![]() |
Foto: PKSFoto/Kurniawan |
Oleh: Ade Gunawan
Sudah sebulan ini beban pikiran belum bisa aku pecahkan. Shalat malam dan bermunajat hampir tidak putus aku kerjakan. Berbagai ikhtiar telah aku coba lakukan. Sepertinya jalan keluar terbaik belum aku dapatkan.
Tekadku hari ini sudah bulat, ingin menemui ibu di kampung sebentar. Surat ijin sudah aku dapatkan. Aku ambil jatah cuti kerja 3 hari. Tidak ada persiapan penting seperti pulang kampung menjelang hari lebaran. Kali ini ringkes hanya perlengkapan mandi dan baju salin.
Aku naik bus malam agar perjalanan bisa lebih nyaman. Kalau siang hari, di samping panas, banyak pedagang asongan masuk ke dalam bus. Kali ini aku membutuhkan perjalanan pulang yang tenang.
Memasuki pintu tol menjelang azan magrib. Aku niatkan untuk shalat jamak qashor nanti pas istirahat makan malam. Aku lihat seluruh penumpang sudah diposisi siap untuk tidur. Terlihat wajah lelah tapi bahagia penumpang karena ingin berjumpa keluarga di desa.
Memasuki daerah Karawang kulihat tidak ada kepala penumpang yang tegak. Semuanya sudah pulas dalam mimpi indahnya masing masing. Mataku terus memandang jendela, gelap tidak ada pemandangan yg bisa aku lihat karena kanan kiri tol hanya persawahan dan perkebunan.
Suara kondektur mengagetkan semua penumpang. "Pak bu, istirahat makan". Aku ikut kaget, berarti aku juga tertidur. Aku langsung menuju ke musholah rumah makan. Setelah shalat jamak magrib isya, aku ikut antri mengambil jatah makan malam. Lauknya sederhana, tapi lumayan gratis. Biasanya rumah makan jalur bis itu harganya juga mahal.
Menjelang subuh sampai kota Solo. Bus berhenti di pom bensin. Banyak penumpang turun, sebagian menuju toilet, sebagian langsung ke mushola. Perkiraan jam 6 sudah sampai di kampung halaman. Desa indah di bawah kaki Gunung Lawu.
Alhamdulillah sampai juga di rumah. Bapak sudah 4 tahun yang lalu meninggal dunia. Tinggal ibu dengan adik perempuanku. Mereka kaget, memang aku tidak memberitahu mau pulang. Ini memang mendadak, karena pergolakan batiniah yang sulit dibendung.
Aku sungkem dan melihat wajah ibu yang semakin menua. Ibu senang tapi cukup heran aku pulang tanpa memberi kabar, dan tidak membawa serta istri dan cucu cucunya. Tapi ibu tidak memberondong aku dengan pertanyaan-pertanyaan. Hanya menyuruh aku mandi makan dan istirahat.
Hawa sejuk di desa membuat aku tidur cukup pulas. Bisa menghilangkan rasa penak dan lelah 12 jam dalam perjalanan bis. Sebenarnya aku tidak ada niat ingin curhat dengan ibu. Karena masalahku cukup pelik. Aku tidak ingin membebani ibuku. Aku pulang kampung hanya ingin mencari ketenangan.
Ibu tahu aku sedang ada masalah, tapi ibu tetap dalam kelembutannya. Tidak memaksa aku untuk bercerita. Hanya sekedar menanyakan kabar istriku dan cucu cucunya.
Melihat keluarga dan tetangga di desa hidup dalam ketenangan dan kedamaian. Mereka amat sangat menikmati kehidupannya. Sementara aku dan keluarga kecilku tinggal di kota dengan segala problematikanya.
Ketenangan dan kedamaian adalah bagian dari kehidupan masyarakat di desa. Keramaian dan pergulatan adalah bagian dari kehidupan di kota. Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapinya sebagai dinamika kehidupan yang harus kita jalani.
Kebetulan malam ini bertepatan dengan acara maulid Nabi Muhammad SAW di masjid desa. Ada penceramah dari kota Solo. Hikmah ceramah tentang Cinta Rasulullah.
Cinta Rasulullah kepada umatnya sangat tulus, bagaimanapun kondisinya. Yang penting semua umatnya bisa selamat dan bahagia.
Porsi terbesar dalam mencintai Rasulullah adalah 100 persen dengan perasaan dan luapan emosi.
Kita mengikuti Rasulullah itu kadang tidak logis dan diluar nalar. Tapi tetap kita ikuti karena rasa cinta kita yang begitu dalam kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Ketika Khalifah Umar bin Khatab di depan hajar aswad berkata. "Kamu adalah batu hitam yang tidak bisa mendatangkan manfaat. Tapi karena Rasulullah menciummu, maka akupun ikut menciumu"
Diakhir ceramah ada pesan yang cukup bagus, agar kita senantiasa waspada dengan bujuk rayu iblis. Iblis sangat lihai dalam menciptakan sebuah rasa. Yang buruk bisa terlihat indah. Yang busuk bisa tercium harum semerbak.
Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka." (QS Al-Hijr: 39-40)
Kita bisa membuat rasa untuk sesuatu yang menabrak hati nurani. Kenapa tidak bisa membuat rasa untuk sesuatu yang sejalan dengan hati nurani.
Kita bisa membuat rasa untuk hal yang dimurkai Allah. Kenapa tidak bisa membuat rasa untuk sesuatu yang dicintai Allah.
Kehidupan ini adalah murni mengikuti irama Allah Subhanahu wata'ala dan ini sesuai dengan hati nurani. Kita diberikan energi untuk menjalani dan membuat semua rasa yang kita butuhkan. Rasa senang, nyaman, cinta, indah dan bahagia.
Alhamdulillah, Allah telah menuntun saya menemukan jawaban yang selama ini saya butuhkan. Terus terang hubungan saya dengan istri tidak sehangat awal pernikahan. Kita disibukan dengan urusan masing-masing. Sampai istri mempersilahkan saya bila ingin menikah lagi dia ridho.
"Yaa Allah, karena Engkau telah memberikan ilham (pemahaman) kepadaku. Maka jadikanlah setiap amal kebajikan terasa indah bagiku. Kehangatan bagiku. Memberikan gairah kepadaku. Menjadikan hasratku menggelora. Yaa Allah tiada nikmat akan terasa, kecuali engkau memberikan energi yang membakar kepadaku"🤲
0 Komentar