Kasih Ibu Tak Terhingga Sepanjang Masa, Kasih Ayah Apa Kabarnya?



Oleh: Toto Ihsan


Tulisan ini bukan bermaksud rasis, eh, sexis, atau apa pun istilahnya.

Faktanya memang demikian, bukan? Lirik lagunya bilang begitu.


Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi. Tak harap kembali. Bagai Sang Surya menyinari dunia.


Dulu, sebagai seorang anak, saya menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan dan pemahaman. Karena begitulah yang saya rasakan tentang kasih Ibu kepada saya. Memang dulu tak pernah terpikir tentang kasih Bapak kepada saya, karena lagu tentang kasih Bapak memang tidak diajarkan (atau memang belum ada).


Makanya ketika sekarang sudah menjadi Bapack-bapack, timbul keinginan mengunggah tanya. (Sekedar tanya, bukan tannyyeeaa atau bertanya-tanya model Alif “Rawrr” Cepmek.) _Jadi, kasih Ayah itu apa kabarnya?_


Jika dibanding kasih Ibu yang tak terhingga, apakah kasih Ayah itu ada hingga (akhir) nya di suatu masa?


Sebagai seorang Bapack tentu saya akan menjawab tegas: “Oh, tentu tidak!” Kasih Ayah tentu sama dengan kasih Ibu, apalagi jika ini menyangkut soal anak-anak dan keluarga. Seyakin saya, tak ada yang membantah hal ini.


Tapi Ayah seringkali tidak menampakkan kasih sayang kepada anak? 

Ah, ini soal berbeda. Ini soal pengungkapan rasa kasih sayang saja. Kadang kami sebagai Ayah memang kurang berlatih atau membiasakan diri untuk mengungkapkan kasih sayang dalam kata maupun laku. Ini juga yang pernah Rasulullah SAW sampaikan dalam sebuah hadits tentang seorang sahabat beliau yang tidak pernah mencium anaknya. Tapi ini bukan berarti kami, para Ayah, tidak punya kasih sayang.


Tapi Ayah seringkali tak ada di rumah?

Memang terpaksa demikian. Ada kebutuhan rumahtangga yang harus diperoleh di luar sana, jadi ke sanalah Ayah pergi. Meskipun Ayah tidak selalu berada di rumah, Ayah siap dan hadir saat dibutuhkan.


Jadi sebenarnya kasih Ayah lebih besar daripada kasih Ibu?

Nah, ini ada persoalan! 

Sebenarnya bukan mau membandingkan atau persaingan. Katanya kan, demikian: Ojo dibanding-bandingke, ojo disaing-saingke. Karena pasti salah.


Kalah!


Bukan kalah... SALAH!


Jika kasih Ibu dibanding-bandingkan dengan kasih Ayah, pasti salah. 


Yang benar, Kasih Ibu dan Kasih Ayah, keduanya adalah tak terhingga sepanjang masa. 


Jadi, apa maksudnya sejak tadi bertanya Kasih Ayah apa kabarnya?


Itu kan sekedar tanya. Jawabnya sudah pasti: Kasih Ayah baik-baik saja. 


Pertanyaan itu hanya untuk memastikan, bahwa kasih Ayah disadari adanya bagi semua. Karena keluarga bukan sekedar butuh kasih Ibu, melainkan kasih Ibu dan kasih Ayah bersama-sama. Kasih Ibu dan kasih Ayah saling melengkapi dan menyempurnakan. Inilah keluarga idaman. Semoga sehidup sesurga jadi kenyataan.


Selamat Hari Ayah bagi seluruh keluarga Indonesia!!!

Posting Komentar

0 Komentar