Anis Matta: Ahli Orasi dari Sulawesi



PKS sudah beberapa kali berganti presiden. Masing - masing memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain. Ada Nur Mahmudi Ismail, berbicara dengan santai dan senang melempar senyum. Ada Hidayat Nur Wahid, cenderung kalem dan tawadhu'. Ada Tifatul Sembiring, jago berpantun dan senang bercanda. Ada Luthfi Hasan Ishaaq yang datar dan hemat bicara. Ada Anis Matta yang inspiratif dan meledak - ledak. Terakhir (saat ini) ada Sohibul Iman yang cenderung ilmiah dan akademik.

Tidak bisa dipungkiri, kemampuan berbicara menjadi daya tarik tersendiri bagi seorang pemimpin. Para pengagum Soekarno rata - rata tersihir oleh gaya pidato Bung Karno. Bahkan seorang Permadi (politisi kawakan, mantan paranormal) mengakui bahwa dirinya rela berdesakan dilapangan demi mendengarkan Bung Karno berpidato. Dalam film The King's Speech, kita mendapatkan pelajaran berharga betapa ketidakmampuan berorasi akan menjadi aib yang fatal bagi seorang kepala negara.

Dimasa lalu, Indonesia pernah memiliki singa podium. Kemampuan orasinya disebut - sebut nomor 2 terbaik didunia (setelah Fidel Castro). Alhasil, orasi - orasinya membangkitkan semangat perlawanan, mengobarkan semangat juang dan menumbuhkan harga diri bangsa. Dari pledoi Indonesia Menggugat didepan pengadilan Belanda hingga pidato Nawaksara didepan sidang MPRS. Sampai sekarang, pidato - pidatonya masih dikutip dan diperbincangkan oleh generasi penerus.

Pidato yang inspiratif dan orasi yang membakar, jelas bukan sekedar masalah intonasi dan volume suara. Didalamnya ada ide dan pemikiran yang tengah disemaikan, ada gelombang energi yang sedang dihembuskan dan ada keyakinan yang sedang ditanamkan.

Ada kepercayaan yang kuat dari pendengar kepada sang orator, hingga mereka yakin atas apa yang didengarnya dan bergerak mengikuti arahannya. Itulah interaksi yang terbangun diantara keduanya. Bukan sekedar sorak sorai dan yel - yel yang saling bersahutan.

Sekian lama, kita mengenal Anis Matta sebagai tokoh pergerakan dibelakang layar yang merancang strategi dan agenda pemenangan PKS. Kita menikmati curahan pemikirannya melalui berbagai macam tulisan dan video. Yap, beliau memang mampu berfikir komprehensif dan kaya dengan diksi.

Namun panggung yang sesungguhnya adalah saat beliau didaulat menjadi Presiden PKS, menggantikan LHI. Kondisinya saat itu sungguh tidak enak ; mental yang jatuh, citra yang terpuruk dan musuh yang kuat dan membabi buta. Padahal saat itu, PKS tengah menyongsong Pilkada Serentak 2013 dan Pemilu 2014.

Ujian kepemimpinan yang sejati memang terjadi dimasa sulit. Anis Matta memainkan peran sebagai orator hebat. Kader dan aktivis PKS berbondong - bondong datang untuk mendengarkan orasinya. Bukan hanya mendengar, bahkan juga membuat DVD-nya. Ide dan pemikiran terus menerus disemaikan, diantaranya : "Dari Sumur ke Istana", "Menjadi otak, hati dan tulang punggung Indonesia" hingga "Gelombang ketiga".

Diantara hasilnya adalah ; kepercayaan kader kembali pulih, jiwa - jiwa petarung diukir, beberapa pilkada strategis menang dan PKS selamat dari skenario penghancuran.

Para pemimpin memang banyak bekerja melalui kata - kata, khususnya saat berada diatas panggung. Saat berada dilapangan, mereka membersamai dan memandu pergerakan para prajuritnya. Anis Matta pernah membuktikan kualitas kepemimpinannya dimasa lalu, untuk PKS. Sekarang kita menanti Anis Matta membuktikannya lagi, untuk Bangsa Indonesia.

Eko Jun
Cilacap

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Saya mah anis matta ajah...hehehe

    BalasHapus
  2. Salam admin, ane ada saran, baiknya judulnya menasional. Misal > "Anis Matta: Orator Ulung Indonesia". Kalau bawa kedaerahan kesannya men-down grade kelas Ust Anis. Semoga berkenan. Syukron.

    BalasHapus