"Ketika Hujan Kembali Turun di Padang Pariaman"



Oleh : Yendri Muchlis


Tepat menjelang waktu Zuhur, hujan mulai turun rintik demi rintik. Korlap Relawan PKS segera menginstruksikan agar kegiatan gotong royong dihentikan sementara sambil menunggu cuaca membaik. Kami pun menunaikan salat Zuhur di musholla terdekat. Hujan yang semula ringan, berubah menjadi lebat, dan debit air sungai di belakang musholla meningkat dengan sangat deras. Karena sebagian relawan adalah para akhwat, diputuskan bahwa mereka harus pulang lebih dahulu. Mobil yang mereka tumpangi berjalan perlahan melintasi jalan yang telah tergenang air.


Di dalam mobil, suasana berubah hening. Tak ada lagi tawa, tak ada lagi percakapan ringan. Yang terdengar hanya suara hujan yang menghantam atap mobil dan deru air sungai yang mengamuk di sisi jalan. Air yang semula menjauh, kini telah meluap dan membentang di hadapan, seolah menjadi benteng terakhir yang menghalangi perjalanan pulang.


Beberapa relawan menatap keluar jendela dengan wajah tegang. Arus deras tampak menggulung apa saja yang berani mendekat. Jalan yang di lalui perlahan menghilang di bawah genangan air. Sejenak, rasa takut menyelinap di dalam dada. Tapi tak seorang pun memilih mundur. Tidak ada teriakan, tidak ada kepanikan. Yang ada hanyalah doa-doa lirih yang dipanjatkan dari hati terdalam.


“Ya Allah, lindungilah kami…”


Bisikan-bisikan itu seakan naik menembus hujan, memecah langit yang gelap.


Pak Zulhamidi sang pengemudi tangguh dan juga merupakan seorang anggota Kepanduan PKS, tetap memegang kemudi dengan kokoh, matanya tajam menembus tirai hujan. Di dalam kendaraan itu, para akhawat bukan sekadar penumpang, tetapi simbol keberanian. Mereka yang sejak pagi berjibaku dengan lumpur, kini masih bertahan di tengah ancaman air yang satu waktu bisa saja menerjang, namun mereka tak kehilangan kekuatan dan keteguhan.


Ketika warga melarang melintas, mereka pun menunggu, bersabar di tengah guyuran hujan. Tak ada keluh kesah. Tak ada penyesalan telah datang membantu. Hanya ada satu keyakinan: “Jika hari ini adalah ujian, maka olah-olah mereka ingin lulus dengan sabar dan tawakal.”


Benar saja, hujan perlahan mereda. Air mulai surut, seakan-akan memberi jalan bagi langkah orang-orang yang datang dengan niat ikhlas. Mobil kembali bergerak perlahan, melewati genangan yang tadi tampak mustahil dilewati.


Saat roda terakhir berhasil keluar dari kubangan air, satu per satu relawan mengucapkan,

“Alhamdulillah…”

Hari ini, kami pulang bukan hanya membawa basah di pakaian, tetapi juga membawa kisah yang tak akan terlupakan.


Cerita Relawan PKS Kota Padang Pariaman yang terjun di Kabupaten Padang Pariaman

Ahad 07 Desember 2025

Posting Komentar

0 Komentar