![]() |
PKSFoto/Adhy_Sysef |
Wabah Pandemi Covid 19 yang melanda dunia juga Indonesia saat ini memberikan dampak tak terduga bagi seluruh masyarakat, tak terkecuali para pelaku usaha. Siapa yang bisa menduga harus menghadapi situasi serba terbatas, serba sulit dan penuh ketidakpastian. Bayang-bayang rasa gelisah, galau dan putus asa sangat mungkin terjadi pada para pelaku usaha dalam kondisi saat ini. Seolah semua peluang dan jalan keluar sudah tertutup.
Maka dari itu sebagai pengusaha Muslim hendaklah kita kembalikan permasalahan ini pada Al Quran. Karena Al Quran adalah petunjuk termasuk dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan terkait krisis seputar Pandemi Covid 19.
Sebagai Muslim kita harus bersyukur karena Allah SWT melalui Al Quran sudah memberikan banyak tuntunan bagi kita dalam menjalani kehidupan agar mudah & tidak menjadi tersesat.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl/16:89]
Begitu banyak dan begitu jelas petunjuk dalam Al Quran namun berapa banyak diantara kita yang mau untuk sekedar sejenak mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi melalui Al Quran
Kondisi Krisis Adalah Keniscayaan, QS Al Baqarah ayat 155
Dalam Quran dijelaskan, kondisi krisis atau kesulitan dalam hidup adalah keniscayaan yang pasti akan dihadapi oleh setiap jiwa manusia, berbagai bentuk kesulitan yang akan dihadapi manusia dalam kehidupan diantaranya dijelaskan dalam surat Al Baqarah 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan …..”
Kasih Sayang Allah dibalik Ujian
Namun dibalik kondisi krisis atau kesulitan hidup itu Allah SWT ingin menyampaikan kabar gembira, masih lanjutan ayat QS Al Baqarah ayat 155
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“…….Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Jadi dibalik kondisi krisis ini, Ada peluang kabar gembira yang ingin Allah berikan yaitu bagi mereka yang sabar, lalu apa yang dimaksud sabar disini?
Bentuk Sabar dalam Menghadapi Krisis? QS Al Baqarah ayat 156
Berlanjut ke ayat selanjutnya, Al Baqarah ayat 156 Allah SWT sampaikan dengan jelas bentuk sabar apa yang diminta Allah SWT
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepadaNya lah Kami kembali)”
Jadi Allah SWT akan memberikan kabar gembira bagi mereka yang sabar, yaitu orang orang yang saat menghadapi musibah termasuk diantaranya situasi kriris, kesulitan hidup, kehilangan sesuatu maka mereka melakukan “pengembalian” kepada Allah SWT dengan mengucapkan kalimat istirja yaitu kalimat Innalillahi wa inna ilayhi raaji’uun (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepadaNya lah Kami kembali).
Kalimat istirja ini melepaskan segala bentuk kepemilkan diri atas sesuatu hanya kepada Allh SWT, jika kalimat ini diucapkan secara tulus & totalitas dari hati maka akan lepaslah segala bentuk kegelisahan diri kita. Karena rasa kepemilikan yang berlebihan atas suatu hal seringkali menjadi penyebab kegelisahan.
Intermezzo: Pendekatan “Barat” ketika Menghadapi Musibah
Ada beberapa metode yang dikembangkan di dunia barat baru-baru ini untuk penyembuhan kejiwaan seperti stress, depresi yang disebabkan karena persoalan hidup, kehilangan sesuatu, kehilangan orang yang dicinta. Menariknya ada semacam metode releasing yaitu pelepasan rasa negatif dari diri, jadi peserta terapi ketika menghadapi kondisi sulit diminta untuk mengucapkan suatu ikrar, kurang lebih seperti ini “Walaupun saya mengalami kehilangan, maka saya terima dan pasrah, selanjutnya saya lepaskan perasaan kehilangan saya dari diri saya” diucapkan berulang ulang, disertai beberapa teknik gerakan tertentu. Bandingkan dengan kalimat istirja!
Subhanallah, Allah SWT ribuan tahun silam melalui Al Quran sudah memberikan petunjuk bagaimana harusnya yang kita lakukan ketika hadapi musibah, sebagai bentuk terapi agar kita tidak terguncang secara mental & emosi ketika hadapi suatu persoalan
Keutamaan Kalimat Istirja
Kalimat istirja’ ini jangan disempitkan hanya sebagai kalimat ketika menghadapi musibah kematian saja, setiap musibah sekecil apapun disunnahkkan kita ucapkan kalimat istirja’, berikut keutamaan dari kalimat istirja’
Diganti Lebih Baik
Dalam hadis dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, beliau pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156] ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah perintahkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik. (HR. Muslim 918)
Mendapat Berkah dan Rahmat
Umar bin Khatab mengatakan,
نعم العدلان ونعم العلاوة: الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون* أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون
“Sebaik-baik 2 balasan dan sebaik-baik tambahan, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Yang beliau maksud dengan sebaik-sebaik dua balasan adalah shalawat dan rahmat. Sedangkan sebaik-baik tambahan adalah hidayah. (Tafsir al-Qurthubi, 2/177),
Janji Allah untuk Mereka yang hadapi kesulitan dengan mengucapkan istirja’ QS Al Baqarah ayat 157*
Balasan luar biasa dari Allah SWT berupa Ampunan & rahmat
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Mereka itulah yang mendapat selawat) artinya ampunan (dari Tuhan mereka serta rahmat) atau nikmat (dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk) ke arah yang benar.
*Sa’i, keyakinan total & ikhtiar maksimal, QS Al Baqarah ayat 158*
Menarik ketika diteruskan ke ayat selanjutnya yaitu surat Al Baqarah 158 yang mmbahas mengenai Sa’i, ritual yang menjadi rukun haji atau umrah, berlari lari kecil antara 2 bukit di sebelah timur kakbah, yaitu bukit safa & bukit marwa
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.
Sa’i adalah bagian dari rukun haji atau umrah, tata caranya setelah selesai thawaf dilanjutkan dengan sa’I yaitu berlari lari kecil dari mulai bukit safa hingga bukit marwa yang terletak di sebelah timur kakbah, sa’i dilakukan bolak balik sebanyak 7 kali. Jarak antara 2 bukit ini sekitar 450 meter, artinya jia dilakukan sebanyak 7 kali maa jamaah menempuh jarak sekitar 3,15 kilometer
Sa’i ini merupakan refleksi kejadian nyata yang dialami oleh Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim AS. Berawal dari perintah Allah pada nabi Ibrahim AS yang tinggal di Palestina agar membawa istrinya siti Hajar berikut putranya yang masih bayi bernama Ismail AS ke sebuah lembah tandus tidak berpenghuni yang bernama Bakkah (sekarang dikenal Makkah). Kemudian Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan Siti Hajar beserta putranya di lembah Bakkah ini
Keyakinan total pada Allah Sang Penjamin Rezeki
Saat Nabi Ibrahim AS akan meninggalkan Siti Hajar, gelisahlah perasaan siti Hajar, hal yang manusiawi sebenarnya, di tengah embah kering tandus harus ditinggalkan Bersama bayinya seorang diri
Terjadilah dialog berikut ini
أم إسماعيل فقالت: يا إبراهيم، أين تذهب وتتركنا في هذا الوادي، الذي ليس فيه أحد ولا شيء فيه
Siti Hajar : Wahai Ibrahim, kemana kamu akan pergi dan meninggalkan kami di lembah ini, di mana tidak ada satu atau apa pun di dalamnya?
قالت ذلك مراراً وجعل لا يلتفت إليها حتى لا يتأثر بالعاطفة ويحن عليهما وينسى أمر ربه
Siti Hajar mengulang pertanyaan yang sama berkali kali namun tidak ada satupun jawaban dari lisan mulia Nabi Ibrahim AS, sampai akhirnya Siti Hajar menyampaikan pertanyaan yang berbeda yaitu apakah ini merupakkan perintah Tuhan ?
فقالت له: آلله الذي أمرك بهذا؟
Bertanya Siti Hajar : “Apakah ini perintah Allah ?”
قال نعم
Nabi Ibrahim AS menjawab : Ya
قالت: إذاً لا يضيعنا
mendengar jawaban dari Baginda Nabi Ibrahim AS, Maka tenanglah hati Siti Hajar seraya berkata “Maka Dia (Allah SWT) tidak mungkin akan menyia nyiakan Kami
Secara logika sangat tidak mungkin ada Manusia bias bertahan hidup di lembah Bakkah seorang diri, ini adalah lembah yang kering nan tandus, tidak ada air, tidak ada pepohonan, tidak satu pun manusia yang sedang tinggal atau pernah menyinggahi lembah kering ini, sementara Hajar seorang wanita hanya ditemani putranya yang masih bayi, sangat sangat tidak masuk akal untuk isa bertahan dalam kondisi ini
Tetapi ketika Siti Hajar mendapat jawaban dari nabi Ibrahim bahwa ini ada lah perintah Allah, maka tenanglah seketika hati Siti Hajar dan memantapkan keyakinan bahwa Allah pasti menjamin rezekinya, menjamin penghidupannya walau secara nalar sangat tidak mungkin di situasi lembah yang kerras itu bisa bertahan hidup
Allah SWT adalah maha kaya dan maha memberi, menjamin rezeki seluruh hamba hambanya dalam kondisi apapaun, sebagai Muslim sudah sepatutnyalah kita berada pada keyakinan total soal rezeki ini padda Allah.
Hati hati dengan sikap menyalahkan kondisi atau sikap mengeluh atas situasi krisis yang dihadapi saat ini,jangan sampai terlontar pikiran & ucapan bahwa karena pandemic ini rejeki saya seret, atau pikiranbahwa sulit mencari peluang rejeki di situasi pandemic seperti saat ini
*Ikhtiar Maksimal menjemput peluang rezeki*
Setelah Nabi Ibrahim berlalu meninggalkan Siti Hajar, tak berapa lama mulailah putranya Ismail AS yang masih bayi itu menangis kehausan. Tergeraklah siti Hajar untuk berikhtiar mencari sumber air ditengah lembah tandus yang panas kering kerontang itu. Pandangannya mulai mengarah ke arah bukit terdekat yaitu yang sekarang dikenal bukit Safa, berharap bisa menemukan mata air dari atas bukit safa tersebut, namun tidak ditemukan, lalu pandangannya mengarah ke arah utara yaitu sebuah bukit yang sekarang dikenal bukit marwa, berharap dapat menemukan sumber air di atas bukit tersebut, berlarilah Siti Hajar menuju bukit Marwa,, juga tidak ditemukan air. Namun usaha siti Hajar tidak berhenti, Siti Hajar kembali berlari diantara kedua bukit ini sebanyak 7 kali untuk mencari sumber air
Antara bukit Safa & Marwa berjarak kurang lebih 450 meter, sementara Siti Hajar berlari lari antara 2 bukit ini sebanyak 7 kali, artinya Siti Hajar melakukan ikhtiar pencarian dengan berlari lari sepanjang 3,15 kilometer, dibawah terik gurun yang menyengat, namun berulang kali baik di safa hingga marwa sama sekali tidak ditemukan sumber air.
Jalan Rezeki Tidak Diduga
Allah menurunkan rahmat dab tanda kekuasaanNya pada Siti Hajar. Tepat di kaki putranya yang masih bayi, Ismail AS, keluarlah mata air dengan derasnya. Siti Hajar berlari menuju arah putranya, betapa gembira hatinya melihat sumber air muncul dengan derasnya tepatdi kaki putranya. Seketika terucaplah kata kata “zam, zam” (berkumpulah, berkumpulah) yang menjadi awal sejarah penyebutan nama mata air ini , lalu Siti Hajar membuat tanggul kecil untuk membendung aliran mata air baru ini yang mendatangkan berbagai khasiat bagi mereka yang meminumnya.
Mata air ini tidak muncul di Safa, tidak muncul di Marwa, namun muncul tepat di tempat putranya siti Hajar. Kita bisa mengambil pelajaran disini bahwa jalan rezeki Allah tidak bisa diduga darimana arahnya, namun demikian ada semacam prosedur yang harus ditempuh untuk menciptakan “asbab” atau sebab agar rezeki ini turun,yaitu dengan ikhtiar maksimal. Pun juga jangan sekali kali kita berprasangka buruk soal rezeki yang tidak mungkin hadir di situasi krisis/sulit, tetap berprasangka baiklah pada sang pemberi rezeki, Allah SWT. Ini yang dilakukan oleh Siti Hajar dari sejak ditinggalkan suaminya di lembah tandus hingga ketika melakuan upaya mencari air berlari bolak balik antara Safa dan Marwa.
Bersyukur Mendatangkan Rezeki yang Terus Mengalir
Mata air yang baru muncul di tengah lembah tandus gurun ini memancarkan aroma segar yang tercium oleh burung burung gurun dari jarak sangat jauh. Tak berapa lama mata air zam zam dikelilingi burung burung yang berterbangan mencari sumber air & turut serta menikmati segarnya air dari sumber oase baru ini.
Kelompok burung burung ini menjadi pertanda bagi kafilah pengembara gurun tentang keberadaan sumber air. Satu kafilah bernama suku Jurhum yang sedang melintas tidak jauh dari lembah Bakkah melihat kelompok burung mengarah ke satu titik di lembah Bakkah, mereka pun mendatangi titik kumpul kelompok burung burung ini, dan benar saja ditemui mata air yang didekatnya sudah ditunggui seorang Siti Hajar Bersama putranya.
Sudah menjadi kelaziman hukum adat saat itu dimana mereka yang pertama menemukan & menunggui sumber air adalah “pemilik” sumber air tersebut, maka Siti Hajar saat itu menjadi “pemilik” pertama sumber air zam zam tersebut. Kafilah suku Jurhum pun meminta izin kepada Siti Hajar untuk mengambil air dan tinggal menetap di dekat mata air tersebut, lalu Siti Hajar mengizinkannya. Sebagai bentuk kompensasi atas izin yang diberikan maka suku Jurhum pun ikut mencukupi segala kebutuhan Siti Hajar & putranya. Suku Jurhum ini menjadi suku awal yang mendiami lembah Bakkah yang saat ini bernama Makkah Al Mukaramah
Rasa syukur siti Hajar atas nikmat mata air yang Allah anugerahkan menjadi asbab datangnya rezeki lain yang terus mengalir, kehadiran suku Jurhum yang tinggal di dekat siti Hajar menjadi sumber rejeki lain selain mata air zamzam, segala kebutuhan siti Hajar & putranya dicukupi oleh suku ini.
Kesimpulan Pelajaran Surat Al Baqarah 155-158
- Menyadari bahwa kondisi krisis diantaranya berupa kesulitan hidup, ketakutan, kekurangan makanan,kekurangan harta, ditinggal orang yang dicinta adalah sebuah keniscayaan yang pasti dialami oleh setiap manusia.
- Mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wainna ilaihi raaji’uun) saat menghadapi musibah / kondisi krisis sekecil apapun musibahnya.
- Keyakinan total dan prasangka baik pada Allah yang menjamin rezeki dan maha pemberi rezeki
- Ikhtiar maksimal saat menjemput rezeki
- Syukur atas segala nikmat yang didapatkan
والله الموفق إلى أقوم الطريق
“Allah adalah zat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya.”
Oleh: Muhammad Aldhira
Ketua Bidang Pemberdayaan Jaringan Usaha dan Ekonomi DPD PKS Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Email : aldhira88@gmail.com
0 Komentar