oleh Alie Al Fikri
H. RIZA FALEPI, S.T.,M.T. menjadi
caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk DPR RI di Pemilihan Umum Legislatif
tahun 2024. Ia akan bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Barat II
yang meliputi Kabupaten Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Pasaman,
Pasaman Barat, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, dan Kota Payakumbuh.
Inovasi menjadi kata yang sudah begitu melekat pada pribadi Riza Falepi. Menjabat Wali Kota Payakumbuh selama dua periode sejak 2012 hingga 2022, berbagai inovasi sudah dilakukan untuk kemajuan Kota Payakumbuh. Maka tak heran, Kota Payakumbuh semakin bergerak maju dan diganjar ratusan penghargaan baik oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) maupun Pemerintah Pusat.
Beberapa penghargaan yang
berhasil diraih antara lain Leadership Award, Investment Award, Bung Hatta
Award, Perpamsi Award, dan lain-lain. Payakumbuh juga dinobatkan sebagai Kota
Layak Anak, Kota Sehat, Piala Adipura, Opini Keuangan WTP, Pelayanan Publik
Terbaik, SAKIP BB, Perencana Pembangunan Terbaik, Pengelola Pendidikan Terbaik,
Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum
(PKPD-PU), Penyelenggara Irigasi Terbaik Nasional, dan seterusnya. Meskipun
sudah banyak prestasi yang ditorehkan Riza, sepertinya masih banyak masyarakat
Sumatera Barat yang belum mengenal sosok yang suka bekerja keras tanpa ekspos
media ini.
Riza Falepi lahir di Payakumbuh,
17 Juni 1970. Setelah menempuh pendidikan SD sampai SMA di Payakumbuh, Riza
melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendidikan strata
dua juga dia lanjutkan pada perguruan tinggi yang sama hingga berhak menyandang
gelar S-2 Magister Tekno Ekonom.
Tamat kuliah, Riza mulai
menjalani dunia bisnis sesuai dengan latar belakangnya sebagai tekno ekonom.
Berkat keikhlasan, kesungguhan, dan profesionalismenya dalam berusaha, ayah 3
anak itu berhasil menjadi pengusaha muda yang sukses.
Era reformasi membuat Riza mulai
terjun ke dunia politik. Latar belakang sebagai akktifis dakwah di kampus ITB
membuat dia dan kawan-kawan ikut berpartisipasi politik di bawah naungan Partai
Keadilan yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Riza menjabat Pengurus DPD Partai Keadilan Kabupaten Bandung pada 1999-2000,
Pengurus DPW PKS Jawa Barat bidang Perburuhan pada 2000-2005, dan Pengurus DPP
PKS Biro Hubungan Luar Negeri, Industri, dan Perdagangan pada 2005-2010.
Momen pemilu 2009, Riza maju
sebagai senator Sumbar di DPD RI. Suami dari Dr. Henny Yusnita itu, berhasil
meraih suara terbanyak ketiga setelah Emma Yohana dan Irman Gusman sehingga
mengantarkan dirinya sebagai Anggota DPD RI periode 2009-2014.
Tahun 2012, Pilkada Payakumbuh
ditabuh. Riza yang bergelar Datuak Rajo Ka Ampek Suku diminta masyarakat
Payakumbuh khususnya masyarakat Nagari Koto Nan Gadang untuk maju sebagai calon
wali kota. Permintaan dari masyarakat itu diakomodir oleh DPP PKS. DPP
keluarkan SK pencalonan Riza sebagai cawako Payakumbuh 2012-2017. Meski harus
“turun pangkat” dari jabatan Anggota DPD RI menjadi Wali Kota, sebagai kader
Riza taat dan patuh kepada perintah pimpinan PKS untuk bertarung di Pilkada
Payakumbuh.
Riza Falepi-Suwandel Muchtar
(FWAN) berhasil memenangkan Pilkada Payakumbuh 2012 sebanyak satu putaran saja.
Hal ini membuktikan besarnya dukungan dan harapan masyarakat Payakumbuh agar
Riza menjabat wali kota. Sejak dilantik oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
pada 23 September 2012, pasangan FWAN langsung tancap gas.
Harapan besar masyarakat
Payakumbuh dijawab Riza dengan kerja maksimal. Jejak-jejak inovasi dan prestasi
Riza bersama jajaran bisa ditelusuri pada semua sektor kehidupan di Payakumbuh.
Tak hanya di sektor layanan dasar, seperti infrastruktur, kesehatan, dan
pendidikan. Tetapi juga pada sektor pemerintahan, ekonomi, pertanian, pemuda,
olahraga, dan lainnya. Semua jejaknya nyata dan bisa dinikmati masyarakat
Payakumbuh.
Pada sektor keagamaan, Riza
menjadi wali kota pertama yang mencanangkan Pesantren Ramadan yang belum ada
pada periode pemerintahan Wali Kota Payakumbuh sebelumnya. Dia juga
mencanangkan program Payakumbuh Menghafal dan menyediakan hadiah umrah bagi
pelajar yang hafal Alqur’an 30 juz.
Berbagai program keagamaan
lainnya juga dicanangkan mantan Anggota DPD RI ini. Gerakan Subuh Berjamaah
menjadi sarana dialog dan silaturahmi bagi Riza untuk menyerap aspirasi
masyarakat dari masjid ke masjid di samping menumbuhkan semangat cinta masjid di
kalangan generasi muda. Lalu ada program Payakumbuh Berwakaf. Program kerja
sama Pemko dengan Kemenag Payakumbuh itu merupakan program pertama di Indonesia
sehingga Payakumbuh dijadikan sebagai pilot project nasional.
Dalam hal infrastruktur
keagamaan, keberadaan masjid yang representatif sangat dibutuhkan masyarakat
Payakumbuh sebagai pusat kegiatan keagamaan. Hal itu begitu disadari Riza.
Pembangunan Masjid Agung Payakumbuh sudah direncanakannya sejak awal menjabat.
Lahan dan maket masjid sudah disiapkan namun keinginannya tersebut ditolak oleh
DPRD Payakumbuh karena lahan yang tersedia dianggap kurang layak. Mantan Aktivis
Masjid Salman ITB itu tak patah arang. Pembangunan Masjid Agung dialihkan ke
kawasan Sawah Kareh, Kelurahan Pakan Sinayan, Kecamatan Payakumbuh Barat.
Niniak mamak dan masyarakat setempat menyambut baik rencana pembangunan
tersebut sehingga mulai dilakukan proses pembebasan lahan.
Pada sektor pendidikan, Riza
memberikan perhatian penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dari segi
anggaran, sektor pendidikan menjadi prioritas dalam melahirkan anak didik yang
berakhlak mulia. Alokasi anggaran pendidikan di APBD Payakumbuh bahkan mencapai
30%. Peningkatan kualitas guru dan pengajar juga menjadi fokus perhatiannya.
Hasilnya, Payakumbuh mampu menjadi Pengelola Pendidikan Terbaik di Sumbar. Dari
segi pembangunan di bidang pendidikan, Riza berinovasi untuk mendirikan 2
sekolah baru yaitu SMAN 5 Payakumbuh dengan konsep Boarding dan SMK 4 dengan
konsep SMK Informasi Teknologi (IT).
Sektor infrastruktur Payakumbuh
mengalami kemajuan sangat pesat. Riza banyak melakukan perbaikan dan pelebaran
jalan sehingga jalan Payakumbuh masuk kategori baik atau mulus mencapai 95%.
Berbagai pembangunan infrastruktur dilakukan seperti Normalisasi Batang Pulau,
pembangunan drainase, saluran irigasi, embung, dan Water Treatment Plant (WTP)
yang merupakan teknologi canggih untuk memfilter air Batang Agam menjadi air
layak minum.
Berbekal kepiawaian lobi dan
jaringan Riza di tingkat pusat, dia berhasil mendatangkan anggaran dari
Kementerian PUPR untuk mega proyek Normalisasi Batang Agam. Anggaran senilai Rp
195 M digelontorkan pemerintah pusat untuk pembangunan terbesar yang ada dalam
sejarah Kota Payakumbuh. Proyek multiyears dengan pengerjaan sepanjang 10,6 km
Batang Agam itu merupakan masterpiece Riza selama memimpin Payakumbuh.
Riza mempunyai kebiasaan unik
dalam memantau infrastruktur. Hampir setiap akhir pekan, dia blusukan sambil
bersepeda keliling Kota Payakumbuh. Dengan turun langsung, Riza mengaku lebih
mengetahui persoalan daripada hanya duduk manis menerima laporan bawahannya.
“Fahmul as’al nisfu jawab (paham persoalan, separuh dari jawaban),” ujarnya
suatu kali.
Setiap persoalan infrastruktur
yang ditemui Riza di lapangan langsung direspon dengan kebijakan pembangunan.
Perhatiannya terhadap perbaikan infrastruktur terutama irigasi sangat tinggi
karena sangat dibutuhkan petani dan petani adalah profesi mayoritas masyarakat
Payakumbuh. Blusukan bersepeda diiringi kebijakan pembangunan itu akhirnya
membuahkan prestasi. Payakumbuh dinobatkan sebagai Penyelenggara Irigasi
Terbaik Nasional.
Dalam bidang pemerintahan, Riza
berusaha keras mewujudkan Good Governance. Usahanya untuk “cuci piring”
birokrasi pada awal pemerintahan dan mengedepankan transparansi keuangan,
diganjar opini WTP untuk pertama kalinya dalam sejarah Payakumbuh. Sejak itu
Payakumbuh selalu mendapatkan opini WTP dari BPK sebanyak 5 kali berturut-turut
hingga sekarang. Selain itu, dalam hal evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), Payakumbuh mampu meraih predikat BB. Dari seluruh
Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, hanya 20 daerah yang bernilai BB termasuk
Kota Payakumbuh.
Pada sektor kesehatan, Riza
memutuskan untuk merehab berat bangunan Puskesmas Lamposi sehingga puskesmas
tersebut bisa berdiri megah dan mendapat akreditasi utama dari Kemenkes RI.
Pembenahan sarana RSUD Payakumbuh juga dilakukan. Ruang operasi dan rawat inap
terus ditambah. Alhasil, Gedung Kemuning 4 lantai RSUD berdiri megah dengan
fasilitas dan peralatan operasi terbaik di Sumatera Barat.
Prestasi di bidang kesehatan
dibuktikan dengan penghargaan Payakumbuh sebagai Kota Sehat sebanyak 5 kali
berturut-turut. Selain Dinas Kesehatan sebagai leading sector, prestasi Kota
Sehat juga ditunjang oleh program Rehab Rumah Tak Layak Huni (RTLH) melalui
Dinas Perumahan dan Permukiman. Sebanyak 2000 rumah sukses dibedah sehingga
Kota Payakumbuh menjadi percontohan nasional dalam program ini. Dalam hal
jaminan kesehatan, Riza mampu mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) dimana
96,69% masyarakat Payakumbuh telah menjadi peserta BPJS Kesehatan. Capaian itu
diganjar penghargaan UHC JKN-KIS oleh Presiden RI.
Pada sektor pertanian, berbagai
inovasi terus dilakukan mulai dari peningkatan kapasitas produksi padi hingga
diversifikasi kepada budi daya holtikultura. Terbaru, Riza menggagas penerapan
teknologi sistem pengawetan pascapanen untuk untuk produk sayuran ataupun
holtikultura dengan tujuan alat pengendali inflasi. Sehingga nantinya petani
memiliki kebebasan untuk menentukan waktu penjualan produk pertanian dalam
menyikapi fluktuasi harga.
Pada bidang olahraga, Riza punya
prinsip Payakumbuh hanya menggunakan atlet lokal atau putra daerah dalam
berbagai perlombaan seperti Porprov serta ajang lainnya. Menurutnya, percuma
prestasi tinggi tapi malah memakai atlet bayaran dari daerah lain. Hal ini
tentu sangat berpengaruh dalam proses pembinaan atlet. Kebijakan ini dia dukung
dengan kucuran bonus untuk peraih medali emas sebesar Rp 40 juta, perak Rp 11
juta, dan perunggu Rp 9 juta. Atlet Payakumbuh yang notabene putra daerah tadi,
menjadi semakin semangat untuk berlatih demi mengejar prestasi.
Infrastruktur olahraga juga
disiapkan. Pembangunan GOR dan stadion sepakbola berstandar nasional sedang
dilakukan di Kelurahan Tanjung Pauh, Payakumbuh Barat. Untuk pembangunan GOR
diharapkan rampung pada akhir Desember 2019. Sedangkan stadion dibangun secara
bertahap mulai tahun ini dengan dana dari pemerintah pusat.
Pada sektor ekonomi, Riza
berhasil menjadikan Payakumbuh sebagai kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi
tertinggi di Sumatera Barat. Hal itu bisa terjadi karena Riza menciptakan
suasana ekonomi yang kondusif seperti mempermudah perizinan sehingga kantor pelayanan
dan perizinan Payakumbuh menjadi terbaik nasional. Dengan itu, Riza mampu
mempertahankan idle capacity sehingga pertumbuhan ekonomi naik.
Pada periode pemerintahan kedua,
Riza berpasangan dengan Erwin Yunaz dengan fokus kerja pembenahan bidang
ekonomi sesuai dengan janji kampanyenya pada Pilkada 2017. Inovasi ekonomi
dimulai dengan mendeklarasikan Payakumbuh sebagai Kota Rendang. Pengembangan
produk rendang diyakini memiliki efek daya ungkit yang besar untuk membangun
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Payakumbuh.
Deklarasi tersebut tentu bukan
sekedar klaim. Sebelumnya Payakumbuh sudah punya 43 IKM rendang yang 40%
tersentralisasi di Kampung Rendang Lamposi. Produksi rendang IKM Payakumbuh
bahkan sudah mencapai 1 ton per hari.
Kondisi itu didukung dengan semua
bahan baku rendang tersedia di Payakumbuh. Mulai dari ketersediaan daging, cabe
khas Payakumbuh yaitu cabe Kopay, hingga kelapanya. Kelapa Payakumbuh memiliki
kelebihan dibandingkan kelapa daerah lain dimana kandungan santannya yang
cenderung mengeluarkan lebih banyak minyak. Hal itu tentu menambah cita rasa
rendang Payakumbuh itu sendiri. Semua itu dipandang Riza sebagai opportunity
yang harus digarap serius.
Riza berpikir keras bagaimana
caranya skala bisnis rendang ini semakin besar dan bisa berproduksi dalam
jumlah massal. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai
dari pembangunan Gedung Sentra IKM Rendang, persiapan BUMD peternakan sapi,
pemanfaatan rumah potong hewan bertaraf internasional, teknologi retouch,
hingga pengadaan mesin vertical packaging.
Dari segi marketing, produk
rendang diliterasikan menjadi video dan buku. Buku rendang Payakumbuh dibuat
dua bahasa yaitu Indonesia-Inggris dan Indonesia-Arab. Targetnya akan dijadikan
7 bahasa ditambah Indonesia-Mandarin, Indonesia-Jepang, Indonesia-Korea,
Indonesia-Prancis, dan Indonesia-Spanyol. Itu semua diliterasikan dengan tujuan
untuk disebar ke seluruh dunia agar rendang Payakumbuh semakin dikenal pasar
internasional.
Selain itu, para pengusaha
rendang juga difasilitasi untuk mengikuti pameran baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Riza membawa sejumlah pengusaha
rendang Payakumbuh untuk mengikuti pameran di Jeddah, Arab Saudi. Di sana,
Rendang Payakumbuh dipresentasikan dengan penyajian yang baik, mulai dari segi
ingredient, kandungan nutrisi, cara pengolahan, hingga kemasan yang baik,
sehingga mereka memahami bahwa wajar rendang diakui sebagai makanan terlezat di
dunia.
Pameran tersebut membuahkan
hasil. Pengusaha Arab tertarik untuk membangun kerja sama dengan pengusaha
rendang Payakumbuh. Penandatanganan kesepakatan bisnis antara keduanya
dilakukan di KJRI Jeddah, 27 Januari 2019. Melalui transaksi business to
business itu, Payakumbuh dipastikan bakal mengekspor 20 ton rendang ke Arab
Saudi.
Semua inovasi itu dilakukan Riza
demi kebangkitan daerah yang dipimpinnya agar bisa beradaptasi dalam dunia yang
terus berkembang cepat dan dinamis. Dia punya pemikiran tentang model
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berangkat dari sumber daya yang ada di
daerah itu sendiri. Sebab, setiap daerah mempunyai keunggulan dan kelebihannya
masing masing. Untuk menjadi sejahtera, daerah itu sendiri yang harus menemukan
caranya dan berdaya saing unggul.
Visinya adalah model pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Visi yang sangat sulit untuk diwujudkan
suatu daerah. Ini hanya bisa direalisasikan bila suatu daerah berada pada
kepemimpinan yang tepat dalam mewujudkan kerangka pembangunan yang berkelanjutan
(sustainability development).
Pertanyaannya, seperti apakah
kapasitas minimum seorang pemimpin yang bisa mewujudkan visi itu? Pertama,
pemimpin itu memiliki kepribadian yang kuat dan pantang menyerah untuk
menghadirkan visinya dan digaungkan terus kepada semua pemangku kepentingan di
daerah tersebut. Pemimpin yang mampu menjadi pelita bagi masyarakat sehingga
masyarakat di daerah itu sadar bahwa mereka memiliki kekuatan untuk merubah
diri dan ikut menjadi pemain global.
Kedua, pemimpin yang memiliki
daya kohesifitas untuk memastikan semua personil dan pemangku kepentingan bisa
memahami visinya, sehingga bisa bergerak dalam ritme kerja yang relatif tinggi,
efektif, dan efisien.
Ketiga, memiliki kapasitas dan
aksesibilitas kepada sumber-sumber keuangan. Bukan pemimpin yang hanya bisa
menghabiskan APBD namun tidak bisa mencari sumber anggaran dan sumber daya
untuk kemajuan daerahnya. Melainkan pemimpin yang bisa mengakses sumber keuangan
baik itu dari komunitas bisnis lokal maupun global, baik dari pemerintah pusat
maupun pemerintah provinsi. Ketiga kriteria tersebut kiranya ada pada diri
seorang Riza Falepi. (ms/***)
Sumber: Mimbar Sumbar
0 Komentar