Peringati Hari Ibu, Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Surabaya Suguhkan IG Live: Peran Ibu dalam Mencegah Child Grooming pada Anak



Oleh: Novita Ratna A


Surabaya, 22/12/2024- Alhamdulilah di hari Ahad pukul 15.30 WIB RKI Surabaya hadir kembali dalam rangka acara hari ibu. RKI Surabaya berbagi ilmu parenting, sahabat RKI bisa bergabung menyimak tema tentang Peran Ibu dalam Mencegah Child Grooming pada Anak. Child Grooming lumayan cukup marak yang memiliki aktivitas di gadget dan lebih banyak butuh dipantau, dan agar tidak terkena di putra putri kita. IG Live kali ini dibahas bersama narasumber hebat yaitu Bunda Sinta Yudisia (Penulis dan Psikolog Remaja) dan dipandu oleh Kak Atiek (Trainer,  Self Development Enthusiast).


Bunda Sinta Yudisia tidak hanya sebagai psikolog tetapi juga penulis sekaligus sebagai pendiri komunitas ruang pelita. 


Peran sebagai perempuan luar biasa. Perempuan yang tangguh. Perempuan dituntut untuk bisa paham. Untuk bisa mungkin seperti paku bumi yang bisa mengokohkan setiap rumah tangga bernama keluarga. 


Menuju tahun 2025, perempuan RKI Surabaya terus belajar dan memotivasi untuk memperbaiki diri demi memperbaiki generasi peradaban di masa mendatang. 


“Hari ibu teman-teman sudah dapat hadiah apa nih? Atau apa yang sudah diberikan teman-teman kepada ibu tercinta? Mungkin dapat kejutan tidak masak hari ini, dikasih bunga, mungkin dikasih tiket ke salon, dll. Bagi yang belum ngasih hadiah ini momentum untuk memberikan hadiah kepada ibu. Kemarin sudah IG Live hari ayah, nah hari ini apa saja yang spesial untuk hari ibu,” sapa Kak Atiek mengawali obrolan kepada sahabat RKI yang menyimak IG Live.


“Pembahasan sore hari ini bakal seru banget, sore hari ini bareng Bunda Sinta, mungkin ini istilah baru bagi sebagian orang, boleh dong spil sedikit apa sih tentang Child Grooming,” lanjut Kak Atiek melanjutkan obrolan bareng narasumber. 


Bunda Sinta membuka pemaparan apa itu Child GroomingChild Grooming sebuah istilah psikologi yang menjelaskan manipulasi seksual yang ujung-ujungnya predatornya bisa melakukan sexual abuse. Biasanya istilah sebelumnya adalah bullying,  pelecehan seksual. Jadi memang ada manipulasinya. Karena disitu ada ekslpoitasi, ada juga penipuan, apalagi ke anak-anak sangat minim pengalaman. Di awali pujian-pujian ke anak-anak. 


Anak-anak usia segitu suka dipuji. Merasa nyaman. Ada hal-hal di mana anak itu akan dimanfaatkan, atau bahkan ‘lingkungan’ si anak tersebut. Anak-anak usia sekolah senang-senangnya dipuji. Pujian yang membuat mereka melambung. Anak-anak akan dimanfaatkan. Predator tersebut sudah merancang. Ada tahapan-tahapannya. 


Sebagai ibu bagaimana menyikapi Child Grooming?


Child Grooming masuknya bukan hanya sentuhan riil fisik tetapi juga melalui media online, media sosial, para ibu harus bisa mewaspadai anaknya, ini tahapan-tahapan awal mengawasi keseharian anak seperti apa. Melihat Tik Tok idolnya seperti apa, apabila anak suka menyendiri, main game, sering cemas, marah atau takut media sosialnya diketahui orang-orang terdekatnya. Jangan-jangan ada yang disembunyikan, maka ini harus diwaspadai.


Apakah karena kurang keharmonisan rumah tangga penyebab kondisi itu bisa muncul sebelum Child Grooming? Child Grooming memang ada proses, ini ada tahapan-tahapannya, dan sasarannya sudah ditentukan oleh predatornya.


*Yang disasar adalah:*


1. Anak-anak yang di usia ini lagi senang-senangnya berteman, bergaul maka tidak ada yang di sasar usia dewasa. Maka yang di sasar adalah anak usia SD, SMP dan SMA.


2. Mereka yang punya kerapuhan psikisnya. Mereka yang terjebak dalam situasi psikisnya butuh teman curhat, butuh teman berbagi. Dia ingin merasa didengarkan. Maka munculah si pelaku ini. Dia paham targetnya banget. Dia butuh dipuji dan dia paham kapan waktunya memuji, kapan dia butuh diberi hadiah. Dia tidak punya teman berbagi, maka si pelaku sudah matang banget merancang tahapannya. 


Grooming instituisonal misalnya pada kasus guru olahraga di sebuah sekolah. Grooming institusi menjadi guru olahraga. Kita sebagai orang tua perlu memantau sekolahnya, siapa gurunya, siapa ustadnya, maka jangan lepas tangan kita merasa sudah bayar tetapi lepas pendampingan. 


Paham capaian anak, perannya ibu bisa masuk ke dalam anak. Paham kebutuhan anak. _Self esteem_ anak. Ibu paham _safety need_ nya anak terpenuhi. Sehingga anak paham batasannya,mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak.


Lebih baik kita mengantisipasi daripada menterapi. Maka kita harus bisa mempreventif. Supaya hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi. 


Bisa jadi karena peran ayah dan ibunya seimbang, tetapi qodarullahnya terjadi ujian itu. Child Grooming bisa juga terjadi pada keluarga yang hangat banget. Ini bisa muncul dari grooming institusi, misalnya ternyata anoreksia dari dokter yang men- Child Grooming dia.


Jadi hati-hati banget. Karena ada institusi yang bisa grooming society. Kasus panti asuhan yang pernah viral. Karena orang-orang percaya bahwa panti asuhan tempatnya orang-orang baik yang melayani, tetapi ternyata mereka memanipulasi. 


Bijaknya kita harus bersikap apa? Misalnya sumber masalahnya adalah dari gawai, maka ortu memastikan memantau anaknya. Usia SD misalnya berikan gawai sesuai kebutuhannya tidak perlu gawai yang sangat mahal. Karena itu bisa memancing dia untuk menggunakan hal-hal yang ke arah memicu Child Grooming. Jadi pelaku mencari remaja yang kehilangan kebutuhanya diakui dan dihargai. Padahal kebutuhan anak remaja yaitu diakui, dihargai, mereka sosok yang berarti dan penting. Maka apabila mereka kurang kebutuhan akan hal itu dan akhirnya ada yang mengisinya. 


Perlu untuk perhatian orang tua bahwa apa yang dilakukan anak sepanjang itu positif maka berikan apresiasi. _Aware_ dengan anak-anak serta lingkaran pertemanan juga perlu diwaspadai ortu.


*6 Tahapan untuk Antisipasi Child Grooming*

1. Jangan jadikan target anak-anak kita yang situasinya mengalami kerapuhan psikis, target individual tertentu yang dalam grooming institusi 

2. Apakah anak mendapatkan kepercayaan dari seseorang tertentu , keyakinan. Misalnya “Kamu kalau mau curhat sama aku saja,” atau misalnya, “Percayakan saja anaknya saya antar jemput.”

3. Memberikan kebutuhan si anak, dia butuh sesuatu untuk curhat, dia butuh barang-barang yang mahal kita harus waspada.

4. Dia mulai mengisolasi anak-anak tersebut. Hanya bertemu anak yang itu-itu saja.

5. Dia ada seksual eksploitasi.

6. Dia mulai mengontrol dan mulai mengancam korban (misalanya menyebarkan video)


Child Grooming terjadi di bawah usia 16 tahun. Selain apresiasi apa saja _safety need_ nya? Maka kita perlu berikan nasihat, melalui pendekatan kepada anak-anak yaitu kebutuhan dasarnya. Misalnya kebutuhan gawai tidak terpenuhi maka lakukan pendekatan ini. Khawatirnya anak mengalami kebingungan. Jangan sampai anak mencari ke temannya. Ada orang yang memberikan need yang dia perlukan.


Ketika kita tidak/belum bisa memberikan maka kita perlu menjelaskan. Anak-anak sekarang butuh tampil. Misalnya skincare, gawai dll. Sekali lagi bukan pada masalah orang tua untuk tidak memberikan. Namun *komunikasi intens* sangat penting dengan anak. Bukan barangnya tetapi kehadiran orang tua untuk menjelaskan atas situasi-situasi tidak ideal. 


Terkadang kebutuhan yang disediakan predator ini adalah kebutuhan asasi, misalnya untuk kebutuhan sekolah, maka ada orang-orang yang memanfaatkan memanipulasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 


Child Grooming bukan berarti harus memberikan barang tetapi kita melakukan pendekatan pendekatan sesuai karakteristik anak. Apalagi anak zaman sekarang kondisinya berbeda dengan zaman kita. Ketika kita memenuhi _safety need_ nya bukan hanya sekedar materi. Tetapi komunikasi adalah bentuk _bonding_ dari orang tuanya. Sehingga kita bisa memberikan self esteemnya anak. 


Sebagai orang tua harus paham tahapan tumbuh kembang Anak Usia Dini juga, karena perlu belajar kembali melihat sejauh mana tumbuh kembang yang belum terpenuhi dimana. Untuk anak SMP, SMA tugas tumbuh kembangnya yang belum selesai, bagaimana dia membentuk otonomi diri. Konsep positif dirinya. Misalnya kebutuhan beasiswa, yang memang anaknya pintar namun belum terpenuhi dari orang tua yang tidak paham, akhirnya dipenuhi oleh institusi/mereka yang meng-grooming. Mereka memang paham banget memotret bagaimana target mereka.


Kita membahas cara anak bersosialisai dalam psikologi ini tahapan sosial anak usia segitu bagaimana bunda?


Tahapan bersosialisasi anak-anak remaja:

*Pertama,* mereka harus punya self esteem. *Kedua,* mereka perlu mendefinisikan teman-teman mereka itu dan bergabung dengan mereka seperti apa. Introvert suka dengan introvert. Dia mengamati dulu, “Apa aku diterima ndak ya.” Begitu anak remaja ‘klik’ dengan _peer group_ nya maka dia akan setia banget. _Peer group_ ini penting bagi dia. Apabila sudah lebih dewasa tahapan yang lebih matang berikutnya dia akan paham akan _peer group_. _Peer group_ nya yang positif.


Apabila _peer group_ nya misalnya semua pakai iPhone maka dia berusaha untuk menyewa/ mendapatkan iPhone tersebut padahal belum ada dananya. Akhirnya apabila ada yang meng-grooming nya maka bisa jadi ke arah perilaku-perilaku di luar batas. _Peer group_ bisa mengarah pada perilaku negatif ataupun positif yang memicu Child Grooming.


Peguatan konsep diri positif tidak sehari dua hari, namun sejak sebelum lahir sudah ada kurikulmunya’ serta yang penting adalah bagaimana pertanggung jawaban kita kepada Sang Pencipta.



Self esteem ini betul betul menjadi kuncinya. Self estim membentuk peran-peran penting. Karena self estimnya yang rendah bisa terkena seksual abuse. Bagaimana self esteem bisa tumbuh ya dari rumah. Secara umum kepercayaan yang tinggi berasal dari rumah. Anak yang kurang penghargaan, anak yang kurang pujian dst. Maka bagaimana memunculkan self esteem tersebut adalah tugas ibu dan ayah di rumah. Bagaimana segala potensi yang dimilik anak sangat berharga bagi orang tuanya. Cerita dengan ayah bunda, “Kamu ada maslalah apa” anak diajak berbicara dialog.


Penting membentuk self esteem anak dari rumah kita sebagai ibu pendidik, karena semua tidak bisa diserahkan kepada sekolah. Isu-isu seperti ini pasti ada saja. Kita sebagai ibu ini adalah sebaik-baiknya sekolahan. Bagaimana kita bisa menciptakan dari peran ibu, menciptakan rumah-rumah yang hangat, membangun self esteem keluarga. 


Ketika self esteem anak anak baik, maka berawal dibangun dari self esteem yang baik pula dari  ayah dan bunda yaitu keteladanan orang tua.


*Kolaborasi Orang Tua dan Lembaga Pendidikan untuk Mengantispasi Child Grooming*

1. Peggunaan media sosal. Edukasi orang tua, misalnya sekolah merekomendikan film-film bagus misalnya film tentang seorang ayah yang mencari anak yang hilang, 

2. Apakah insight dari menonton film tersebut, search/cari siapa saja teman-teman anaknya.

3. Sebutkan teman-teman anak kita minimal 5 saja yang diketahui ayah dan ibu dari media sosialnya. Mendeteksi teman-teman riilnya dari akun-akun media sosialnya.

4. Apakah ketika ananda memiliki gawai, apakah sekolah memantau gawai anak-anaknya. 

5. Memantau anak-anak menggunakan gawai di jam malam

6. Cek medsosnya anak-anak, harus ada kerjasama antara orang tua dan sekolah terkait pengawasan penggunaan gawai.


Kolaborasi dalam hal penggunaan gadget yang dibatasi. Forum parenting yang rutin. Guru Bimbingan Konseling yang tidak hanya satu orang. 


Perlu yang namanya merubah mindset, terus belajar karena peran ibu ini luar biasa, dan kita bisa mendampingi mereka, serta masa depan bangsa adalah di mulai dari rahim para ibu yang luar biasa pula.

Dua hal pesan Bunda Sinta Yudisia di ujung IG Live RKI Surabaya:

Pertama, apapun kondisinya apakah itu bulliying,  Child Grooming, anak-anak butuh orang tua. Hadirlah di sana untuk memeluknya hingga muncul self esteem agar anak bisa menghadapi tantangan di luar sana dengan memenuhi kebutuhan dasar. *kedua,* Bunda Sinta menyampaikan mendapat hadiah dari anaknya saat memposting tulisan “Suatu saat nanti apabila ibuku ingin membeli barang, belilah ma tanpa pedulikan harganya.”  Sesungguhnya seluruh anak punya mindset demikian, mungkin ada sebagian yang belum bisa menyampaikannya (karena introvet).


Semoga ilmu yang kita dapatkan hari ini bermanfaat bagi sahabat RKI Surabaya khususnya. Apabila ada yang membutuhkan konsultasi, RKI Surabaya menghadirkan pakar fasilitator agar hidup lebih mindfulnes. Lebih bermanfaat, sehingga kita bisa mendidik anak-anak optimal.***(NRA)

Posting Komentar

0 Komentar