Ajo Agam
Sepulang dari penaklukan Kota Makkah, puluhan ribu sahabat kembali ke Madinah ini adalah jumlah yang sangat besar dalam sejarah peperangan yang dilakukan oleh muslimin.
Dalam perjalanan pulang terjadi sebuah peristiwa besar yaitu Perang Hunain, sebuah peperangan yang memiliki harta rampasan perang yang sangat banyak.
Saat terkumpul terkumpul, Rasulullah membagikan kepada mualaf dari pasukan musuh Hawazin dan Tsaqif yang tmau masuk Islam.
Jumlahnya pun tidak sedikit Bahkan, ada yang sampai 100 ekor unta. terkhusus kepala suku bisa disuruh memilih unta-unta terbaik, Jika harga unta perang senilai 100 juta rupiah per ekor, coba bayangkan berapa hadiah yang diterima mualaf tersebut.
Yang paling berkesan ketika rampasan perang dibagikan kepada mualaf Makkah, padahal sewaktu perang Hunain mulai berkecamuk, mereka tunggang langgang lari dari medan Hunain. namun bagian yang mereka terima tidak sedikit, sekelas Abu Sofyan saja bisa mendapatkan 100 unta.
Wahai Abu Sofyan silahkan pilih untukmu.
Abu Sofyan yang waktu itu masih lemah imannya, memilih 100 unta terbaik.
Setelah itu Rasulullah SAW tanya lagi, apakah cukup wahai Abu Sofyan?
Sudah ya Rasulullah, tapi kalau masih bisa nambah lagi, boleh juga
Dan Rasulullah pun mengizinkan, ya maklum namanya orang baru masuk Islam pandangannya masih tentang dunia kan.
Akhirnya sampai semua unta, kuda habis dibagikan kepada ribuan mualaf dari Makkah, sedangkan sahabat-sahabat senior dari Anshar (penduduk Madinah) sama sekali tidak mendapat bagian apa-apa.
Syaitan pun membisikkan, muncullah sifat manusiawi tentang harta. Bahkan sahabat terbaik anshar yang sudah menjadi pembela Rasulullah SAW pun bisa tergoda.
Satu persatu mulai membicarakan mekanisme pembagian ghanimah yang dilakukan Rasulullah. Kian hari kian bertambah sahabat Anshar yang membicarakan kebijakan Rasulullah dalam pembagian ghanimah Hunain. Sampai-sampai kalimat yang kurang pantas pun sempat terucap, "Rasulullah SAW sudah bertemu orang kampung nya, dan sudah lupa dengan kita."
Gosip yang mulai hangat seperti lambe turah inipun sampai ke telinga Rasulullah SAW, beliau bertemu dengan Sa'ad bin Ubadah RA salah satu pemimpin Anshar dan diminta mengumpulkan kaum Anshar.
Rasulullah SAW sangat faham bahwa kaum Anshar adalah orang-orang yang beriman yang akan tersentuh juga dengan panggilan iman.
"Wahai Anshar, "Aku sudah mendengar keluh kesah kalian tentang ghanimah Hunain," ujar Rasulullah SAW.
"Wahai kaum Anshar sahabat-sahabatku, bukankah dulu aku mendapati kalian dalam keadaan tersesat, kemudian Allah memberikan petunjuk-Nya kepada kalian?"
"Bukankah dulu kalian kekurangan, lalu Allah mencukupi kalian?"
"Bukankah dulu kalian berpecah-belah, kemudian Allah menyatukan hati-hati kalian?"
Sahabat Anshar terdiam, dan mulai merasa bersalah.
Kemudian Rasulullah kembali berkata,
"Mengapa tidak ada di antara kalian yang menjawab atau menyanggah pertanyaanku?"
Tidak ada kata sanggahan yang keluar kecuali mereka mengatakan bahwa "Semua kemuliaan milik Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah SAW kemudian menambahkan "Demi Allah, sekiranya kalian menjawab apa adanya, maka apa yang kalian katakan itu benar."
Bukankah kalian bisa menjawab 'Yaa Rasulullah, bukankah dulu engkau diusir lalu kami menyelamatkanmu, bukankah dulu engkau didustakan, dan kami yang membenarkanmu. Bukankah dulu kau dihina, kami yang memuliakanmu."
Sahabat-sahabat Anshar mulai menangis dan semakin merasa bersalah.
Mereka berseru, "Cukup ya Rasulallah, demi Allah, pernyataanmu yang pertama benar."
Namun, Rasulullah tetap melanjutkan. "Bukankah dulu kau kekurangan, kami yang memberikan kecukupan kepadamu."
"Tangisan Anshar pun yang semakin deras.
Rasulullah SAW pun mengeluarkan kalimat iman yang begitu bergetar sampai ke relung hati Anshar.
"Apakah kalian marah kepadaku hanya gara-gara urusan dunia yang sepele itu? Aku memberikan ghanimah kepada mereka agar keislaman mereka kuat, Sedangkan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Keislaman kalian telah teguh dan iman kalian telah kokoh."
Sebuah pertanyaan yang begitu dalam menghujam ke hati sahabat Anshar.
"Wahai Anshar...bagaimana pendapat kalian melihat mereka (mualaf) pulang membawa unta, kambing, dan dirham, sedangkan kalian pulang bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam?"
Para sahabat Anshar tersentak hatinya dengan kalimat Rasulullah ini.
Hati mereka bergemuruh, dalam tangis mereka berucap, "Kami ridha ya Rasulallah, kami ridha ya Rasulullah. Cukup bagi kami keridhaan darimu ya Rasulallah."
Di akhir dialog tersebut Rasulullah mendo'akan..
"Demi Allah yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, andai bukan karena hijrah, maka aku pasti termasuk kaum Anshar. Jika Anshar menempuh satu jalan dan orang lain menempuh jalan yang berbeda, maka aku pasti mengikuti jalan yang ditempuh Anshar. Ya Allah, rahmati kaum Anshar, rahmati anak-anak kaum Anshar, rahmati anak cucu keturunan kaum Anshar."
Sahabat-sahabat Anshar yang sedari tadi tak kuasa membendung tangisannya, semakin menjadi-jadi tangisnya. Mereka pun meminta maaf, dada yang sesak sesak dan bergemuruh sambil menyesali apa yang sudah mereka sangkakan pada Rasulullah Saw, hingga menjadi buah pikiran dan menyusahkan hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Akhir kisah bagaimana Anshar kembali bahagia setelah mendengar Do'a Rasulullah Iman mereka kembali bertambah ukhuwah pun kembali erat.
Pertanyaannya adalah kita layak masuk dalam barisan panjang ummat beliau, Semoga hati kita tidak tertipu oleh kemilau dunia yang melenakan.
Sebab jikalau kita sudah kurang bersemangat lagi dalam menjalankan perintah Allah dan rasulNya, mungkin "Ada Dunia Diantara Kita"
Maulid Nabi membuat flashback bagaimana kita bisa mengenang kebaikan sejarah yang sudah pernah terukir semasa beliau hidup untuk diteladani..
"Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW"
0 Komentar