HP: Antara Belajar dan Games Serta Peran Orang Tua



Anak-anak di masa pandemi jadi lebih akrab dengan gawai ketimbang dengan kawan sepermainan. Jangankan dengan kawan sepermainan, karena gawai, dengan orang tua pun hubungan anak-anak kadang-kadang menjadi lebih renggang. 


WhatsApp, YouTube, Zoom, Games, TikTok dan segala aplikasi-aplikasi sejenis menjadi kawan akrab anak-anak masa kini. Bahkan menurut berita di detik com, akibat kecanduan gadget aka gawai, banyak anak-anak masuk rumah sakit jiwa (RSJ).  Hal ini lantas mengundang kekhawatiran banyak pihak, terutama para praktisi pendidikan dan pemerhati keluarga. Oleh karena itu selama masa pandemi banyak seminar parenting yang mengangkat tema seputar bahaya gadget a.k.a gawai bagi anak dan pentingnya peran orang tua mendampingi anak belajar daring dari rumah. 


Praktisi Pendidikan, Lilik Shoimah Islamiyati, dalam acara Webinar "HP Antara Belajar dan Games" yang diselenggarakan RKI BPKK DPC PKS Pondok Gede, kota Bekasi, Ahad (4/4/2021) menyampaikan bahwa anak-anak mudah terpapar efek negatif penggunaan gawai dalam waktu lama. 


Beberapa efek tersebut antara lain; Masalah kesehatan mental anak, masalah psikologi (misalnya anak mudah marah, suka membangkang, dan mudah meniru apa yang ditonton di HP), adanya perubahan perilaku anak seperti agresif dan mudah tersinggung, depresi ditandai dengan seringnya merasa cemas, moody, merasa kesepian dan mengisolasi diri, bahkan kecanduan gawai dapat meningkatkan risiko ADHD dan autisme. 


Kendati demikian ia tidak menampik adanya manfaat yang bisa didapatkan dari gadget antara lain anak bisa dengan mudah memperoleh informasi yang menunjang pelajaran serta bisa mudah berkomunikasi dengan guru dan teman-teman. 


Oleh karena itu, kata Lilik, selama masa pandemi, peran orang tua sangat penting karena anak belajar dari rumah, maka pengawasan guru menjadi kurang maksimal. 


Kata Lilik, orang tua sebelum memberikan gawai kepada anak, pertama harus mengaktifkan terlebih dahulu fitur "kontrol orang tua". Kedua, jangan sepenuhnya memberi kebebasan interaksi anak dengan gawai. Ia mengatakan, lebih baik meminjamkan ketimbang memberi gawai kepada anak. Ketiga, memberikan batas waktu penggunaan gawai. Tidak lebih dari 5 jam setiap harinya. Itu pun hanya boleh di siang hari. Malam hari, mulai pukul 6-9 malam, upayakan anak-anak beristirahat dari bermain gawai. 


Lilik mengingatkan kembali bahwa selain peran di atas, orang tua dalam Islam pada hakikatnya memang memiliki beberapa kewajiban terhadap anak. 

Kewajiban tersebut antara lain; memberi nama yang baik, mendidik anak dengan baik, mengajarkan Al-Quran, bersikap adil terhadap anak-anaknya, memberi nafkah dan makanan yang halal, memberi anak Air Susu Ibu (ASI), tidak memarahi anak dan menikahkan dengan calon suami/istri yang baik. 


Melalui acara Webinar ini ia berharap para orang tua mengaktifkan fungsi kontrolnya saat mendampingi anak. Begitu pula dengan para orang tua yang sibuk bekerja. Ia berharap tetap ada waktu untuk memperhatikan jadwal belajar daring anak-anak atau waktu anak bermain dengan gawainya. 


Sementara itu, Ketua BPKK DPC PKS Pondok Gede, Siti Maslahah berharap di kondisi pandemi ini orang tua juga bisa belajar banyak tentang alias melek dunia teknologi informasi karena anak-anak masa kini jauh lebih akrab dengan dunia tersebut.


Ia berharap Webinar ini bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua agar gawai yang dipegang anak bisa mendatangkan banyak manfaat ketimbang mudharat. 


(Ani)

Posting Komentar

0 Komentar