Genosida di Gaza: Bertahan atau Bosan dengan Aksi Boikot?

Sumber gambar: Alisdare Hickson

Oleh: Nabila Huda Utami 


Sejak 7 Oktober 2023, setidaknya militer  Israel menghilangkan warga jalur gaza tanpa senjata sebanyak lebih dari 32 ribu jiwa, 14.000 diantaranya anak-anak. Sampai pertengahan Bulan Ramadan tahun ini tidak ada tanda-tanda mereka menghentikan serangan.

Setiap hari lewat di beranda media sosial kita serangan bom baru menargetkan rumah warga sipil yang sedang tertidur atau sahur.  Sampai hari ini  banyak jasad yang masih tertimbun reruntuhan rumah mereka sendiri karena tidak ada alat atau waktu untuk mengevakuasi. 


APA KABAR PETINGGI DUNIA?

Sudahlah banyak pelanggaran internasional yang mereka  lakukan, tetapi sekelas PBB saja tidak bisa melakukan apa-apa. Para militer Israel tertawa melihat dunia hanya diam saja padahal mereka bebas melakukan apa saja. 


Anehnya, pemerintah AS dan negara sekutu lainnya begitu mudahnya memberikan bantuan militer kepada Israel yang jelas-jelas melakukan genosida termasif yang pernah terjadi di dunia modern saat ini. Namun ratusan negara lain hanya bisa mengirimkan bantuan pangan, obat-obatan dan lainnya agar setidaknya mereka bertahan lebih lama dan bersiap untuk mengantri menjadi korban pem-boman Israel dan antek-anteknya selanjutnya. 


Tidak sampai disitu, Israel memperbarui alat-alat perang mereka. Menggunakan robot tercanggih, teknologi yang paling maju untuk melawan warga sipil Gaza yang Israel sebut sebagai “calon teroris”. Sebagian besar yang terbunuh memang anak-anak dan wanita. 


Dari mana Israel mendapat begitu banyak dana?  Padahal teknologi yang digunakan tidak murah serta dalam jumlah besar. Sebut saja bantuan dari pemerintah Amerika, kerjasama dengan banyak  perusahaan internasional dalam bidang senjata dan yang lainnya, kerjasama dalam alat-alat kesehatan, dan di ramadan ini dari penjualan kurma. 


Banyak negara-negara yang tetap bekerja sama dengan Israel dengan tujuan keuntungan. Berbeda bagi negara yang peduli akan tragedi kemanusiaan, mereka menolak bekerja sama dengan Israel. Semoga Indonesia tetap salah satunya. Menolak segala bentuk upaya penjajahan yang dilakukan Israel.


KEKUATAN KATA YANG SIA-SIA

Tampaknya lagu dari Michael Heart “We Will Not Go Down” bertahun-tahun yang lalu menggambarkan kebenaran menyakitkan tentang penjajahan yang sudah 70 tahun berjalan. Kita diperlihatkan bahwa hukum internasional pun tidak mempan untuk membuat Israel menghentikan serangannya ke wilayah Gaza. 

Meski semua jenis bangunan dilarang untuk dihancurkan ketika perang, Israel tetap hancurkan tanpa takut dan tanpa hukuman dari dunia internasional. Dunia hanya bisa mengecam saja, tetapi tidak bisa secara nyata menghentikan genosida. 


Sebulan telah berlalu ketika Pengadilan Internasional (ICJ)  yang memutuskan Israel harus melakukan tindakan pencegahan genosida dan diperintahkan untuk melapor kembali setelah satu bulan. Idealnya, keputusan dari ICJ penting untuk mengisolasi Israel namun kenyataannya tidak. 

Keputusan ICJ bahkan membuat banyak publik kecewa karena tidak memerintahkan untuk gencatan senjata dan tidak mau mengakui bahwa yang dilakukan oleh Israel adalah genosida. 


Kabar terbaru tentang keputusan dewan keamanan PBB untuk melakukan resolusi gencatan senjata di bulan ramadhan. 14 negara setuju 1 abstain adalah AS. Namun sudah seminggu lebih, Israel tetap saja tidak menghentikan serangannya kepada warga sipil. Setiap hari ada warga sipil Gaza yang terbunuh padahal sedang mengambil bantuan kemanusiaan, mencari air, atau sedang mengais sisa-sisa makanan untuk berbuka puasa. 

Israel tidak peduli apa yang dunia kecamkan.  Nyatanya memang setiap ada keputusan gencatan senjata Israel tetap melanggarnya dan tidak pernah ada sanksi untuk Israel. Tetap saja mereka bisa membeli perlengkapan senjata dari negara, tidak pernah ada embargo ekonomi, tidak ada pelarangan secara internasional untuk tidak membeli produk-produk mereka. Itulah yang membuat mereka tetap bertahan apalagi dengan adanya bantuan dari pemerintah AS dan beberapa negara lain pendukung Israel. 


APAKAH MEMBERIKAN EFEK?

Pada awal seruan boikot produk-produk pendukung Israel begitu gencar, tak dapat dipungkiri gerakan tersebut menimbulkan kerugian sangat besar. Pemasukan Amerika salah satunya, dimana pemerintahnya sangat mendukung pendudukan Israel. Amerika terhitung konsisten membantu Israel sebesar 3,3 miliar dolar per tahun. 


Amerika ikut merasakan dampak boikot ini. Namun benar adanya kata seorang pejabat Israel, bahwa orang-orang yang memboikot ini seperti anjing yang akan kembali pada tuannya. Kita lihat sekarang bahwa mulai banyak sekali pengunjung di restoran-restoran yang terafiliasi dengan Israel. Kejadian ini mungkin bisa dijelaskan karena beberapa restoran yang berafiliasi dengan Israel di Indonesia  menghiasi restoran mereka dengan atribut palestina atau dengan mengucurkan bantuan ke Palestina. Padahal dukungan macam itu tak berlaku selama restoran yang terafiliasi menyisihkan keuntungan kepada pihak penjajah, sama saja. Atau orang-orang sudah bosan  dengan gerakan boikot yang mereka nilai tidak ada gunanya. 

Nyatanya gerakan boikot ini benar-benar  membuat Israel kelimpungan mencari dana untuk membeli rudal rudal. Laporan Al Jazeera pada 2018 lalu menyatakan bahwa gerakan boikot berpotensi menimbulkan kerugian hingga US$11,5 miliar atau sekitar Rp177,91 triliun (asumsi kurs Rp15.471/dolar US) per tahun bagi Israel. Jelas sangat berpengaruh pada ekonomi Israel dengan gerakan yang disebut sederhana ini.

Kita sebagai warga negara yang patuh akan pembukaan UUD 45, dimana penjajahan harus dihapuskan, maka konsekuensinya kita wajib melakukan apapun untuk mendukung  Palestina mempertahankan wilayahnya. Tidak peduli seberapa jauh jaraknya, apa agamanya, namun manusia yang memiliki jiwa kemanusiaan secara normalnya akan bertindak membela saudaranya yang terbunuh oleh misil-misil penjajah. Misal tindakan kecil dengan tidak membeli barang yang bisa menambah keuntungan para penjajah dan antek-anteknya.  Karena satu rupiah keuntungan saja bisa menjadi misil yang menghancurkan tubuh mungil bayi tak berdosa yang baru saja menatap dunia. 


Untuk mempermudah itu semua, Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan beberapa situs yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memilah dan milih produk mana yang terafiliasi dengan Israel.Salah satunya adalah bdnaash.com. Cermati produknya, beralihlah ke produk lokal atau netral yang tidak mendukung genosida.

Jadi tidak ada lagi alasan untuk mendukung penjajahan Israel terhadap Palestina, kan?

***


Penulis: Nabila Huda Utami

Bekerja sebagai tenaga pendidik di sebuah sekolah swasta. Si Introvert yang sedang berusaha menjadi ibu terbaik. Suka membaca dan mencoba menulis setiap uneg-uneg.

Posting Komentar

0 Komentar