TPA Piyungan Tutup, Djogja Darurat Sampah! Yuk Urun Rembuk

Sumber gambar dari Kompas 


Oleh: Yosi Prastiwi


Warga Jogja kalang-kabut. Surat edaran dari Pemda DIY yang dikeluarkan tanggal 21 Juli kemarin menimbulkan berbagai keresahan di tingkat masyarakat.


Semalam pak suami bercerita tentang pertemuan warga di RT kami terkait pengelolaan sampah setempat sebulan ke depan. Teman lain juga mengabari hal yang sama via WhatsApp.  Rapat dadakan dengan tema sampah di RT tempatnya tinggal. Untuk kesekian kalinya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) regional Piyungan ditutup. TPA yang menjadi jujugan sampah dari kabupaten Sleman, Bantul dan kota Yogya ini sudah penuh dan melebihi kapasitas. 


Limbahnya sendiri, jangan ditanya. Sebelum ini, warga kapanewon Piyungan yang tinggal di sekitar Piyungan sudah berulang kali berunjuk rasa meminta TPA ditutup. Di musim kemarau, gunungan sampah ini menghasilkan gas yang baunya mengguncang indra penciuman. Di musim penghujan, TPA ini mengalirkan air limbah yang mencemari saluran irigasi dan sawah sekitar. Jogja darurat sampah. 


Penutupan TPA Piyungan yang direncanakan Pemda DIY sampai 5 September 2023 perlu diantisipasi semua pihak.  Salah satunya dengan pengelolaan sampah secara mandiri dari level rumah tangga.


Eits, jangan buru-buru beralasan lahan rumah terbatas untuk mengelola sampah. Ungkapan membuang sampah di tempatnya memang benar, tapi sebagai makhluk yang Allah tunjuk mengelola bumi dan seisinya, idealnya kita bisa mencintai bumi lebih bijak.  Misalnya dengan mengubah budaya lama. Mencegah adanya sampah alih-alih berakhir dengan membuangnya.


Berikut ini beberapa tips infografis dari PKS Bantul yang bisa diduplikasi guna menghadapi penutupan panjang TPA Piyungan. Cekidot!


1. Hindari Penggunaan Barang Sekali Pakai


Sebisa mungkin hindari timbulnya sampah dengan cara membatasi pemakaian barang sekali pakai. Misalnya dengan membawa wadah sendiri saat belanja di pasar tradisional atau warung serta menanam tanaman organik  di sekitar rumah.



2. Mengelola Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri


Pisahkan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga atau sampah organik/dapur lalu kubur dengan cara biopori atau biokonversi lainnya. Tenang, praktik ini tidak harus dilakukan di lahan luas. Bisa juga menggunakan gentong atau pot berukuran besar. Hasilnya sampah habis dan kita bisa mendapatkan kompos sebagai media tanah subur.




3. Pemampatan Volume Sampah


Jika terpaksa menggunakan plastik dan kemasan sekali pakai lainnya, pisahkan dari sampah dapur. Simpan sampah sementara dengan memampatkan volumenya. Misal dengan cara pengepresan.




4. Hindari Pemusnahan Sampah yang Tidak Ramah Lingkungan

Misalnya dengan membakar sampah atau membuangnya ke sungai. Perilaku ini memang memindah sampah dari rumah tapi tidak menyelesaikan masalah. Justru timbul masalah baru seperti polusi udara, pencemaran lingkungan air yang bisa berakibat banjir di musim hujan.




5. Pilah Sampah Kering yang Masih Bisa Digunakan atau Jual Kembali


Jika kamu kreatif, gunakan sampah plastik sekali pakai untuk bermacam hal sederhana. Misalnya gunakan botol bekas, kemasan  minyak plastik dan semacamnya sebagai pot tanaman. 

Jika tidak, kamu juga bisa menyetorkan sampah plastik tersebut ke pengepul atau bank sampah terdekat. Sebelumnya, pastikan sampah plastik tersebut dalam kondisi kering, bersih dan siap packing ya.


Gimana nih sedulur Jogja, mudah kan? Mungkin awalnya terasa berat tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, mau sampai kapan kita numpuk sampah?

Penutupan TPA Piyungan kali ini semoga jadi jalan kebaikan bagi kita untuk berubah.  Membuang kebiasaan nyampah versi lama menjadi manusia tahu diri yang bijaksana mengelola bumi dan alam semesta.


Posting Komentar

0 Komentar