Virus Itu Sesuatu yang Dihadirkan Untuk Kita Taklukkan!



Covid itu kan sejenis virus ya teman-teman.  Ia bisa menjadi musuh, bisa jadi berguna bagi manusia (nantinya). 


Virus itu sesuatu yang dihadirkan untuk kita taklukan - bahasa saya saja ini sih - kan kita yang dijadikan Allah pimpinan di muka bumi ini.


Hanya karena saat ini kita belum terlalu banyak tahu virus ini, maka menimbulkan kecemasan. Ketakutan.


Ketakutan atau kecemasan itu sendiri adalah hal yang wajar. Itu jadi karunia Allah. 


Kok karunia? 


Iya lah! Ketakutan itu satu dari banyak jenis emosi. Bahagia, sedih, terkejut, marah dan sebagai. 


Allah kasih emosi takut agar kita dapat menyikapi sesuatu dengan tepat dan efektif. 


Sesuatu itu…

Mau dilawan atau mau dihindari?


Contoh…. 

Ibarat kita akan lakukan perjalanan malam hari di rimba raya, yang penuh binatang buas. Tentu ada semacam ketakutan mendapat serangan dari para binatang buas yang kita gak tahu apa itu. Macan? Serigala? Beruang? Ular?


Ketakutan membuat kita memilih, berhenti atau lanjut.


Untuk lanjut, maka kita perlu kelola ketakutan ini. Dan karena ketakutan inilah kita kemudian melakukan persiapan-persiapan diri dengan berbagai alat dan persenjataan yang tepat dan efektif untuk mengusir para hewan buas. Ya tentunya ini membutuhkan pengetahuan tentang berbagai karakter dari para binatang buas.


Jenis perlengkapan dan persenjataan itu tentu disesuaikan dengan karakter binatang buas yang kita duga ada di dalam rimba itu. 


Gak mungkin, kan, ngusir harimau pakai payung?


Nah demikian dengan Pandemi Covid-19.


Covid-19 itu bisa jadi sesuatu yang mengancam kehidupan kita, bisa juga jadi sesuatu yang bermanfaat buat manusia (lagi-lagi ini doa dan harapan….. mudah-mudahan, optimis dan positif, para ahli kita dapat menemukan penawarnya).


Covid-19 itu (ibarat binatang buas) yang terus ditelaah jenis dan karakteristiknya.  

Kekuatan dan kelemahannya.


Ketakutan yang kita rasakan saat ini adalah karena kita (para awam) belum mengenal si Covid-19 ini.


Kita mengalami ketakutan tentang Covid-19 adalah hal yang wajar. Sikap manusia ada dua, fight atau flight. 

Lawan atau lari (menghindar, menyerah lalu mengurung diri dengan penuh ketakutan).


Kita bebas memilih. Tapi pemenangnya adalah yang dapat bertahan dari si Covid-19. (Ingat pelajaran SMA survival for the fittest)


Berdiam diri di rumah saja tak keluar-keluar, rupanya tak jadi jaminan kita bebas dari Covid-19. Akan ada rasa terisolasi. Lalu kebahagiaan jadi jarang menyapa kita.


Tapi keluar rumah menerobos semua faktor resiko penyebaran Covid-19 juga bukan sikap seorang kuat dan pemberani. Apalagi keluarnya kita ini tanpa perlengakapan dan senjata yang tepat dan efektif.


Saya pikir juga bukan sikap seorang pemimpin. 

Karena seorang pemimpin tidak berpikir tentang dirinya sendiri, tapi ia harus berpikir juga tentang orang lain di sekitarnya, apalagi orang-orang tersebut adalah menjadi tanggungannya. 

Seorang pemimpin berpikir secara visioner. 

Masa depan adalah tanggung jawabnya. 

Masa depan dirinya, 

masa depan orang disekitar,

Masa depan keberlangsungan keturunannya

Masa depan wilayah/alam sekitarnya.


Maka atas berkah dan rahmat Allah swt yang memberikan akal yang kuat, kita diamanahi untuk menaklukan virus ini. 


Tidaklah Allah ciptakan sesuatu dengan sia-sia. Kita yang masih tersisa di bumi ini ditakdirkan sebagai pengemban amanah ini.



Itu butuh waktu, butuh upaya, butuh banyak pemikiran. Oleh karenanya kita berbagi tugas. Bekerja sama, sama bekerja melimpahkan seluruh potensi kita melawan dan menaklukan Covid-19.


Saling mendukung, saling menjaga, saling mengingatkan, saling menghargai hasil jerih potensi masing-masing.


Maka tak perlu ribut tentang obat ini lebih baik dari yang itu (bila kita lagi-lagi bukan ahli pengobatan alias kita hanya sebagai pemakai saja).


Saling hargai, saling menjaga, saling mengingatkan. Cara mengingatkannya juga yang baik. Saling berhusnudzon paling penting.


Jangan lupa saling memberikan kebahagiaan. Karena imunitas akan up up up bila kita bahagia.


Bukan saling menghujat…. 

Karena kita tinggal di bumi yang sama. Wilayah yang sama. Kelurahan yang sama, gang yang sama. Anak-anak kita juga sekolah di sekolah yang sama.


Intinya.

Kamu bahagia aku bahagia, kita bahagia.

Kamu sehat, aku sehat, kita semua sehat.

Kamu sholeh, bantu kesalehanku, mari bersama jaga kesalehan lingkungan kita semua.


Rulie Narulita Handayani, Psi

Posting Komentar

0 Komentar