Kembara Melatih Anggota, Latansa Melatih Keluarga



Oleh : Detti Febrina Reli Lampung 


🧕🏻: "Mohon maaf, saya izin gak bisa ikut karena anak gak ada yang jaga. Suami juga keluar kota." 

🧕🏽: "Disediakan daycare, Kak. Kalo ada daycare masih ga bisa berangkat?" 

🧕🏻: "Anaknya agak susah sama orang yang ga dikenal." 

🧕🏽: "Dipersila juga bawa pengasuh sendiri. Gimana?" 

🧕🏻: "Pengasuhnya tetangga. Sulit sepertinya untuk diajak." 

🧕🏽: (tak bisa berkata-kata lagi. Macam meja pingpong, tiap solusi dan opsi membal) ***** 

Kemah Bakti Nusantara (Kembara) dan Pelatihan Perempuan Siaga (Latansa) adalah dua perangkat pembinaan anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak tergantikan oleh perangkat lain seperti pertemuan pekanan, pelatihan, atau apapun. Begitu dimafhumi. Kembara, yang ditujukan untuk anggota laki-laki, serta Latansa, yang ditujukan untuk anggota perempuan, tanpa terkecuali menjadi sarana penggemblengan ruhiyah, fikriyah, sekaligus jasadiyah secara luar ruang. 


Baik Kembara maupun Latansa sama-sama menghimpun semua kecenderungan anggota. Dari yang full power sampai full lower. Dari lansia 70+ sampai si muda kinyis-kinyis. Dari ibu 5 anak yang hamil besar mendekati Hari Perkiraan Lahir (HPL), sampai yang pusiang menatalaksana dede bayi semata wayang, sebagaimana percakapan mohon izin di atas. Itulah nuansa berbeda setiap emak-emak punya hajat sedemikian. 


Bapak-bapak bisa tanpa beban meninggalkan anak istri, namun emak-emak pikir seribu kali baik anak ditinggalkan pun anak menggantoli. Bapak-bapak berangkat kembara diiringi "Kulepas dikau pahlawan", tapi emak-emak berangkat Latansa dengan "Sungguh teganya dirimu teganya .." Hingga ada anekdot berkembang: Emak-emak Latansa, Bapak-bapak Laa Tahzan (jangan sedih). 

Tak berlebihan, apabila Kembara jadi kawah candradimuka menggembleng mental fisikal anggota (bapak-bapak), maka Latansa menggembleng mental spiritual seluruh anggota keluarga (emak-emak) si peserta Latansa. 

[Bagi suami-istri yang sama-sama plong dan full support pasangannya beraktivitas publik mungkin semua frasa di atas tampak lebay, tapi dua kali didapuk jadi koordinator lapangan yang punya wewenang menerima dan menolak izin, ini nyata bapak/ibu sekalian. Berat sungguh agaknya para bapak melepas istri tarbiyah jasadiyah, padahal saat yang sama si suami riang gembira berangkat kembara] 

***** 

Tak bisakah sekali dalam setahun saja suami dengan legowo bukan hanya memberi izin, tapi juga menyediakan support system penuh agar istri bisa berangkat pun pulang dengan tentram? Bagaimana para suami ikut mengondisikan anak yang selama ini lengket dengan ibunya, mengatur jadwal kegiatan agar bisa gantian membersamai anak-anak, dan tentu meneguhkan hati bahwa ia dan anak-anak sanggup sementara waktu ditinggal sang ratu rumah tangga? 

Wahai emak-emak Latansalicious, sebelum menyediakan seribu satu asbab untuk tak berangkat, mulailah dengan keteguhan hati, mohon keridhoan suami, sungguh-sungguh mempersiapkan keluarga, meyakinkan diri bahwa bersama maupun berpisah semata lillah dan fi sabilillah. Tiada lain. Masih perlukah dihentak dengan kaca diri ibu-ibu beranak banyak, atau sedang hamil, atau bahkan disabilitas, atau punya berbagai penyakit berat, atau mengurus anak kebutuhan khusus, atau punya cukup alasan untuk tak pergi, tapi toh tetap hadir? 

Jika ia penting, akan kita temukan seribu satu jalan. Jika tak penting, akan kita cari seribu satu alasan. Percayalah, tiap Kembara dan Latansa meninggalkan kesan tak terlupa sepanjang hayat. Setuju ga, kembarawan dan latansawati? [] Bandar Lampung 5 Desember 2022

Posting Komentar

0 Komentar