama UU ITE bila berseberangan dengan penguasa.
Saking riskannya, rakyat sana juga menyamarkan kritikan untuk negeri mereka dengan menyebut suatu negeri dongeng (menurut mereka) yang bernama Indonesia.
Misalnya, "Di Indonesia mah, kalau Anda memilih seseorang untuk jadi presiden, berarti Anda juga memilih keluarganya untuk jadi walikota, ketua MK, dan jabatan lainnya." Padahal mereka sedang mengkritik pejabat Wakanda yang berpolitik dinasti.
Begitulah negeri Wakanda yang punya adik bernama Wadinda, punya ibu bernama Wabunda, dan peramal ulung bernama Wanda Hamida.
Kembali ke tukang bakso, karena mengkritik pejabat adalah hal yang rawan dikriminalisasi, maka dalam benak rakyat sana ada banyak telik sandi yang menyamar menjadi tukang bakso berkeliaran di sekeliling pemukiman yang siap meringkus mereka yang membuat tersinggung rezim. Cirinya, mereka membawa alat komunikasi handy talky.
Maka bila ada kalimat yang "nyerempet-nyerempet", sontak orang lain akan menyahut " Gak bahaya tha? Awas ada tukang bakso."
Tukang bakso berhandy talky ini seolah menjadi mitos. Dibilang tidak ada, tapi banyak yang diringkus. Dibilang ada, tapi hanya segilintir yang mengaku pernah melihat.
Namun kini keadaan semakin parah. Belum selesai masyarakat Wakanda dihantui aparat menyamar, kini kebebasan berekspresi diganggu oleh para pelabrak.
Pihak-pihak yang memberikan pencerdasan kepada masyarakat dengan mengajak berpikir kritis dan logis sekarang diburu oleh pendukung penguasa yang gemas karena kebodohannya diusik. Mereka tak segan mencaci, memaki, sampai melempar botol kepada para filsuf itu.
Kondisi Wakanda makin suram. Dulu ada Ormas Islam yang menggeruduk tempat maksiat, tapi Ormas itu dicap radikal karena dituduh main hakim sendiri. Namun para pembenci Ormas itu kini berkeliaran melakukan persekusi kepada mereka yang dianggap berbuat "maksiat", dalam arti mengkritik penguasa.
Kebebasan berbicara di Wakanda semakin darurat. Dan imbasnya, Indonesia akan semakin dijelek-jelekkan demi menyamarkan kritikan.
Bagaimana kalau rakyat Indonesia mendengar sindiran warga Wakanda? Sudah maklum kalau itu cuma analogi, atau tersinggung? Oh iya, di mata rakyat Wakanda, Indonesia kan cuma negeri dongeng.
Zico Alviandri
0 Komentar