Meski gerimis, niat untuk menyambangi Desa Wisata Tete Batu Lombok Timur pada Sabtu (20/11) kemarin tak lantas kendor. Hujan yang turun bukanlah suatu masalah. Ia adalah berkah dari langit yang Allah turunkan kepada penduduk bumi.
Lihatlah bumi kita hari ini. Lalu bandingkan kondisinya 2-3 bulan yang lalu. Pasti ada yang beda. Ba'da turun hujan, alam di sekitar kita menjadi lebih bersemangat. Hutan pun menjadi rimbun. Pepohonan menjadi rindang. Rerumputan menghijau. Air sumur berhamburan. Irigasi juga mulai sibuk bekerja. Semuanya menjadi berkah. Berkah untuk kita semua.
Tapi, pemandangan hijau dan rindang tatkala musim hujan sahaja nampaknya tak berlaku bagi Desa Tete Batu. Sepertinya, bukan sepertinya lagi, hutan di sana amat terjaga. Ekosistemnya terawat dengan baik. Sehingga, suasana alam yang sejuk, asri, alami sepanjang waktu bisa kita nikmati.
Seperti "lelakak" yang dikutip tokoh adat setempat saat ramah tamah dengan Presiden PKS, Ahmad Syaikhu kemarin,
"Gawah Tilah masyarakat molah"
"Aik limpah, masyarakat cigah."
Artinya, jika hutan dan ekosistemnya terjaga kelestariannya masyarakatlah yang akan menerima manfaatnya.
Dalam ajang Best Tourism Village 2021 yang dihelat oleh UNWTO mendatang, Desa Tete Batu didaulat menjadi salah satu desa yang akan mewakili Indonesia di kancah pariwisata dunia. Ada 12 kategori yang dinilai, salah satunya adalah tema tentang konservasi.
Di Desa ini, hampir seluruh teritorinya adalah hutan, lahan pertanian, serta perkebunan. Tetapi, yang menarik dari Desa Tete Batu ini, bukan hanya pada aspek geografisnya saja, namun juga demografinya.
Masyarakat di sini tidak membuat jarak dan garis demarkasi dengan alam. Mereka tetap mempertahankan kearifan lokal yang identik dengan kebersamaan, kekeluargaan, kesetaraan, gotong-royong, guyub dan lain-lain. Sehingga daerah ini, tidak hanya menyuguhkan panorama alam yang indah bagi para tamunya, tetapi juga panorama budaya yang mereka wariskan dari leluhur mereka.
Semoga Menang Tete Batu..!!
0 Komentar