Kesulitan Partai Politik Menghadirkan Calon Ideal di Pilkada 2024

 


Ada teman yang japri kenapa partai-partai tidak menurunkan kader muda terbaiknya di Pilkada 2024? Ia memberi contoh misalnya kenapa PKS tidak menurunkan Dokter Gamal Albinsaid?


Dokter Gamal Albinsaid, tokoh muda dengan prestasi internasional dari Jawa Timur. Pernah bertemu dan satu forum dengan para pemimpin dunia. 


dr. Gamal Albinsaid menjadi pemuda pertama di dunia dan satu-satunya di Asia yang meraih penghargaan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur Award dari Kerajaan Inggris yang diserahkan langsung oleh Pangeran Charles di Istana Buckingham.


Karena prestasi itu pula dokter Gamal Albinsaid bisa bertemu dan bertukar pikiran dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin. 


Pemilu 2024 ia menjadi Caleg PKS DPR RI dari dapil Malang Raya dan berhasil membawa kembali satu kursi PKS DPR RI dari dapil tersebut yang telah lama hilang.


Kenapa sosok seperti dokter Gamal Albinsaid tidak dimunculkan dalam Pilkada 2024?


Dari pribadi beliau nya sendiri, ia telah melakukan banyak hal agar PKS kembali mendapatkan kursi DPR RI dari Malang Raya. Untuk terpilih ia harus meyakinkan jutaan orang dari wilayah tersebut. Dalam sebuah kesempatan ketika namanya disebut cocok untuk memimpin Kota Depok Jawa Barat, ia mengatakan ingin terlebih dahulu menunaikan janji kampanyein nya, yang pernah ia ucapkan untuk meyakinkan warga Malang Raya.


Kesulitan Partai Politik Menghadirkan Calon Ideal di Pilkada 2024


Why?


1. Hasil Pemilu Legislatif 2024


Hasil Pemilu Legislatif  bulan Februari 2024 lalu sangat menentukan keberanian sebuah partai politik mengusung calon.  Misalnya PKS, pada Pemilu Legislatif 2024 lalu secara nasional hanya mencapai angka 8 persenan. Tidak beda jauh dengan hasil pemilu legislatif 2019. Beberapa kursi DPR RI bahkan hilang, seperti dari Dapil Jawa Barat (Bandung) yang tadinya 2 kursi dan kini 1 kursi. Atau dari Sumatra Utara yang tadinya 4 jadi 2 kursi. 


2. Pilkada Serentak 


Pilkada kali ini digelar serentak. Ada 37 pemilihan gubernur dan 500an pemilihan bupati/walikota. Proses koalisi dengan parpol lain kadang dibuat sepaket. Ada barter atau pertukaran daerah. Misal Gerindra mau dukung calon PKS di Jakarta dengan syarat PKS harus mendukung calong Gerindra di Banten. Hal seperti ini yang kadang membuat calon yang didukung tidak ideal.


3. Uang

Inilah penyebab utamanya. Uang! 😁


Butuh puluhan miliar untuk satu pilkada. Coba dikalikan 500 pilkada. 


Zaman dulu pilkada tidak digelar serentak. Ini memudahkan partai aktivis (partai berkantong tivis). Jadi bisa arisan. Misalkan ketika DKI Jakarta pilkada, maka Bekasi, Bogor, Ciamis bisa ikut bantu pendanaan. Nanti ketika Bekasi Pilkada, maka Jakarta, Bogor, Tangerang akan memberikan bantuan. Nah sekarang digelar serentak. Gak bisa lagi metode arisan. 


Sudah begitu, Pileg dan Pilpres juga digelar di tahun yang sama. Februari 2024 lalu partai politik bersama dengan caleg-calegnya bertempur habis-habisan di pileg. 


Ada aleg terpilih yang sudah menerima banyak proposal dari konstituen nya, tetapi belum ada di follow up dan dijawab, "nunggu pelantikan ya!" 


#


Kalau ingin calon pilkada yang lebih ideal, coba dah kalian pada masuk ke partai politik terus nanti ikut iuran bulanan. Untuk Indonesia yang lebih baik, perlu urun rembuk, turun langsung. 😍


Salam

Enjang Anwar Sanusi

Posting Komentar

0 Komentar