Tetangga Itu Saudara Terdekat

 


Tetangga itu Saudara Terdekat...


Sekitar 3 hari lalu, saya mendapat kabar berturut-turut soal warga yang positif Covid-19. Dalam sehari, ada tiga orang yang terpapar. 


Usai itu, kesigapan tetangga-tetangga terdekat terlihat. Mereka langsung diksusi membahas teknis pasokan logistik, donasi dan sebagainya untuk warga yang isolasi mandiri.


Setiap pagi dan sore saya mendapatkan informasi dari mereka. Berupa foto dan narasi. 


"Pak RT, ini kiriman sarapan buat Si A."


"Vitamin dan buah baru saja kami berikan."


Dan seterusnya...


Saya menjadi saksi betapa mereka yang bertetangga paling dekat begitu peduli dan perhatian. Ada yang menyemprot disinfektan, beli makanan dan minuman, bahkan memasak karena ada satu dua kasus warga yang kondisinya lemas dan tak bisa mengolah bahan makanan mentah.


"Bu, saya tidak bisa masak. Tolong kirima makanan matang ya..."


"Pak, saya butuh vitamin C..."


Ada kejadian sekitar 4 malam silam di RT sebelah saya. Ada kasus warga yang isoman sesak nafas. Butuh oksigen. Lalu seorang tetangganya yang kebetulan tenaga medis membantunya. Memakai APD apa adanya. 


Padahal, bisa jadi para tetangga yang membantu itu sedang punya masalah. Entah di rumah, di tempat kerja atau lainnya. 


Dimana saudara-saudara mereka? Bukannya tak ingin membantu. Selain faktor jarak, situasi pandemi ini juga membuat saudara kandung yang satu darah tak bisa mendekat. 


Karena itu, hampir satu tahun wabah Covid-19 kita hadapi, firman Allah SWT betul-betul berlaku. Yakni seruan untuk berbuat baik kepada tetangga.


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

 وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)


Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)


Rasulullah SAW juga bersabda:


"Demi Allah, tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhori Muslim)



Erwyn Kurniawan

Ketua RT di Bekasi

Posting Komentar

0 Komentar