Nasehat KH. Muhaimin bin KH. Abd. Bari bagi PKS: Luruskan Niat, Satukan Umat


oleh: Murtini

Kabid Komdigi DPD PKS Kabupaten Madiun

Kabar duka kembali menyelimuti umat Islam, khususnya masyarakat Madura. KH. Abd. Muhaimin bin KH. Abd. Bari, Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauhid Injelan, Sampang, berpulang ke rahmatullah pada Jumat, 5 September 2025 bertepatan dengan 12 Rabiulawal 1445 H. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.


Almarhum bukan hanya seorang pengasuh pesantren dengan ribuan santri, tetapi juga sosok kiai yang menjadi teladan dalam menebarkan semangat silaturahim, persatuan, dan keikhlasan berjuang. Dalam perjumpaan dengan jajaran DPW dan DPTW PKS Jawa Timur beberapa tahun lalu, KH. Muhaimin menitipkan pesan-pesan yang begitu dalam, yang kini terasa semakin relevan untuk kita resapi.


Pertama, beliau mengingatkan bahwa silaturahim adalah kunci keberkahan. Silaturahim tidak boleh dibatasi hanya kepada mereka yang menyukai kita, tetapi juga kepada mereka yang tidak menyenangi. “Tidak mungkin semuanya senang kepada kita, pasti ada juga yang membenci. Jika dengan yang membenci saja bisa menyambung silaturahim, apalagi dengan pihak-pihak yang senang,” ujar beliau. Inilah pelajaran besar dari seorang ulama yang telah matang dalam pengalaman sosial dan keumatan.


Kedua, KH. Muhaimin berpesan agar perjuangan selalu berlandaskan pada titik kesamaan, bukan pada perbedaan. Dalam masyarakat yang majemuk, memilih memperbesar persamaan akan memudahkan terjalinnya kerjasama dan ukhuwah. Sebaliknya, jika hanya membicarakan perbedaan, maka yang muncul adalah perpecahan. Pesan ini seolah menjadi kompas moral bagi kita semua dalam berjuang menegakkan nilai kebaikan.


Lebih dari itu, KH. Muhaimin juga memberikan teladan sikap mendukung langkah-langkah kebaikan yang dilakukan umat Islam dalam ranah sosial dan politik. Beliau menyampaikan secara tulus bahwa apa yang dikerjakan PKS adalah baik dan patut didukung. Sikap beliau menunjukkan keluasan pandangan dan keikhlasan dalam melihat perjuangan umat.


Di akhir pertemuan dengan jajaran PKS Jawa Timur, beliau menutup dengan pesan yang menjadi inti seluruh amal: menjaga hati dan niat. “Yang penting hatinya, niat lillahi ta’ala. Agar semuanya bisa dimudahkan untuk berjuang di negara Indonesia ini.” Sebuah pesan sederhana, tetapi menjadi fondasi segala perjuangan—bahwa amal tanpa niat yang lurus akan kehilangan makna.


Kini, sosok penuh kearifan itu telah berpulang. Namun, warisan pesan dan teladan beliau akan terus hidup dalam ingatan umat. PKS, khususnya, merasa kehilangan seorang ulama yang penuh kasih, bijak dalam nasihat, dan tulus dalam mendukung perjuangan kebaikan.


Semoga Allah menerima amal ibadah beliau, mengampuni segala khilafnya, serta menempatkan beliau di sisi terbaik-Nya. Bagi kita yang ditinggalkan, saatnya menjadikan pesan-pesan beliau sebagai suluh perjuangan: menjaga silaturahim, menguatkan persatuan, dan meluruskan niat hanya karena Allah.


Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu.

Posting Komentar

0 Komentar