Pengalaman Menarik dari yang Telah Sembuh dari Covid 19


Pandemi Covid 19 di Indonesia sudah memasuki bulan ke sepuluh dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Virus yang muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China itu telah menginfeksi 88 juta orang lebih di dunia. 1,9 juta diantaranya meninggal dunia. 

Pemerintah Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai bencana non-alam berupa penyakit yang wajib ditanggulangi, seiring peningkatan kasusnya yang kian melesat dari hari ke hari.

Menurut WHO, sebagian besar (sekitar 80 persen) orang dengan COVID-19 sembuh tanpa penanganan medis khusus. Biasanya, mereka adalah orang yang positif corona namun tidak menunjukkan gejala apapun.

Sebagai laporan dalam angka kasus Covid 19  di dunia per tanggal 8 Januari 2020: 

Terinfeksi 88.495.963 orang 

Wafat 1.906.630 orang

Sembuh 63.606.252 orang

Sumber: Worldmeter 


Sedang kasus Covid 19 di Indonesia, dilaporkan:

Terinfeksi 797.723 orang 

Wafat 23.520 orang

Sembuh 659.437 orang

Sumber: Kemenkes RI 

 

Angka infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah. Pemerintah pusat di tanggal 11 sampai dengan 25 Januari ini memberlalukan pembatasan ketat di Jawa-Bali. 

Bagaimana cara kita membentengi diri darinya?

Saya sedikit berbagi pengalaman karena ada beberapa teman-teman yang meminta menulis agar jadi hikmah dan pelajaran bagi yang lain. Mendengar banyak kader PKS yang wafat karena Covid 19, hati saya semakin sedih kehilangan mereka.

GOWES

Baik, saya awali pada hari Ahad, tanggal 12 Juli 2020 saya gowes bersama teman-teman komunitas Gowes Tanah Baru Beji Depok. Buat saya pribadi ini rute cukup jauh karena saya termasuk new comer dan musiman dalam dunia pergowesan.

Hari Ahad selesai gowes sebelum zuhur, sorenya saya merasakan pusing di lanjut dengan badan meriang, saya sempat panggil tukang pijat. Jujur saya memang merasakan kelelahan.

Sejak senin saya merasakan sakit, gejala yang saya rasakan demam, meriang, kepala pusing, kalau kena air dingin badan menggigil,  lidah putih terasa pahit, batuk-batuk terus tidak henti-hentinya, kadang sesak nafas dan tidak ada nafsu makan. 

Selama 14 hari saya sakit hanya berobat jalan saja dengan berganti 4 dokter di lokasi praktek yang berbeda namun saya tidak sembuh-sembuh.

Pada hari kamis 23 Juli 2020 saya sempat ke IGD RS G*I namun kalau mau di rawat dengan fasilitas BPJS harus minta rujukan ke Faskes rujukan, kecuali dengan biaya sendiri dan saat itu petugas kesehatan mengecek kondisi saya belum darurat.  

Hari sabtu pagi 25 Juli 2020 saya ke dokter faskes klinik, disana dokter memberikan rujukan ke dokter ahli paru di RS G*I. Pulang ke rumah, saya cek ternyata jadwal dokter ahli paru hari senin dan kebetulan lagi cuti sampai 30 Juli 2020 dan ada jadwal dokter yang berbeda hari selasa.

DI RAWAT DI RUANG STERILISASI

Wah ini baru hari sabtu, masih lama sementara saya sudah lemas, lungkai dan batuk-batuk tak hentinya. Saya minta di bawa saja ke RS.Ad**ka JakSel dan disana di terima di ruang IGD, darah saya di cek dan di ronsen. Dapat info saya ada infeksi paru-paru.

Saat itu saya diistirahatkan di ruang isolasi kemudian dokter menemui saya, "karena saat ini lagi kondisi pandemi covid19 bapak harus di rawat di ruang sterilisasi selama 7 hari dan tidak boleh didampingi atau di jenguk, bagaimana bapak setuju?" Saya tidak punya pilihan maka saya terima saja.

Bersambung ke: Kegiatan di Ruang Rawat Inap 

Oleh: 

Fajar Martiono (Bang Fai), Pasien Positif Covid 19 yang telah sembuh

Posting Komentar

0 Komentar