Bumi Arafah

Ilustrasi (sumber: cnnindonesia.com) 


Saat itu musim haji sekitar tahun 1998, saya membawa istri dan anak pertama umur 3 tahun serta bayi sekitar 5 bulan. Berangkat dari Madinah menuju Mekkah.

Ketika sedang wukuf di Arafah, sambil menggendong Madani, bayiku yang montok, tiba-tiba saya didekati orang Arab dan ia bertanya, "ini anakmu?"

Aku jawab, "Iya, dan itu satu lagi sedang bersama uminya."

Lalu beliau memperkenalkan diri bahwa beliau juga berangkat dengan keluarganya dari Utara Saudi Arabia menggunakan mobil kontener sehingga seperti rumah berjalan. Ada dapur, toilet dan tempat tidur, sambil menunjuk ke arah kontenernya.

Kemudian ia mengatakan sudah 10 thn berkeluarga tapi belum dikaruniai anak. Dengan memelas meminta kepada saya untuk memberikan bayi saya untuk dijadikan anaknya dengan ganti uang berapapun yang saya minta.

Waduh ini orang gelap mata.

Saya jawab, "Syekh ini kita sedang di Arafah, saat dimana Allah turun ke langit terdekat membanggakan hambaNya dihadapan para malaikat yang dulu pernah mempertanyakan perihal penciptaan manusia."

"Sekarang Allah banggakan hambaNya yang berkumpul beribadah kepada Nya, mari syekh kita berdoa sambil berdiri bila perlu dan itu lebih utama meminta kepada Allah apa yg syekh inginkan, bayiku ini lebh mahal dari seluruh harta yang syekh punya,"

Akhirnya orang itupun pamitan.

Ya Robbana hari ini memang banyak saudara kami yang gagal hadir di Arafah karena pandemi ini. Oleh karenanya jadikanlah bumi manapun yang kami pijak hari ini sebagai Arafah, kabulkanlah segala hajat kami. Angkatlah wabah ini, dan berikan kami gantinya dengan keamanan, kesehatan dan kemakmuran.

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم....

Ustadz Imron Rosyadi, Lc
Ketua DSW PKS Banten

Posting Komentar

0 Komentar