Kesan dari Film 8 Stories: Youth, Dakwah Tanpa Menggurui, dan PKS Bingiiits



"Udah? Udah?" Eiits.. Bukan dengan iklan jayus tanpa pesan jelas PKS merangkul anak muda. Sebuah film berkisah kehidupan anak millenial dengan segala pesan moralnya diluncurkan. Yang sayangnya di detik-detik terakhir masa tenang. Tapi untungnya, ini bukan film kampanye sehingga setelah pemilu pun masih tetap layak ditonton.

Film 8 Stories mengambil judul berdasarkan nomor urut PKS di pemilu 2019. Nama-nama tokoh utama diambil dari kata Keadilan Sejahtera, yaitu Kea, Adi, Dilan, Eja, dan Tera. Usia mereka muda, seperti jiwa saya. Ada yang kuliah, ada yang masih SMA.

Film ini bukan seperti umumnya yang menceritakan satu kisah dalam durasi 1,5 - 3 jam. Namun ada 8 stories (sesuai judulnya), sehingga layaknya sebuah serial yang ditumplek dalam satu film.

Jangan bayangkan ada peng-elu-elu-an PKS di film ini. Atau orasi tokoh partai. Sama sekali tidak seperti iklan parpol. Benar-benar hanya cerita yang bermuatan penuh pesan moral. Meski tokoh PKS ikut bermain seperti Hidayat Nur Wahid dan Sohibul Iman.

Dan karena dibuat oleh partai dakwah, jangan bayangkan juga film ini akan diisi dengan nasehat-nasehat sebagaimana kartun Naruto. Atau ada sosok perfect calon ulama ganteng pintar pemberani seperti Fahri.

Mereka adalah anak muda biasa, yang moody, hedon (maennya di cafe, broh), gandrung medsos, bahkan Tera yang cantik itu diceritakan punya keahlian Hacking. (Aku boleh coba meng-hack hatimu ga, Tera?)

Namun dakwah disisipkan dalam hikmah di setiap strory. Tentang menjadi diri sendiri, memaafkan, tabayun, dll.

Produser film ini adalah bang Mabruri, yang juga pernah menjadi pimred majalah Annida. Majalah itu eksis di akhir 90-an hingga awal 2000-an. Bersegmen anak muda, memuat cerpen-cerpen kiriman pembaca. Nah, kisah yang mengandung pesan tanpa menggurui di film itu, mengingatkan saya kepada cerpen-cerpen di majalah yang maskotnya akhwat berkacamata besar tersebut. Top banget, bang Mabrur! Beliau berpengalaman banget dengan metode dakwah melalui cerita.

Insya Allah ini akan menjadi proyek panjang PKS. Menyentuh anak muda yang mungkin sudah tidak zamannya lagi gagah-gagahan di podium atau adu sangar di atas aspal panas dengan aparat. Setelah pemilu, karakter-karakter itu perlu terus dihidupkan sebagai media dakwah.

Kalau Anda menyaksikan film ini tanpa memposisikan diri sebagai kritikus, insya Allah bisa menikmati. Abisnya gimana, dana pembuatannya terbatas dan waktunya juga mepet. Jangan bandingin dengan Lord of The Ring lah. Meski masukan tetep harus diberikan.

Curhat sedikit...

Saya terlibat dalam diskusi awal pembuatan karakter anak muda PKS tahun 2015. Bahkan saya yang membuat deskripsi perwatakan tokoh-tokoh itu. Lalu saya lanjutkan dengan membuat beberapa cerpen tentang mereka.

Cuma, saya merasa ga pinter menulis cerpen, dan tidak percaya diri. Jadi saya cuma buat sedikit dan tidak sempat dijadikan buku.

Saya tidak dilibatkan saat pembuatan film, tapi biar saja karena saya tidak terlalu bersemangat untuk menghidupkan karakter itu. Sudah lama berharap ada orang lain yang pintar menulis cerpen yang menggarapnya. Dan alhamdulillah, bahkan ada yang membuatkan filmnya.

Tapi setelah nonton film 8 Stories... Jadi pengen lanjut nulis cerpen lagi. Meski ada beberapa perbedaan latar, bahkan perwatakan, antara cerpen dengan film.

Misalnya, dalam cerpen yang saya buat, mereka teman satu kelas, semester satu (mahasiswa baru). Latar cerita seringnya di dalam kelas atau kampus. Sedangkan di film, mereka berbeda usia dan angkatan. Setting cerita seringnya di cafe. Hoorang kayaaaa....

Kea dan Dilan itu saya beri watak akhwat dan ikhwan banget. Eja kutu buku dan agak kudet teknologi, sedang Tera ratu socmed. Di film, justru Kea menjadi seleb youtuber. Dan tidak ada yang mencerminkan anak LDK, apalagi bagian kaderisasi. Jauh.

Ya maklum. Mungkin saya membuat kisah berdasarkan pengalaman menjadi aktivis kampus. Eciyeee....

Zico Alviandri

Posting Komentar

0 Komentar