Cocokkah PKS Buat Anak Millenial?


Beda generasi beda gaya. Tahun 90an akhir hingga 2000an awal, anak muda terutama mahasiswa hidup dalam suasana heroik. Aspal panas adalah sahabat yang harus disapa rutin dengan yel-yel "Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia!!" dan berbagai bentuk teriakan reformasi.

Waktu berlalu. Dunia maya menjangkau berbagai kalangan. Bersamaan dengan jejaring sosial yang membuat internet menyediakan kehidupan tersendiri. mIRC, Friendster, Multiply, hi5, adalah platform pendahulu yang telah berlalu, yang kemudian digantikan oleh facebook, twitter, instagram, whatsapp, telegram, line, dll seperti sekarang.

Maka dunia anak muda saat ini adalah dunia konten kreatif. Yel yel kekinian adalah, "Hi guys, welcome back to my youtube channel!". Kebanggaan bukan lagi ada pada panggung orasi, tetapi pada jumlah viralnya sebuah konten dan jumlah follower/friend/subscriber.

Hanya saja fenomena ini bukan untuk ditertawakan. Bagaimanapun juga, mereka dengan karakter yang begitu adalah market bagi pebisnis. Termasuk bagi sebuah entitas politik yang membutuhkan suara sebagai syarat kesuksesan. Anak muda yang dijuluki millenial harus didekati, dibuat terpesona, sehingga mau mencoblos logo partai atau foto sepasang kandidat di sebuah kertas suara.

Bagaimana dengan PKS? Apakah memilih jalan sebagai partai dakwah bisa memikat para millenial? Partai ini memang didirikan dan dibesarkan oleh para pemuda yang ikut berjuang di zaman reformasi. Sempat diberi atribut sebagai partainya anak muda. Tapi bagaimana dengan sekarang?

Kalau kata kuncinya kreatifitas, PKS sudah memiliki beberapa ikhtiar. Ada saluran-saluran yang mewadahi bakat anak-anak muda jaman now. Tetapi sebelum membahas itu, ada satu kunci juga yang membuat PKS cocok untuk anak muda berlabuh. Yaitu fenomena hijrah. 

Internet telah membuka jalan bagi publikasi, baik untuk kemungkaran maupun kebaikan. Tak sedikit yang memanfaatkannya untuk berdakwah. Sehingga gelombang orang-orang yang hijrah - istilah untuk memperbaiki hidup agar lebih dekat dengan Islam - makin besar. Fenomena ini menjangkit juga di kalangan millenialis.

Pada pendekatan tersebut, PKS sudah sangat cocok bagi anak-anak hijrah. Kader partai berlambang bulan sabit kembar ini diwajibkan untuk hadir dalam halaqoh tarbawiyah sepekan sekali. Acara itu bertujuan untuk membentuk kepribadian muslim yang berintegritas dan menjalankan Islam secara syamil wa mutakamil (lengkap dan menyeluruh) atau kaffah.

Halaqoh tarbawiyah telah mengubah kehidupan ribuan kader PKS ke arah yang lebih baik. Tiap kader punya kisah sendiri yang haru biru dengan agenda ini. Maka hijrah adalah ruh PKS selama acara pekanan itu masih dipertahankan.

Anak muda yang hijrah lalu terbersit keinginan untuk berbuat lebih banyak untuk masyarakat, tepat bila memilih PKS sebagai media perjuangannya. Karena politik sejatinya mengurus masyarakat banyak. Dan penting pula merebut kekuasaan dari kaum sekuler. Tapi bagaimana bila tak suka politik? 

PKS bisa disebut partai dengan jiwa sosial paling tinggi. Hampir di setiap bencana besar yang terjadi di Nusantara ini kadernya turun membantu para korban. Berkiprah bersama PKS tak cuma menjadi politisi. Malah kerelawanan sosial lebih dominan. Maka tak masalah. Selama ada niat berkontribusi besar, PKS bisa menjadi sarananya.

Kembali ke urusan konten kreatif, di bawah Humas PKS terdapat lima komunitas. Yaitu PKSTV, PKSFoto, PKS Art, Relawan Literasi, dan Sekolah Digital.

Sesuai namanya, PKSTV adalah komunitas yang mewadahi konten videografi. PKSFoto menyalurkan bakat millenialis yang hobi fotografi. PKS Art jadi ajang anak muda jaman now mengolah design grafis yang ciamik. Relawan Literasi adalah rumah para penulis berbaper ria atau menumpahkan gagasannya. Dan Sekolah Digital adalah kumpulan warganet yang senang dengan dunia media sosial.

Hubungan PKS dengan anggota komunitas itu adalah simbiosis mutualisme. Kehumasan partai mendapat manfaat dari konten publikasi yang mereka buat, dan anak-anak muda itu pun mendapat tambahan ilmu yang berharga dalam bidang yang mereka minati. Tak cuma konten serius berupa hardnews, konten lucu-lucuan juga mendapat tempat.

Bercita-cita menjadi konten kreator? Coba bergabung saja dengan PKS!

Di luar komunitas konten tadi, PKS pun punya wadah bernama PKS Muda. Perkumpulan ini aktif mengadakan event-event yang mengasah gagasan anak-anak muda, baik berupa kegiatan diskusi atau acara seru-seruan yang tak meninggalkan bobot intelektual.

Beberapa orang dari PKS Muda ini sudah sering tampil di televisi. Sebut saja nama Pipin Sopian, Muhammad Khalid, atau Arya Sandhiyuda. Di setiap talkshow, mereka mampu mengimbangi argumentasi pembicara lain yang lebih senior.

PKS juga memiliki wadah Garuda Keadilan (GK). Memang komunitas ini dikhususkan bagi anak-anak kader yang minimal sudah menginjak remaja. Di dalam GK, para millenialis bisa membuntuti jejak heroik orang tuanya yang telah berjuang lebih dulu membesarkan partai. Meski dengan jiwa mereka yang penuh kreatifitas. GK ini bisa menjadi magnet bagi anak muda lain untuk bergabung bersama PKS.

Di luar wadah-wadah itu, PKS juga memperkenalkan maskot-maskot muda yang menjadi simbol generasi millenial. Ada Kea, Adi, Dilan, Eja, Tera. Kelima nama itu diambil dari "Keadilan Sejahtera". Dibuatkan kartunnya serta diberi karakter masing-masing, mereka menghiasi grafis karya PKSArt serta menjadi tokoh cerpen karya Relawan Literasi. Terakhir, sedang dibuat film untuk para maskot tersebut.

Jadi, PKS bisa menjadi rumah bagi anak muda. Yang ingin hijrah, yang ingin mengasah kreatifitas, yang senang dengan diskusi yang berbobot, ada salurannya. PKS pun berdialog dengan konstituennya menggunakan maskot anak muda.

Ikhtiar sudah ada, tinggal dioptimalisasi dan dikembangkan terus agar berbuah elektabilitas.

PKS adalah tawaran bagi anak muda yang tak cukup dipikat dengan iklan jayus partai politik yang mengaku millenialis padahal dicukongi kolonialis. 

Udah? Udah?

Zico Alviandri

Posting Komentar

0 Komentar