La(yang)an Terputus



Sebuah on-going web series yang sedang naik daun di tanah air masih saja bertemakan perselingkuhan, orang ketiga, pelakor, dan sosok suami yang memilih untuk diam-diam mengkhianati pernikahannya. Satu scene tentang pertengkaran dahsyat yang digambarkan, ketika sang istri mengonfrontasi suami, menjadi sangat viral hingga berkali-kali diparodikan dengan berbagai macam tema. 


Mengapa tema perselingkuhan menjadi tema yang booming kembali di kalangan masyarakat kita? Mengapa tema suami yang merasa tidak bersalah melakukan selingkuh dibelakang istrinya menjadi tema yang asik untuk ditonton? 

Tanpa disadari, suka atau tidak, banyak sekali penonton yang terpengaruh dengan scene-scene dalam series tersebut. Betul series tersebut harusnya menjadi pelajaran bagi para suami yang berkelakuan serupa, atau orang ketiga yang dengan santainya mengatas namakan cinta atas hubungan terlarang. Namun, kisah-kisah seperti ini seperti sengaja di-blow up dan dikomersialkan agar membuat mindset para perempuan yang akan menikah, atau istri yang sudah menikah menjadi trauma, curiga, cemburu buta, dan pada akhirnya menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil yang jauh dari rasa percaya antar pasangan. 


Suami menjadi sosok jahat, suami menjadi kambing hitam, qowwamah suami menjadi tidak ada artinya, kepercayaan menjadi rentan laksana kayu rapuh, dan yang paling bahaya adalah mindset : takut menikah karena takut dikhianati. 


Pandangan Syari

Perselingkuhan dalam rumah tangga disebut dengan الخيانة الزوجية, yang mempunyai makna “tidak menjaga amanah pernikahan”, makna ini mencakup di dalam nya adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh suami/istri dengan orang lain di luar ikatan nikah. Mengapa selingkuh disebut dengan khianat? Karena selingkuh pada hakikatnya adalah melanggar akad yang sudah ditunaikan. Ketika akad nikah sudah terucap, maka semua hak dan kewajiban sudah melekat pada diri suami dan istri. 


Selingkuh sangat mungkin terjadi karena variabel yang bermacam-macam, namun apapun variabel dan alasannya, perbuatan selingkuh tidak berhak mendapatkan pembenaran. 


Larangan selingkuh atau berzina sudah sangat tegas disampaikan oleh Allah didalam Al-Qur’an. Allah menyebutnya sebagai فاحشة  (perbuatan keji), Al-Isra:32. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengibaratkan orang yang berzina seperti seorang yang diliputi awan gelap dan hilang keimanannya. 

إذا زنى العبد خرج منه الإيمان فكانّ على رأسه كالظلة فإذا أقلع رجع إليه (سنن أبي داود)


Seorang laki-laki juga pernah mendatangi Nabi dan meminta izin untuk berzina, namun jawaban Nabi membuat laki-laki tersebut mengurungkan niatnya. Nabi berkata, “Apakah kamu ingin hal itu terjadi pada Ibumu, pada putrimu, pada saudari perempuanmu, atau pada bibimu?”. (Musnad Ahmad). 


Ya betul, kontrolnya ada pada laki-laki dan suami. Sangat mungkin bagi seorang laki-laki untuk mengontrol keinginan tersebut dalam kondisi apapun. Karena Allah karuniakan laki-laki kemampuan untuk berfikir logis dan rasional. 



Marriage is Beautiful


Tayangan-tayangan viral tadi juga tanpa sadar mempengaruhi ketakutan banyak perempuan untuk menikah. Laki-laki digambarkan sebagai sosok jahat sehingga tidak ada lagi laki-laki baik dan soleh yang mampu menjadi suami yang baik. Ketakutan ini sangat berbahaya bagi pemikiran perempuan, apalagi seorang muslimah yang akan menempuh jenjang pernikahan. 


Gambaran pernikahan sebagai ibadah mulia yang melibatkan dua insan dan terikat dalam akad suci menjadi absurd dan mengerikan. Seolah tidak ada lagi laki-laki baik, semua laki-laki adalah bejat, semua laki-laki adalah tukang selingkuh dan hati-hati sama pelakor. 


Tapi apakah benar semua laki-laki bejat? Apakah benar tidak ada lagi laki-laki baik solih dan bertanggung jawab? Apakah benar semua laki-laki itu tukang selingkuh? Apakah benar wanita akan selamanya tersiksa dan terzholimi?


Berhati-hatilah dalam menyerap informasi, apalagi kisah fiktif (meskipun inspired by true events) yang sudah banyak dibumbui drama. Ketakutan untuk tidak menikah karena takut dikhianati adalah ketakutan yang tidak beralasan, atau bisa dikatakan khawatir berlebihan. Masa depan itu hanya Allah yang tahu, manusia hanya berikhtiar dan berdoa menentukan jalan hidupnya masing-masing.


Menikah adalah sunnah Nabi. Banyak sekali keberkahan Allah limpahkan bagi orang yang menikah karena Allah. Menikah itu melembutkan perasaan, menyatukan kasih sayang, menyalurkan energi cinta yang dimiliki oleh manusia, menikah itu adalah membangun rumah yang nyaman, membuat tempat sandaran untuk setiap keluhan dan tangisan. 


Menikah adalah wasilah terbaik yang Allah sediakan untuk menghalalkan perbuatan yang haram. Menumbuhkan tanggung jawab antar pasangan. Menumbuhkan kesadaran akan hakikat lemahnya manusia untuk hidup sendiri. Independent man. Independent woman. Tidak ada manusia yang mampu hidup mandiri seumur hidupnya. Karenanya, seorang hamba yang menikah karena Allah maka Allah akan berikan sakinah (ketentraman), mawaddah (romantisme), rahmah (kasih sayang). Pernikahan itu indah, marriage is beautiful. 


No Way Home


Cinta yang dikhianati cenderung membiarkan luka yang dalam. Akad nikah yang dikhianati oleh perbuatan keji akan meninggalkan bongkahan hati yang remuk. Tidak ada lagi kepercayaan, susah untuk kembali membangun serpihan kaca. Tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal. Betapa hancurnya rumah yang dikhianati. Istri tidak percaya suami, anak terancam trauma. Bagaimana agar akad suci tidak dikhianati? 


1) Sertakan Allah dalam setiap lika-liku pernikahan. Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Tidak ada hati manusia yang terlampau keras. Yang ada hanyalah hati yang jauh dari Allah. 

2) Komitmen terhadap akad yang telah diucapkan. Komitmen ini harus melibatkan dua pihak (suami dan istri). Menikah adalah ibadah terpanjang. Maka nafasnya harus diatur, saling memahami, serta saling menunaikan hak dan kewajiban. 

3) Hiasi pernikahan dengan sabar dan syukur. Sabar jika ditimpa musibah, syukur jika diberi nikmat. 

4) Be prepare for anything, saling memaafkan dan ridho terkadang sulit dilakukan namun dapat memberikan efek yang luar biasa. 


Jangan khianati janji yang telah terucap, karena jika itu terjadi, akan sangat sulit menemukan jalan pulang ke rumah. Home is where we belong, home is family. 


Maryam Qonitat, PhD

Posting Komentar

0 Komentar