Titik Sudut Pandangan dan Cahaya Kemerdekaan



oleh: Ade Gunawan


Titik sudut adalah dua buah kata, yang  banyak digunakan orang, dengan gabungan kata pandang. Seperti sudut pandang atau titik pandang. Ada juga kata lainnya yaitu sisi, menjadi sisi pandang.


Bicara mengenai sudut atau sisi pandangan adalah sebuah area yang terang benderang. Menjadi titik pandangan kita untuk dapat melihat dengan jelas dan terang.


Alam semesta awalnya diliputi oleh kegelapan. Dengan turunnya Al Qur'an kita mendapatkan cahaya. Dan Allah memberikan ruang yang sangat luas. Dengan cahaya Al Qur'an kita bisa memandang kejadian atau peristiwa apapun di alam semesta.  


Kita tidak kaget atau heran dan biasa saja, bila banyak penafsiran Al Qur'an yang berbeda-beda, karena Allah Subhanahu wata'ala memang memberikan ruang yang sangat luas agar bisa memandang dan mengatasi segala persoalan atau permasalahan dalam kehidupan.


Kenapa ada sebagian orang yang putus asa dan merasa hidupnya gelap gulita dan sempit. Padahal sudah ada Al Qur'an sebagai sumber cahaya, dan pandangan para ulama atau orang sholeh di sekitar kita.  


Al Qur'an adalah sumber cahaya yang menerangi alam semesta, Pandangan ulama adalah bagian sisi atau sudut pandangan dalam melihat dan mengatasi segala persoalan dan masalah umatnya.


Sebagian orang yang memiliki masalah atau problematika tidak bisa menerima nasehat atau pandangan ulama. Malah ada yang bersikap kritis.


Sikap orang tersebut bisa dimaklumi, karena memang pandangan ulama adalah bersifat normatif untuk seluruh umat. Tidak orang per orang dengan tingkat problematika kehidupan yang beraneka ragam. 


Dan karakteristik atau watak orang yang berbeda beda. Karakter atau watak orangnya mungkin saja sama tapi persoalan hidupnya bisa berbeda. 


Contoh sederhana hukum menikah itu awalnya adalah sunah Rosulullah, hukumnya bisa berubah menjadi wajib, makruh atau bahkan haram. Atau makanan yang haram bila dalam kondisi darurat tidak ada makanan lainnya maka boleh kita makan. 


Begitu juga dalam pandangan saya, berdoa itu awalnya adalah Sunah Rasulullah, namun bisa menjadi wajib, makruh atau haram.


Hadist Rasulullah adalah penjelasan atau penerapan isi Al Qur'an dalam kehidupan sehari hari, Rasulullah disebut sebagai Al Qur'an yang berjalan. 


Pandangan ulama adalah rincian rincian dari penjelasan Al Qur'an dan Hadist yang disesuaikan dengan jamannya. Dan Allah Subhanahu wata'ala masih memberikan ruang yang luas bagi kita setiap orang untuk bisa memandang dan bisa mengatasi persoalan  diri kita sendiri. Jadi tidak ada lagi alasan kita dalam kegelapan atau kesempitan.    


Kita diberikan kemampuan oleh Allah Subhanahu wata'ala bisa memandang cahaya dari Al Qur'an. Walau merupakan bagian terkecil dari pandangan yang berlaku umum. 


Bukan sisi pandangan atau sudut pandangan, tapi titik sudut pandang. Titik adalah bagian terkecil dari dari sisi, sedangkan sudut adalah bagian terkecil dari ruangan yang sangat luas. Jadi titik sudut adalah anugerah yang Allah berikan kepada setiap orang agar bisa mendapatkan cahaya dari Al Qur'an. 


Cahaya Al Qur'an itu diberikan kepada setiap orang, karena itu adalah hak dasar orang yang merdeka. Orang yang mereka adalah orang yang hidupnya dalam kebebasan, leluasa bergerak, lapang dalam berusaha, luas dalam pandangan, penuh semangat. 


Orang yang merdeka adalah orang yang terbebas dari belenggu. Mereka bisa mengatasi segala masalah dan persoalan kehidupannya.


Sebaliknya orang yang tidak merdeka atau tidak bebas adalah orang yang terbelenggu atau sedang dalam tawanan. Seperti menjadi tawanan musuh atau penjajah. 


Orang yang hidupnya diliputi kegelapan dan kesempitan adalah orang yang menjadi tawanan iblis. Maka bila kegelapan dan kesempitan itu tidak cepat diatasi maka dia bisa putus asa. Orang yang putus asa dan bunuh diri adalah orang yang menjadi tawanan iblis di dunia dan di akhirat.


Dengan cahaya Al Qur'an , sepantasnya setiap orang itu hidupnya merdeka, bukan menjadi menjadi tawanan pihak musuh atau tawanan iblis. 


Namun apabila kita tidak bisa memanfaatkan dan memaksimalkan anugrah kemerdekaan yang Allah berikan, maka pilihan menjadi tawanan adalah alternatif terakhir. Tapi bukan sebagai tawanan musuh atau tawanan iblis. Tapi menjadi tawanan Allah Subhanahu wata'ala.


Orang yang menjadi tawanan musuh apalagi menjadi tawanan iblis hidupnya dalam kesempitan dan kegelapan. Selalu susah dan menderita, tidak ada ketenangan dan kedamaian. Susah tidur karena selalu gelisah dan was was. 


Sebaliknya orang yang menjadi tawanan Allah mendapatkan jaminan dan dicukupi semua kebutuhannya. Mendapatkan ampunan selama hidupnya. Dan sepenuhnya dalam bimbingan Allah Subhanahu wata'ala.   


Seorang yang menjadi tawanan Allah hidupnya selalu dalam pengawasan Allah, tidak ada lagi ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran, dan kecemasan. 


Ciri yang mudah dirasakan oleh seorang tawanan Allah adalah tidurnya pulas, dan berkualitas. Bukan masalah lamanya waktu tidur, tapi walau sedikit cukup membuat badannya sehat dan segar bugar.


Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman:


"Apabila hamba-Ku mencapai usia 40 tahun, Aku menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, lepra dan sopak (belang). Apabila mencapai usia 50 tahun Aku akan menghisabnya dengan hisab yang ringan. Apabila mencapai usia 60 tahun Aku akan membuatnya suka bertaubat. Apabila mencapai 70 tahun, para malaikat menyukainya. Apabila mencapai usia 80 tahun, Aku mencatat semua kebaikannya dan membuang semua keburukannya. Apabila mencapai usia 90 tahun, para malaikat berkata: "Orang ini adalah tawanan Allah di bumi-Nya Allah telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, serta dapat memberi manfaat kepada keluarganya." (HR. At-Tirmidzi).


Dalam hadist qudsi di atas tawanan Allah di gambarkan dengan kondisi orang yang berusia di atas 90 tahun.


Itu adalah kondisi orang yang sangat lemah. Tidak bisa berbuat untuk dirinya sendiri, apalagi berbuat untuk orang lain.


Orang tersebut sudah kehilangan banyak rasa dan keinginan. Fokus hidupnya hanya memanfaatkan dan memaksimalkan potensi sisa yang ada pada dirinya.


Menjadi tawanan Allah adalah pilihan yang terbaik agar kita terhindar menjadi  tawanan iblis., Kita berusaha memposisikan diri kita menjadi tawanan Allah dengan sebenar benarnya seorang tawanan, yang tidak berdaya.


Jika kita telah berhasil menjadi tawanan Allah secara paripurna, justru kita akan mendapatkan kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya.


Wassalam

Posting Komentar

0 Komentar