Indonesia Kehilangan Pakar Ushul Fiqih



Mengenalnya sejak sama-sama belajar di Al-Azhar. Kakak kelas. Namun lebih akrab saat kami menyelesaikan master di Sudan.

Kebaikan dan kedermawanannya tak ada yang memungkiri. Masih teringat saat ‘numpang’ tinggal di rumah Beliau. Tak diperkenankan bayar. Masak bersama-sama dengan mahasiswa Indo lainnya. Makan bersama-sama. Selesai S3 , beliaulah yang ngajak bergabung mengajar di Ma’had Nu’aimy. 

Rajin baca dan diskusi. Hal ini juga menjadi keistimewaan almarhum. Saat santai. Di sela-sela masak. Dan berbagai momen lainnya selalu beliau jadikan waktu diskusi. Bahkan hingga sekarang di grup wa, beliau selalu mengajak berdiskusi kepada ustadz-ustadz lain. Keilmuan almarhum Dr Taufik dalam Ushul Fiqih sangat dalam dan luas. Tema-tema kajian nya sangat menarik dan manhaji/sistematis.

Beliau sangat memegang teguh kebenaran. Masih teringat saat dipanggil oleh pihak kedubes RI di Sudan dan minta pandangan agar dibolehkan melaksanakan shalat Jumat di ruang serba guna. Dengan tegas beliau menolak. Karena sebelum dan sesudah shalat Jumat digunakan dangdutan. Bagaimana mungkin pas zuhur dipakai Jumatan. Lagi pula masjid banyak tersedia di Sudan.

Tawadhu dan menghormati orang lain. Kadang kami merasa malu. Almaghfuur lah Dr Taufik tidak sungkan bertanya melalui japri atau telpon. Minta pandangan tentang masalah agama atau umum. Padahal usia beliau, ilmu beliau di atas usia kami. Dan seingat kami, hampir beliau tidak membantah saran-saran kami. Subhanallah

Bakti kepada orang tua juga diantara keberkahan hidup beliau. Bahkan saat ini beliau sudah dan sedang membangun pesantren di Cibatu Garut sebagai bakti kepada orang tua nya.

Tak cukup rasa nya menulis kebaikan almarhum Dr. Taufik Hulaimi, Lc. MA. MEd

Jujur. Banyak sekali kenangan baik bersama beliau. Saya, Agus Setiawan menjadi saksi antum orang baik ya ustadzi. Sangat baik. Tunai sudah tugas antum di dunia sebagai hamba Nya. Kami kehilangan. Namun kami tidak berucap kecuali yang Allah ridhai

أنا لله و أنا اليه راجعون

Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu.

Masih tak mampu menahan kesedihan

Dr. Agus Setiawan

Posting Komentar

0 Komentar