3 Stigma yang Salah Tentang PKS

Foto: Gerakan Donor Darah Konvalen DPP PKS, 15 Maret 2021


Ini bukan kata saya, tetapi diungkapkan salah satu tokoh senior PKS. Pernah menjadi ketua umum DPD PKS Kota Bekasi Periode 2005-2010, Affanda Kristiadi.

Ia yang juga berprofesi sebagai dosen dan pernah mengajarkan mata kuliah Pancasila di beberapa kampus.

Pada 3 November 2019 di ajang Musyawarah Cabang (Muscab) DPC PKS Kecamatan Bekasi Barat dan Medansatria, ia menyebutkan ada 3 Stigma yang salah tentang PKS yang masih beredar luas di masyarakat.

Menurutnya, 3 Stigma itu antara lain:

1. Stigma Keagamaan

PKS masih dianggap punya mazhab fiqih sendiri. Padahal Islam yang ada di PKS adalah Islam rahmatan Lil alamin. Di PKS ada yang berasal dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Nahdlatul Wathan, Al Khairat dan lain-lain.

Maka perbedaan-perbedaan kecil yang ada diantara anggotanya bukan sebagai penghalang, justru sebagai bagian dari keberagaman yang saling menguatkan.

2. Stigma Kebangsaan

PKS masih dianggap punya agenda tersembunyi. Padahal tidak ada. Yang ada adalah ibadah tersembunyi. Yang setiap malam mereka berdoa, menengadahkan tangan agar hujan segera turun negeri ini ketika musim kemarau panjang. Kita tidak punya agenda tersembunyi selain keadilan dan kesejahteraan rakyat.

3. Stigma Kemanusiaan

Kepedulian kader-kader PKS pada Palestina kadang disalahartikan. Padahal itu adalah pengejawantahan dari cita-cita besar bangsa ini mukadimah UUD 1945, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu..!

Sederhana saja, khidmat PKS justru lebih banyak dicurahkan untuk rakyat negeri sendiri. Ketika bencana datang; banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, kebakaran pemukiman dan bencana yang lainnya. Insyaallah kader PKS di segala lapisan akan langsung merespon dan melakukan sesuatu yang bisa dilakukan. Tanpa memilah dan memilih dari suku, agama dan ras mana, rakyat yang sedang terkena bencana.

Inilah Tiga Stigma yang salah tentang PKS. Kader-kader PKS di segala lapisan harus terus berupaya menjelaskan kepada masyarakat luas dan memberikan informasi yang benar, agar salah persepsi ini makin bisa diminimalisir.

Dengan demikian, InsyaAllah perolehan 15 persen suara di 2024 bukankah mimpi di siang bolong semata.

EA Sanusi
Relawan Literasi

Posting Komentar

0 Komentar