Kisah Mimpi Thalhah bin Ubaidillah dan Keutamaan Bulan Ramadhan

PKSFoto/Ety_Nurdiyanti



Oleh: Titik Yuliani, 

Relawan literasi DPW PKS Kepulauan Riau

Ramadhan sebentar lagi tiba. Bulan agung yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulan yang memiliki banyak kemuliaan dan keutamaan. Waktu di mana umat Islam dibukakan berjuta kebaikan oleh Allah SWT. Waktu yang tidak boleh disia-siakan oleh semua orang beriman. Waktu termasuk nikmat yang sangat besar terhadap seorang hamba, Allah memberinya kesempatan dan umur panjang dalam ketaatan kepada Allah. 


Sebagaimana ketika Rasulullah ditanya sahabat: “Siapakah manusia yang paling baik?”


Rasulullah menjawab: “Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)


Tentang penggunaan waktu dan keutamaan Ramadhan, Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Batam Kota bersama Irwandi Al-Busthomi berbagi kisah mimpi dari sahabat Rasulullah, Thalhah bin Ubaidillah kepada jamaah majelis taklim di Perumahan Bida Asri 2, Batam Kota pada Sabtu, 26 Maret 2022.


Diceritakan tentang dua orang lelaki bertakwa dari suku Qudha'ah yang ringan tangan membantu dengan harta maupun tenaga untuk dakwah Islam. Hingga suatu saat keduanya dengan gembira memenuhi panggilan jihad dan berharap mati syahid yang dijamin masuk surga. 


Dalam perang tersebut, seorang meninggal syahid sedang seorang lainnya pulang membawa kemenangan gemilang. Setahun kemudian, ia meninggal karena sakit.


Suatu malam Thalhah bermimpi tentang keduanya. Saat itu, Thalhah berada di depan pintu surga bersama kedua sahabat tersebut. Tiba-tiba dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat yang meninggal karena sakit dan mempersilakan masuk surga. Setelah itu baru terdengar suara lagi memanggil sahabat yang mati syahid, dan masuklah ia ke dalam surga. 


Lalu kembali terdengar suara dan berkata kepada Thalhah, “Kembalilah karena belum waktumu masuk surga." Thalhah pun terbangun dari mimpinya.


Keesokan hari Thalhah menceritakan mimpi tersebut kepada sahabat-sahabat lainnya namun mereka tidak percaya. Bagaimana mungkin sahabat yang meninggal karena sakit dipanggil lebih dahulu masuk surga daripada yang mati syahid. 


Kisah ini pun terdengar Rasulullah Saw, lalu dipanggil Thalhah untuk menceritakan. 


Mendengar cerita mimpi Thalhah tersebut, Rasullullah membenarkannya dan para sahabat pun heran. “Mengapa temannya yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu daripada temannya yang meninggal karena mati syahid?’’ Rasulullah saw bertanya balik: “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab: “Betul."


Rasulullah bertanya: “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan shalat ini dan itu selama satu tahun itu?” Mereka menjawab: “Betul." Maka Rasulullah berkata: “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)


Dari kisah tersebut menunjukkan betapa keutamaan bulan Ramadhan dan ibadah di dalamnya dapat mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid. 


Oleh karena itu Irwandi mengajak kepada jamaah untuk bersemangat dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan dengan memahami keutamaan-keutamaan ibadah yang dilakukan, sehingga bisa menjiwai dan merasakan nikmatnya menjalankan suatu amal kebajikan. Apalagi pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu.


Maksud dibukanya semua pintu surga adalah agar hambanya senantiasa melakukan berbagai macam ketaatan dan amal shalih selama bulan Ramadhan. Misalnya membuat target setiap hari tiga juz membaca Al-Qur'an, shalat tarawih, shalat tahajud, shalat witir, berdzikir, berdoa, dan melakukan ibadah yang lainnya yang menjadi kunci sekaligus pintu untuk masuk surga Allah SWT.


Sedangkan ditutupnya pintu neraka dan setan dibelenggu bukan berarti kita bebas melakukan kemaksiatan, tapi setiap muslim harus menjauhkan diri dari bisikan setan dan meninggalkan segala macam perbuatan yang dilarang Allah swt. Dengan begitu setan tidak mudah mengganggu kaum muslimin yang sedang berpuasa dan yang menyibukkan diri dengan amal ibadah, yang senantiasa membersihkan jiwanya dan mengendalikan hawa nafsunya.

Posting Komentar

0 Komentar