Kejahatan Lingkungan oleh Korporasi dan Nasihat Kaumnya Qarun


Bencana yang terjadi belakangan ini di Sumatera mengingatkan saya kepada nasihat sebuah kaum kepada Qarun, seorang konglomerat di jamannya. Allah SWT mengabadikan petuah tersebut dalam surat al-Qashash.

"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”" (QS 28: 76-77)

Dari beberapa poin, pesan yang terakhir adalah larangan untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Memang, bagi konglomerat yang punya gurita korporasi, wanti-wanti begitu lebih ditekankan lagi kepada mereka. Apa pasal?

Dibanding perorangan, korporasi punya kekuatan yang lebih besar untuk merusak bumi. Misalkan dalam skalabilitas deforestasi, perorangan dengan gergaji mesin ringan anggaplah bisa menumbangkan 50 pohon sehari. Tapi sebuah perusahaan yang bermodal besar, mereka memiliki peralatan yang lebih canggih seperti harvester otomatsis, forwarder, loader, truk log, dan punya sistem logistik yang rapi. Dengan dukungan seperti itu, mereka sanggup membabat hingga 5.000-10.000 pohon perhari.

Begitu juga dalam aktifitas penangkapan ikan di laut, seorang nelayan hanya menangkap sekitar 30 kg per hari, atau bisa sampai 150 kg per hari bila dengan perahu motor. Sementara korporasi bisa mengerahkan kapal pukat, trawl, hingga super trawler. Besarnya tangkapan mereka adalah dari 30 ton hingga sekitar 200 ton per hari tergantung armada yang dibawa.

Di darat, ekosistem hutan terancam oleh ketamakan konglomerasi. Sedangkan di perairan, ekosistem laut terancam oleh kerakusan orang-orang bermodal.

Maka jelas, pihak seperti Qarun yang lebih punya daya untuk membuat kerusakan di muka bumi.

Manusia memang tak pernah merasa cukup dengan dunia. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (kematian)". (HR Bukhari & Muslim).

Andai hutan di bumi ini sudah habis dibabat, para konglomerat itu mungkin akan mencoba menghabisi hutan di Mars bila ada dan bila mungkin. Anda semua ikan di laut sudah habis dijaring, para triliyuner itu mungkin akan mencari laut lain meski di Pluto.

Karena itulah dakwah dengan kekuasaan maupun narasi perlu disampaikan kepada mereka. Kalau tidak, kita juga yang akan terkena imbasnya.

Rasulullah SAW pernah mengilustrasikan begini: "Kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah perahu. Nantinya, ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah perahu tersebut. Yang berada di bagian bawah ketika ingin mengambil air, tentu dia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, "Andai kata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita."Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu."(HR Bukhari).

Disebabkan tak ingin terdampak oleh ketamakan Qarun, kaum Nabi Musa a.s. memberi wejangan kepada orang paling kaya saat itu untuk tidak merusak bumi. Namun, Qarun abai. Syukurnya, saat itu hanyalah untuk ia dan kekayaannya Allah menurunkan adzab. Sementara kaumnya yang lain, terutama yang telah melakukan amar ma'ruf nahi munkar, diselamatkan Allah SWT.

Jadi jangan takut diberi stigma wahabi lingkungan. Bencana ini harus membukakan mata kita tentang pentingnya melestarikan bumi ini dan melawan kejahatan lingkungan korporasi/konglomerasi.

Zico Alviandri

Posting Komentar

0 Komentar