Pajangan; Pesona Sejarah, Cinta dan Kebahagiaan



Pajangan.

Mungkin nama ini masih cukup asing bagi sebagian orang. Namun ketika disandingkan dengan 'Mangir', 'Ki Ageng Mangir', 'Panembahan Senopati' dan 'Kerajaan Mataram', Pajangan merupakan satu nama yang tak bisa dipisahkan.


Pajangan adalah satu dari 17 kapanewon atau sebutan untuk kecamatan, di kabupaten Bantul, Derah Istimewa Yogyakarta. Di salah satu perkampungannya, Pajangan memiliki ikonik sekaligus menjadi cagar budaya & sejarah: Petilasan Ki Ageng Mangir. 

Sedikit membuka kembali sejarah yang saya baca di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DI Yogyakarta, Ki Ageng Mangir IV disebut sebagai pria sakti yang masih satu keturunan Prabu Brawijaya V dari Mahapahit. Ia adalah penguasa kawasan Mangir, yang secara teritori masuk dalam wilayah Mataram. Namun Ki Ageng Mangir bersikeras bahwa Mangir adalah tanah Majapahit. Ia menolak untuk tunduk pada Panembahan Senopati, Raja Mataram kala itu. Lalu muncul perselisihan panjang yang berakhir pada tewasnya Ki Ageng Mangir.


Dengan kisah menyejarah masa lalu, rupanya menyisakan nuansa keaslian kedaerahannya di masa kini. Setidaknya itulah yang bisa dirasakan ketika memasuki kapanewon Pajangan. Nuansa alam yang hening, lahan yang masih banyak menjadi hunian pepohonan, rumah-rumah yang berwujud bangunan lama, seakan menjadi pendukung bagi Pajangan berpredikat daerah wisata sejarah. 


Tentu, menjadi lebih lengkap lagi dengan masih kuatnya karakter masyarakatnya. Mereka adalah orang-orang yang ramah dan sederhana, mudah tersenyum akan kebahagiaan-kebahagiaan kecil. Setidaknya itu yang terlihat dari wajah-wajah seperti Mbah Warinem, Mbok Suratinem, Yu Duginem, Mbak Asih dan mbak Martinah ketika mereka datang ke cantelan sedekah PKS Pajangan hari itu.


Kalaulah boleh berasumsi, kebahagiaan kecil itu bukan karena isi dari bungkusan sedekahnya. Lha wong sayuran juga bisa mereka dapatkan sendiri dari kebun-kebunnya. Jumlah yang tak seberapa dan itu pun hanya mereka dapatkan sepekan sekali. 


Senyum yang menyiratkan kebahagiaan itu hadir tak lain dari  perhatian, rasa kekeluargaaan dan kesyukuran. 



"Namung PKS sing ndamel cantelan ngaten (Hanya PKS yang buat cantelan sedekah seperti ini). Moga sehat-sehat terus ya Mas," ucap Mbah Warinem sembari menunjukkan kantong berisi sayuran, bahan lauk dan bumbu dapur yang baru ia dapatkan dari salah satu titik Cantelan Sedekah Berkah di Triwidadi, Sendangsari, Pajangan.


Cantelan Sedekah Berkah yang awal mulanya hanya diisi bungkusan dari ibu-ibu dan keluarga DPC-DPRa PKS Pajangan di awal pandemi Covid-19, sekarang meluas dengan mengajak siapapun masyarakat yang ingin ikut serta berkontribusi untuk nyanthelke (menggantungkan) sedekah setiap Ahad pagi. Saat ini ada tiga titik Cantelan Sedekah Berkah yang aktif tiap pekannya.


"PKS Pajangan ingin mewujudkan jargon Bersama Melayani Rakyat, mengajak masyarakat meluaskan kebaikan," ujar  Rifa'i Yusuf, Ketua DPC PKS Pajangan.


Ira Marsanti

Reli DIY 

Posting Komentar

0 Komentar