Menjaga Kekhusyu'an Sholat di Tengah Celoteh Anak-anak



Oleh : Erry Krisdwianti


Banyak orang merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak di masjid. Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, sebagian orang yang merasa terganggu itu akhirnya melarang anak-anak ikut beribadah di masjid. 


Padahal banyak ulama sudah menyampaikan, yang intinya, "Ajaklah anak-anak untuk sholat di masjid. Agar mereka mencintai masjid dengan segala aktivitasnya. Merekalah yang kelak akan meneruskan memakmurkan masjid-masjid kita." 


Kalimat itu belum selesai. Lanjutannya adalah peringatan keras, "Kalau masjid-masjid sudah tidak diwarnai keriangan anak-anak, maka posisi umat Islam dalam bahaya."


Subhanallaah..


Di masjid kami, di sebuah dusun kecil di kaki perbukitan Menoreh, Kulonprogo, alhamdulillah sudah menjadi masjid yang ramah anak. Anak-anak diperbolehkan ikut ke masjid. Kadang-kadang tetap diingatkan kalau kegaduhannya sudah melewati batas. Tapi selebihnya, kami sudah mulai terbiasa dengan anak yang cekikikan dengan teman sebelahnya. Atau tiba-tiba berlarian mengelilingi dinding batas jamaah laki-laki dan perempuan.


Seperti beberapa malam kemarin, ketika saya ikut tarawih, ada kejadian yang... Yahh... Agak menggelikan.


Rakaat pertama sudah mulai. Anak usia 4 tahun di sebelah kiri saya ikut sholat dengan tertib. Dari sebelah kanan saya tiba-tiba ada anak lain yang berbisik-bisik dengan permen bertangkai putih di mulutnya.


"Zzt, kita main saja yuk. Di belakang itu. Asyik lho.."


Anak kecil di kiri saya diam. Entah kepalanya mengangguk atau menggeleng. Kekhusyukan sudah mulai goyah.


Mereka akhirnya ngobrol. Dari sebelah kiri dan kanan depan saya. Celoteh mereka silih berganti dengan imam sholat yang sedang membaca ayat-ayat terakhir Surat Al Alaq. Menjaga kekhusyukan terasa semakin berat. 


Puncaknya, ketika ruku' kemudian i'tidal, tidak sengaja mukena saya menyenggol permen bertangkai itu. Entah bagaimana urusannya, anak itu celingukan. Ohh, rupanya permen itu nyangkut di mukena saya. Yaa Allah...


Kekhusyukan saya sudah di titik nadir. Tawa saya sudah di ujung pelepasan. Astaghfirullah. Maafkan hambaMu ini Yaa Allah.


Dan ketika selesai mengucapkan salam, saya menemukan permen itu. 


Tergeletak di sajadah.

Posting Komentar

0 Komentar