Pulang Kampung dan Sajian Bugis 'Nasu Manu Likku

Masjid 99 kubah Makassar 


Oleh: R. Irwan Waji

Cinta lama yang akan terus bersemi itulah pulang kampung. Adakah rekreasi yang lebih tinggi nilainya melebihi pulang kampung? Tentu saja setiap kita punya kesan dan alasan berbeda, tetapi pulang kampung bagi sebagian orang tidak sekedar bernuansa fisik semata bahkan sesungguhnya memiliki nilai spiritual tinggi bahkan menjadi salah satu bentuk terapi bagi jiwa. 


Mengenang masa lalu yang penuh kenangan dan kehangatan menjadi salah cermin yang bermanfaat bagi kita untuk menatap kehidupan masa mendatang yang lebih optimis dan obsesif serta memberi pelajaran tentang bagaimana kita mengelola kehidupan ini secara bijaksana dan lebih bermakna. 


Bagi mereka yang sudah 'kehilangan' orang tua, pulang kampung merupakan sebuah napak tilas yang mengingatkan  kembali masa dulu ketika orang tua masih hidup. Diantara kenangan indah itu adalah oleh-oleh khas dari kampung. Oleh-oleh yang berasal dari produksi kebun, baik kebun dengan lokasi khusus yang luas maupun kebun yang berada di samping-samping rumah pada space tanah yang terbatas.


Terkadang juga hasil kebun ini berasal dari pemberian tetangga sebagai wujud rasa suka cita mereka atas kedatangan para putra-putri kampung yang masih menyempatkan waktu menengok kampung halamannya. Tetangga yang sebagian besarnya juga adalah keluarga besar kita semuanya sumringah menyambut kedatangan kita dengan berbagai ekspresi. 


Mereka, sanak saudara dan keluarga kita yang selama ini setia "menjaga" rumah di kampung terkadang menyimpan rindu yang begitu dalam terpendam. Mengenang masa-masa lalu yang penuh keakraban yang syahdu dan khikmad, berpadu suasana lingkungan alam yang masih asli dan polos apa adanya menjadikan pulang kampung sebuah reuni akbar bagi jiwa.


Kerapkali muncul dalam memori kita, membawa kita pada masa lalu yang penuh kenangan. Lembaran sejarah itu membuncah begitu kuat tatkala tiba momeb-momen yang spesial seperti lebaran Idul Fitri ini.


Dulu, jauh sebelum munculnya sosmed ada sebuah momen yang hampir menyamai lebaran yaitu liburan sekolah atau kuliah.  Liburan panjang akhir tahun ajaran dimana mereka yang berstatus sebagai mahasiswa atau siswa yang tinggal di kota menjadi saat yang paling ditunggu-tunggu untuk pulang kampung.


Pulang kampung seperti ini bagaikan seorang pejuang yang kembali ke barak merasakan kehangatan cinta dan belaian tangan lembut nan penuh kasih dari ibunda dan ayahanda yang selama ini hubungan itu hanya terhubung secara ruhani lewat lantunan munajat mereka, para orang tua.


Rintihan doa para orang tua untuk seluruh putra putrinya yang sedang berjuang menuntut ilmu di kota berharap kepada Allah pada setiap waktu agar kelak anak-anak mereka   menjadi manusia yang bermanfaat, membawa perubahan yang lebih baik bagi diri sang anak  bahkan menjadi kebanggaan keluarga,  masyarakat, bangsa dan agama.  


Ketika pertemuan penghapus rindu itu harus diakhiri karena masa liburan sudah hampir habis.  Ekspresi perasaan bahagia dan cinta, diiringi rasa syukur dan terima kasih muncul secara sponta dari  segenap keluarga, tetangga yang juga sebagai kerabat. Perasaan kasih sayang diwujudkannya dalam bentuk yang nyata, hadiah terindah yang berasal dari hasil keringat mereka. Profesi  sebagai petani tentu saja pemberian mereka tidak jauh dari hasil pertanian seperti beras dan palawija serta aneka jenis buah-buahan. Bahkan ada yang sampai potong ayam lalu dimasaknya dalam versi khas Bugis yaitu; nasu manu likku/lekku. Itulah pemberian terbaik mereka, pemberian tanda cinta, tanda kasih sayang yang tulus dan dalam. Berharap kelak semua itu akan menjadi investasi bagi keberlanjutan pertautan kasih sayang, terawatnya tali silaturahim yang akan berlangsung selamanya.    


Ini adalah hadiah, bukan sedekah. Sebab hadiah itu bisa terjadi tanpa melihat status kesejahteraan. Terkadang pemberian itu berasal dari mereka yang secara ekonomi lebih rendah dibanding orang yang diberinya itu lebih tinggi strata ekonominya. Itulah yang dimaksud hadiah. Sementara sedekah bentuknya selalu top down, yang punya memberi kepada yang kekurangan.


Hadiah adalah fitrah kemanusiaan yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan sosial kita dan mendapatkan justifikasi dalam Islam sebagaimana sabda Rasullullah ï·º bahwa :


عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ù‡ُرَÙŠْرَØ©َ، عَÙ†ِ النَّبِÙŠِّ صلى الله عليه وسلم ÙŠَÙ‚ُولُ‏:‏ تَÙ‡َادُوا تَØ­َابُّوا


“Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencintai”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad nomor 269 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).


Sebagaiman kita yakini bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang menyatu dengan fitrah. Apa yang dianjurkan apalagi diperintahkan, ataukah sesuatu yang bersifat dicela apalagi dilarang maka sesungguhnya semua itu memiliki sebuah konsekuensi dan dampak baik jangka pendek maupun panjang, baik dampak berskala individu maupun kolektif (masyarakat).


Jika nilai dan aturan itu tidak digubris apalagi dilanggar maka dampaknya akan serius bagi keberlangsungan kehidupan individu maupun kolektif kita dimana akan muncul hubungan disharmoni, cepat atau lambat. 


Dari sesuatu yang fitrah itu jika  dijalankan maka kita mendapatkan setidaknya dua keuntungan, yaitu kemanfaatan dan kemaslahatan hidup bersama yang semakin erat, dekat, akrab, dan penuh empati.


Kedua, keuntungan secara spiritual yakni apabila semua kebaikan  yang kita kerjakan bilamana dikaitkan dengan pengamalan agama, bukan sekedar kebiasaan fithrawi,  maka Islam menetapkannya sebagai bentuk amal shaleh yang bernilai ibadah di sisi-Nya dan mengokohkan kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu pada kehidupan yang mendatangkan banyak keberkahan didalam kehidupannya. 


“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri akhir dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl : 97).


Merantau lah agar engkau tahu tentang makna rindu. Pulang kampung lah agar engkau tahu tentang sebagian makna cinta. 


Wallahu al'am bish_shawab.


Taqabbalallahu Minna waminkum

Selamat Idul Fitri 1445 H

Mohon maaf lahir dan batin, semoga Ramadhan 1446 H kita dipertemukan kembali Insyaallah.  Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Posting Komentar

0 Komentar