oleh: Murtini
Kabid Humas DPD PKS Kabupaten Madiun
Sabtu yang syahdu itu, saya datang ke rumah Ibu Candra Wulandari, Sekretaris Dewan Etik Daerah PKS Kabupaten Madiun. Tujuan saya adalah bersilaturahmi sekaligus bertakziah atas wafat ayahandanya tercinta, Bapak Soejoso bin Kartodirdjo, yang berpulang ke rahmatullah pada Rabu, 4 Juni 2025.
Rumah itu tenang. Tidak ada tamu lain kala itu. Dalam keheningan yang hangat, saya disambut senyum ramah Bu Candra yang tetap hangat meski baru saja kehilangan sosok ayah. Kesempatan itu membuka ruang untuk percakapan yang dalam—tentang cinta, bakti, dan kesabaran dalam merawat orang tua yang sudah sepuh.
“Menjadi tua berarti kembali menjadi seperti anak-anak,” ucapnya pelan. Kalimat itu bukan sekadar kata. Ia lahir dari pengalaman mendampingi sang ayah di masa-masa sulit—saat tubuh mulai rapuh, ingatan melemah, dan kesadaran tak selalu hadir.
Dengan suara tenang, Bu Candra menceritakan bagaimana perjuangan keluarga dalam merawat beliau. Betapa besar kesabaran yang dibutuhkan, betapa cinta yang tulus harus terus dipelihara tanpa pamrih.
“Kalau ada yang sedang merawat orang tua, tolong besarkan hatinya,” katanya penuh makna. “Katakan bahwa Allah telah menyiapkan hadiah terindah atas semua kesabarannya. Tak perlu menasihatinya agar bersabar, karena sebenarnya setiap hari ia sudah berjuang untuk itu.”
Tak ada keluh kesah. Tak ada air mata. Bu Candra justru hadir sebagai sosok yang menguatkan. Ia sadar, tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk merawat orang tua hingga akhir hayatnya.
“Padahal bisa jadi itulah pintu surga yang Allah bukakan untuk kita,” ucapnya sembari tersenyum.
Ia menutup kisahnya dengan satu pesan yang begitu menyentuh hati:
“Bertahanlah. Usahakan yang terbaik untuk orang tua. Biarkan Allah yang membalas dengan sesuatu yang indah, entah apa bentuknya.”
Saya pamit dari rumah itu dengan hati yang penuh pelajaran. Hari itu, saya tidak hanya bertakziah—tapi juga belajar tentang makna sabar, ketulusan, dan keikhlasan. Bahwa merawat orang tua bukan sekadar kewajiban, melainkan anugerah. Dan bahwa cinta paling dalam kadang tak perlu kata, cukup hadir dalam keteguhan hati seorang anak.
Ilustrasi: PKSFoto
0 Komentar