Terpapar Bukanlah Aib

Jika positif Covid-19



Menyikapi wabah penyakit (disebut tha'un di masa Rasulullah SAW) haruslah berlandaskan ilmu yang benar. Kita punya ulama, ahli kesehatan dan pemimpin yang hendaknya kita jadikan rujukan.

Sikap abai dan lalai bukanlah sikap yang terpuji. Hadits hadir dalam khazanah keimanan kita, dimana kita dilarang memasuki wilayah yang sedang terjangkiti wabah, dan tidak pula keluar daripadanya. Hal ini memberi sinyal agar kita harus memutus rantai penularan wabah ini.

Wabah yang saat ini menjangkiti secara luas bukanlah sebuah konspirasi. Wabah ini jelas-jelas dapat menimbulkan sakit, mulai dari gejala ringan, berat hingga kematian.

Wabah ini sebuah ujian bagi manusia. Allah menurunkan wabah ini, bukan untuk disepelekan. Tapi untuk dihindari, diambil sebagai peringatan, dan dijadikan sebagai momentum muhasabah dan taubat kepadaNya. 

Namun, mendapatkan ujian terpapar covid bukanlah aib yang harus ditutup-tutupi, bahkan hendaklah dilaporkan agar mendapatkan pertolongan dan penanganan yang tepat, isolasi juga bukan berarti dikucilkan, dan menjaga jarak bukan berarti dibenci. Sadarlah, ini semua demi memutus mata rantai penularan. Adapun kematian, ia adalah taqdir yang sudah tertulis di catatan langit.

Mulailah beradaptasi dengan teknologi yang merupakan kemudahan dari Ilahi (min fadhli Rabby) sebagai pengganti pertemuan dalam rangka menuntut ilmu, acara keluarga, komunitas dan profesi.

Pada akhirnya, lantunan doa, serta berserah diri dalam tawakkal kepada Allah menutup semua ikhtiar perjalan panjang ini.

Wallahu a'lam

Kota Bekasi, 1-1-2021

Nur Indah Harahap Heri Koswara

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Terpapar bukan lah suatu aib..mari saling menguatkan dan Mendokan agar kembali sehat seperti semula

    BalasHapus
  2. Bersama saling menguatkan dan memotivasi kepada mereka yang terpapar covid 19 ini bukan malah di jauhi dan dihindari.

    BalasHapus